[7]

1.8K 154 9
                                    

Waktu memberikan segala yang kita mau. Waktu memberikan kita kesempatan untuk melangkah maju. Waktu juga yang akan menyembuhkan semua luka yang pernah ada. Tapi tidak dengan Gun. Dia berhenti di satu waktu, tanpa berniat maju dan menyembuhkan segalanya. Baginya, tak semua luka bisa disembuhkan oleh waktu. Hanya terpendam di dalam hati dan terkubur dalam ingatan.

Terkadang, luka yang tak terlihat adalah luka yang paling menyakitkan dan akan menjadi bom waktu suatu saat nanti. Menghabisi tanpa tersisa lagi.

Gun sedang duduk di bangku putih taman rumah sakit, memandang gumpalan awan hitam di atasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gun sedang duduk di bangku putih taman rumah sakit, memandang gumpalan awan hitam di atasnya. Dia masih sulit menerima kenyataan yang ia dapat kemarin siang. Terlalu cepat untuk dirinya mau mengerti atau sebenarnya dia yang tau mau menerima bahwa dia sangat menyesal.

Dia sudah berniat mengembalikan Off pada wanita itu. Membiarkan mereka memiliki keluarga bahagia bersama dengan anak mereka, Win.

Sungguh, dia akan melakukan itu. Berharap semuanya akan baik-baik saja setelah dia meletakan apa yang seharusnya ditempatkan. Tapi sayang, lagi-lagi semua tak berjalan sesuai yang ia inginkan.

Dulu dia berfikir bahwa Tuhan memang telah mengatur jodoh setiap manusia. Maka saat dia dan Off bertemu dan saling jatuh cinta, Gun berfikir Tuhan telah menakdirkan Off untuknya. Dia memutuskan Tay dan Off memutuskan Mook hanya untuk mengikat janji dalam hubungan sehidup semati. Tapi sekarang Gun berfikir, bahwa mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Mereka terikat dalam hubungan yang salah dan tak seharusnya. Mereka tak sengaja telah menyakiti Mook dan Tay, maka tak salah jika Tuhan membalas perbuatan Gun sekarang.

"Pemakaman Mook akan diselenggarakan sore ini. Apa kau mau hadir?" Tay bertanya dengan suara lembutnya, memposisikan diri di samping tubuh lelaki kecil.

Gun hanya balas mengangguk, tanpa berniat mengeluarkan suaranya.

"Jangan terlalu terlarut dalam penyesalan. Ini bukan salahmu. Semuanya telah ada di garis takdir." ucap Tay sembari mengelus tangan Gun, memberikan kepercayaan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Andai aku tidak pernah ada diantara Mook dan Off, pasti sekarang mereka telah menjadi keluarga kecil yang sangat bahagia. Bukan begitu?"

"Jangan terus menempatkan dirimu sebagai orang ketiga karena nyatanya kau adalah kau. Seorang Gun Atthaphan yang mencintai Off Jumpol hanya dengan bertatap mata selama kurang lebih 3 detik dan kalian memang tercipta untuk bersama."

"Tapi kau juga mencintaiku, kan?"

"Memang aku sangat mencintaimu, sampai sekarang bahkan. Tapi sebesar apapun aku mencintaimu jika kau tidak ditakdirkan bersamaku, maka dengan usaha sebesar apapun kau tidak akan bersamaku, dan jika kau memang ditakdirkan bersamaku, maka tanpa aku berusaha mendapatkanmu, kau akan kembali bersamaku."

Gun sangat tersentuh mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Tay. Manik hitam kelamnya menatap dalam mata Tay yang begitu memancarkan ketulusan. Dia tak menyangka begitu lapangnya hati seorang Tay Tawan untuknya.

Time, PleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang