1

324 116 35
                                    

Seorang gadis terduduk di lantai roftoop sekolah yang sepi, udara yang dingin tidak sebanding dengan aura dingin yang ia pancarkan semenjak kepergian orang-orang yang di sayangnginya untuk selama-lamanya. Ia memeluk lututnya dan menopang dagunya disana.

Tatapanya menerawang jauh kedepan,  tatapan yang menyiratkan kesedihan,  penderitaan, kekosongan, kehampaan serta luka yang amat mendalam.

Hanya keheningan dan kesunyian yang menyelimuti raganya. Ia memejamkan mata untuk menikmati hembusan angin yang menerpa kulit putihnya. Sedikit mencoba menghilangkan rasa sesak yang kembali menyeruak.

Suara gemericik air hujan senantiasa menemani gadis itu untuk bermain dengan masa lalunya. Masa lalu yang hanya bisa dikenang bersama rasa sakit yang semakin membabi buta. Angin berhembus membuat helai demi helai rambut coklat muda miliknya terbang mengikuti arah angin.

Awan hitam berkumpul membuat langit berubah menjadi kelabu. bulir-bulir air hujan dengan cepat membasahi ibu kota yang gersang. Hujan seperti ikut menangis melihat kepahitan perjalanan hidup gadis ini.

Cuaca juga seperti mendukung suasana hatinya. Gelap dan sesak, itulah yang dirasakannya sekarang. Bayang-bayang masalalu selalu menghantuinya setiap malam, membekas luka lama yang cukup dalam, membuat iya terjebak akan luka masa lalunya. Sesak dan perih bagai makanan setiap hari.

Gadis itu tersenyum miris seraya mengigit bagian bawah bibirnya. "Hai kalian, apa kabar? kalian yang tenang yah di surga! nanti Mahreen nyusul kalian kok kalo memang Mahreen Udah lelah dengan semua kenyataan pahit ini,  aku rindu kalian, Mah, pah, aku rindu kalian, kak, dek jaga mama sama papa di surga yah! Mahreen baik-baik aja disini kalian nggak usah khawatirin kondisi Mahreen." Entah kepada siapa dia bertanya."

Dirasakan dua bongkah batu besar yang menghimpit dadanya. Rasanya sesak terus menjalar keseluruh tubuh, ia kehilangan semangat hidup, ia kehilangan sebagian dari dirinya, sebagian nyawanya hilang bersama dengan kepergian orang yang di sayangnginya.

Tangisan yang dari tadi dia tahan sekuat tenaga, akhirnya tertumpahkan. Iris mata coklat terang miliknya mengeluarkan air bening yang terus mengalir tanpa henti, mewakili segala perasaan yang berkecamuk di dada, ia semakin terisak merutuki dirinya yang bgitu lemah, merutuki hati yang tidak bisa merelakan kepergian orang-orang yang di sayangnginya.

Ingin rasanya menyalahkan takdir, tapi tidak bisa, ingin rasanya mengulang waktu tapi tidak mungkin.

-Sampe segini dulu aja yah -

Mahreen ( Selow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang