Entah sudah berapa kali Off terjebak di dalam dunia ini, sebuah taman luas dengan hamparan rumput hijau dan sebuah pohon besar berada di tengahnya. Dia bahkan sudah hapal apa yang akan terjadi. Tapi kali ini dia menyadari sesuatu. Dia tak lagi berada jauh, dia berada tepat di pohon besar tempat dulu dia menghabiskan akhir pekan bersama keluarganya. Off terduduk di sebuah tikar berwarna merah muda dengan beberapa mainan berserakan, kemudian terdengar suara tawa Nirin memenuhi indra pendengarannya. Off tersenyum lebar saat Nirin berlari ke arahnya, dia merentangkan kedua tangannya bersiap menyambut Nirin dengan pelukannya dan saat tubuh kecil itu sudah berada dipelukannya, Off sangat bahagia. Akhirnya dia dapat memeluk putri kecilnya kembali.
"Papii sangat merindukan Nirin. Apa Nirin merindukan Papii juga?" Off menangkup wajah kecil Nirin, mengecup kedua pipi Nirin secara bergantian.
Lelaki jangkung itu teramat senang bisa melihat senyum Nirin yang menunjukan dua gigi kecil atasnya. Dia bahagia bahwa dia tak lagi melihat anaknya yang berlumuran darah. Maka jika ini hanya sekedar mimpi seperti sebelumnya, Off berharap bahwa ia tak akan pernah terbangun lagi karena mimpinya yang begitu indah. Dia dapat bersama anaknya.
Nirin menarik tangan Off untuk bermain bersamanya. Mereka berlari di hamparan rumput dengan sangat bahagia. Sungging yang terpancar di wajah masing-masing dengan sesekali suara tawa renyah Off saat berhasil menangkap Nirin yang lincah berlari. Off mengangkat Nirin ke udara dan berputar pelan dengan tawa menghias wajahnya. Dia kemudian menurunkan Nirin, mencium setiap inci wajah putrinya dan berakhir dengan satu cubitan pelan di kedua pipi Nirin.
"Nirin mau main sepeda?" Off bertanya saat matanya menangkap sepeda kecil yang ia beli sebagai kado ulang tahun kedua putrinya. Nirin mengangguk. "Ayo kita main sepeda." Off menuntun Nirin menuju sepeda kecil berwarna ungu dengan hiasan kartun kesukaan Nirin, my little pony.
Off memegangi Nirin yang sedang naik di sepeda kecilnya, Nirin nampak bahagia seraya mengotel sepeda, tawa kecilnya menghias wajah cantiknya. Off yang merasa Nirin sudah seimbang dalam mengendarai sepeda roda 4 kemudian melepaskan pegangannya pada tubuh Nirin dan pada saat itu pula Nirin terjatuh karena tak sengaja roda sepedanya melindas batu kecil yang membuantya kehilangan keseimbangan.
Nirin menangis kencang dan Off yang melihat itu lari begitu paniknya. Dia menggendong tubuh Nirin dan mendudukan tubuh kecil itu di atas tikar, lalu memeriksa lutut Nirin yang terluka.
"Sayang, itu pasti sangat sakit." Off berkata khawatir. Lalu tangannya mengambil botol minum yang berisi air putih, lalu sedikit menyiramkan di atas lutut Nirin yang terluka. "Papaa akan memarahi Papii jika membuat Nirin menangis. Jadi Nirin jangan menangis, oke?" Off menenangkan Nirin sebisa mungkin. Memeluk tubuh Putrinya sembari mengelus lembut surai hitamnya.
Nirin berhenti menangis. Dia menarik tangan Off untuk berdiri. Off hanya mengikuti Nirin yang membawanya berjalan menjauh dan mendekati satu cahaya putih yang entah apa yang ada di baliknya. Off tidak peduli. Dia hanya ingin bersama putrinya kemanapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time, Please
Fanfiction[Completed] Off ingin melanjutkan waktunya. Sedangkan, Gun terus berhenti pada waktunya. Off berusaha menghancurkan penghalang. Sedangkan, Gun terus membangun penghalang itu. Keduanya ada di waktu yang sama. Tetapi dengan hati yang berbeda. Bukan te...