Gifardi Senja Atair

3.4K 284 9
                                    

Lelaki bertubuh jangkung itu mencepatkan langkah kakinya, sembari melihat kearah arloji nya yang terpasang pada lengan sebelah kirinya lalu sedetik kemudian kembali momfokuskan arah jalannya lagi.

Pukul 20.10

"Sial terlambat lagi gua kalo kek gini caranya, mana tadi dijalan pake macet segala" ucap Senja yang kini tengah berlari untuk sampai ke awal tujuannya.

Ia menarik nafas dalam dalam saat ia sudah berada di depan tujuannya, dengan peluh yang menghiasi wajah Senja, dia memasuki Kafe tempat dimana dia bekerja.

Ia membuka pintu dan melihat bosnya yang sedang menatapnya tajam membuat senja salah tingkah. Dengan langkah perlahan senja mencoba untuk mendekat kearah bosnya.

Senja menarik nafasnya lagi sebelum mulai menucapkan sepatah kata pun

"Maaf bos saya terlambat" ucapnya pelan menunduk, tak berani menatap ke arah atasannya tesebut.

"Kamu saya pecat!" Balas atasannya itu membuat Senja menatap tak percaya kearah bosnya itu.

"Sekali lagi maaf saya terlambat, karena tadi dijalan macet dan sore tadi saya masih menjaga toko" ucap Senja lagi tapi atasannya tersebut hanya menatapnya dengan tatapan datar.

"Kamu saya pecat!" Balasnya lagi dipenuhi dengan penekanan setiap katanya.

"Jangan bos, saya masih butuh uang untuk membayar sekolah saya dan memenuhi kebutuhan saya sehari hari" ucap senja lagi yang sedang menatap dengan raut wajah memelas, berharap semoga atasannya itu tidak benar benar dengan ucapannya itu.

"Pergi dari kafe saya sekarang! Saya gak butuh orang yang tidak tepat waktu seperti kamu. Di luar sana masih banyak yang menginginkan pekerjaan ini dibandingkan kamu" balas atasannya itu

"Tapi bos-"

"SAYA BILANG PERGI!" Bentak atasannya itu membuat semua pengunjung kafe itu mengalihkan aktivitas mereka dan serempak menatap Senja yang sekarang sedang mematung di tempatnya.

Dengan perlahan, senja membalikan tubuhnya dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari kafe tersebut.

Senja menghembuskan nafasnya kasar, menatap kosong kearah jalanam yang ramai tersebut.

Senja bingung, ini sudah mau akhir tahun, dia bingung bagaimana bisa dia membayar rumah kontrakannya tersebut.

Dan dia juga bingung, dengan apa dia membayar uang bulanan sekolahnya.

Kerja sebagai penjaga toko saja tidak cukup bagi Senja untuk memenuhi segala kebutuhannya.

"Yatuhan belum ada sebulan gua kerja disana, tapi kenapa secepat ini dipecat? Gimana caranya gua bayar uang bulanan sekolah sama rumah sewaan ini?" Ucapnya pada diri sendiri.

Lelah, sejujurnya senja lelah. Dari pagi tadi dia sekolah, lalu sepulang sekolah senja menjaga toko dan sekarang untuk bekerja lagi tapi malah dipecat.

Jujur saja, Senja belum ada makan selama 2 hari ini karena persediaan makanan dirumahnya habis.

Senja menghentikan langkahnya dan bersandar pada tembok, lalu di detik berikutnya tubuhnya merosot hingga jatuh ke tanah.

"Gini ya susahnya hidup sebatang kara?" Ucapnya lagi sembari tersenyum getir mengingat kehidupannya yang susah.

"Mama dimana? Senja kangen" tambahnya lagi yang kini mulai meneteskan airmata.

"Kenapa mama dulu ninggalin senja? Kenapa mama pergi secepat itu setelah senja lahir? Bahkan sebelum sempat senja melihat kehadiran mama?" Ucapnya lagi menghapus air matanya yang jatuh menggunakan kedua tangannya

"Papa dimana? Kenapa gak pernah nyoba nyari Senja?"

"Kenapa papa buang senja waktu senja baru lahir? Kenapa pa? KENAPAA?!"

pertahanan senja hancur, dia kembali menangis sejadi jadinya dipinggir jalan yang ramai itu.

Mencoba mengeluarkan segala apa yang ia pikirkan berharap semua pertanyaanya ada yang dapat menjawab.

Senja menutup wajahnya dengan kedua tangannya lalu kembali bamgkit untuk mencari pekerjaan.

Ia harus mencari uang sekarang, sekiranya, hanya untuk membeli makanan.

"Gak, ja. Lo pasti bisa!" Semangatnya kepada diri sendiri dan melangkahkan kakinya.

Tepat di depan sana Senja dapat melihat segerombolan preman yang sedang mabuk menatap kearahnya.

Perasaan senja menjadi tidak enak sekarang, lebih lebih lagi senja berada di daerah yang sepi.

Tapi dengan berat hati, Senja kembali melangkahkan kakinya perlahan sembari menunduk memperhatikan jalanan dan tak berani menatap kearah segerombolan tersebut.

"Woy mau kemana lu?" Ucap salah satu preman membuat langkah kaki senja terhenti.

"Bagi duit sini!" Ucapnya lagi membuat senja melirik sekilas kearah preman itu

Gila gua cape cape nyari kerja, dia enak enakan minta duit, batin Senja.

"Maaf bang, gua gak punya duit" balas Senja sejujur jujurnya

"Halah gak usah bohong lu, lu pasti punya duit kan? Gak usah pelit pelit lu, apa mau kita hajar?"

Senja menelan ludahnya kasar, bahkan luka lebam yang kemarin pun masih terasa perih sampai sekarang.

"Gua gak bohong bang, gua gapunya duit beneran" balasnya lagi

"Halah kebanyakan omong lu, habisin aja udah" ucap preman tersebut lalu mulai mengerubungi senja dan menghajar tubuh senja.

Buaghh

Buaahhh

'Akhhh'

"STOP BANG"

Teriakan senja sama sekali tidak diperdulikan oleh preman preman tersebut, justru mereka malah lebih gencar lagi menghajar tubuh senja.

Bugh bugh

Plakk

Buagghh

Salah satu preman tersebut menendang keras kearah perut senja membuat kepala senja semakin pening dan pengelihatannya yang semakin buram.

"Udah cukup, tinggalin dia sekarang" ucap preman tersebut lalu pergi meninggalkan senja yang terbaring tak berdaya dipenuhi lebam, luka dan darah yang berada disudut dan dahi nya itu.

Senja benar benar merasakan kesakitan diseluruh tubuhnya sekarang.

Kenapa takdirnya begitu mempermainkannya sekarang?

Ia kembali tersenyum getir, rasa sakitnya seakaan pergi begitu saja dan sampai akhirnya senja jatuh tak sadarkan diri di tempat itu sendirian.

.
.
.

.
.

Tbc

Udah tau semua masalah yang dipunya dari ketiga tokok utama ini kan?

Ehehe

Lafyu

UDAH DULU Y! MAU KE CERITA SEBELAH DLU :*

SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang