Meninggal

2.2K 191 45
                                    

Pagi ini, entah mengapa tidak secerah pagi yang sebelumnya. Dengan awan gelap dan hawa dingin yang menyelimuti langit.

Gelap

Dingin

Dan sepi.

Membuat hari Chandra kian memburuk dan tidak berwarna.

"Chandra jangan ngelamun nanti kesembet" tegur Malik saat menengok kearah Chandra yang sedang menatap kosong kearah depannya, kepalanya menunduk, sibuk memperhatikan kegiatan yang sedang berlangsung dibawah sana. Chandra hanya diam, tidak berminat sama sekali membalas teguran Chandra.

Allahuakbar allahuakbar

Suara Adzan bergema nyaring, menyadarkan lamunan Chandra, lalu dia memperhatikan kearah sekitarnya.

Ramai.

Chandra melirik sekilas kearah Malik, lalu bergantian menatap Chakra-ayahnya yang entah kenapa, tidak seperti biasanya ikut serta dalam kegiatan kali ini.

Semua orang disana menggunakan pakain serba hitam dengan membawa keranjang penuh bunga berwarna-warni. Sama seperti dirinya sekarang.

Chandra tersenyum getir.

Ini salah.

Seharusnya dia tidak disini.

Seharusnya sekarang dia sedang di sekolah, belajar bersama ketiga sahabatnya.

Bukan di pemakaman umum untuk menghadiri acara pemakaman salah satu bagian terpenting dalam hidupnya.

Semua mimpi buruk ini tidak benar, tolong siapapun bangunkan Chandra dari mimpi itu, dia tidak kuat.

Tapi nyatanya semua ini adalah kenyataan, bukanlah mimpi seperti yang Chandra inginkan.

Hatinya kalut, perasaan nya sedang tidak menentu sekarang. Mengapa dia yang harus pergi sekarang, padahal Chandra teramat sangat membutuhkannya.

Chandra terduduk dihadapan semua orang, kakinya terasa lemas, seolah olah sendi yang menggerakan pergerakan tubuh dan juga tulang yang menahan bobot tubuh Chandra tidak dapat lagi berfungsi sekarang.

Dengan pandangan yang masih setia tertuju kepada sosok yang menggunakan kain putih, atau kain kafan,  dengan beberapa orang dibawah sana yang sedang menyusun papan untuk menutupi jenazah yang sangat Chandra sayangi.

Chandra tersenyum getir, kenapa kehidupannya harus seperti ini?

"Kamu harus sabar Chandra" ucapan seseoranh disertai dengan tepukan ringan di pundaknya, membuat Chandra mau tak mau melihat kearah seseorang yang sedang berdiri tegak disampingnya, menggunakan pakaian serba hitam dengan tangan kirinya yang menggenggam gagang payung dan pandangan yang terfokus kedepan.

Orang itu, adalah Chakra, ya. Chandra sedikit terkejut, ini beneran Chakra ayahnya yang baru saja mengatakan hal seperti ini.

"Papa tau kamu anak yang kuat nak" lagi, perkataan Chandra membuat perasaan Chandra semakin kalut sekarang.

Masalahnya baru pertama kali ini Chakra mengajaknya mengobrol dan juga

Apa itu tadi?

Nak? Apa Chandra tidak salah mendengarnya?

Chandra tau ini agak sedikit berlebihan, tapi itu? Chakra mengakui bahwa Chandra adalah anaknya! Bukan lagi dengan menggunakan embel-embel Haram, ga berguna, pembawa sial yang selalu Chandra dengar setiap hari.

"Papa ngomong sama Chandra?" Entah apa, banyaknya pertanyaan yang ada dipikiran Chandra membuat dia sedikit bingung dan yang keluar hanyalah pertanyaan bodoh yang mampu memancing senyuman kecil di bibir Chakra melengkung.

SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang