Consious

527 62 2
                                    

Diusianya yang ke-25 tahun, Yunho masih belum mengambil seorang istri pun. Walau ayah dan keluarganya selalu mendesaknya untuk segera menikah namun Yunho benar-benar belum menemukan pasangan yang menurutnya sepadan dan cocok untuk menghadapi tempramen kerasnya.

Bagaiamana pun Yunho adalah seorang jenderal perang terhebat di negaranya. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di medan meran ataupun camp militer. Sangat jarang ia meluangkan waktunya untuk meikmati keindahan wanita yang disuguhkan oleh rumah-tumah bordil di ibu kota.

Hatinya jarang tersentuh oleh kemolekan tubuh dan harum seorang wanita. Bukan berarti Yunho belum pernah menikmati tubuh mereka, Yunho sudah melakukannya namun untuk mendapatkan pasangan dari keluarga bangsawan terhormat Yunho belum memiliki keinginan tersebut, ia masih menikmati hidupnya sebagai seorang jenderal muda yang hebat, terhormat dan disegani.

Ini kali pertama Yunho berjumpa dengan sang raja untuk mendapatkan penghargaan karena sudah berhasil membersihkan perbatasan utara dari pemberontak dan perusuh, negara di bagian utara pun sudah berhasil Yunho taklukkan dan kini menjadi bagian tanah Cassiopeia. Biasanya orang yang akan memberikan hadiah atau penghargaan atas prestasi dan pencapaiannya adalah sang perdana menteri –ayahnya sendiri− namun kali ini sang raja lah yang memberikannya penghargaan.

Yunho tahu bahwa diusianya yang ke-23 tahun, sang raja belum memiliki permaisuri atau seorang selir pun. Ayahnya pernah mengatakan bahwa raja yang agung pernah mengatakan sebuah kalimat berani, memalukan namun penuh ketegasan dan kejujuran.

"Aku mungkin bisa menikmati tubuh wanita tetapi aku tidak akan bisa membuahi mereka."

Awalnya Yunho tidak memahami maksud ucapan sang raja tersebut tetapi belakangan ini ia tahu kenapa sang agung mengatakan hal tersebut.

Dikatakan bahwa raja yang kini berkuasa adalah putra satu-satunya, tidak memiliki saudara sedarah sama sekali. Sebelum mendiang raja terdahulu meninggal bersama permaisuri dan para selir karena sakit misterius, sang raja pernah mengatakan jika putranya tidak seharusnya memiliki seorang istri tetapi putranya harus memiliki seorang suami yang cukup kuat untuk membuahinya. Hal tersebut dikarenakan konstitusi tubuh sang pangeran yang istimewa. Karena raja tidak memiliki saudara laki-laki –hanya seorang kakak dan adik perempuan dan anak-anak saudaranya kesemuanya perempuan maka pangeran kecil yang bahkan belum bisa mengusap ingusnya sendiri tersebut dinobatkan menjadi raja termuda dalam sejarah.

Dan raja tersebut yang kini sudah berusia 23 tahun telah berdiri di hadapan Yunho dengan keanggunan tak tertandingi.

Yunho tidak bisa mengalihkan pandangannya, ia tidak bisa untuk tidak mengagumi pesona sang raja. Jantungnya berdebar kencang, bertalu-talu seirama aroma memabukkan yang menguar dari tubuh sang raja. Aroma yang mengundang dan memaksa Yunho menyerahkan dirinya, bertekuk lutut dan menjadi mahluk hina di hadapan sang raja.

Mata hitam yang jernih memaksa Yunho untuk tidak berpaling darinya. Helaian rambut hitam yang indah tergerai membuatnya terlena, bibir merah dan kulit pucat membuat sesuatu dalam tubuh Yunho terpicu, membuatnya ingin menekan sosok di hadapannya ke bawah tubuhnya untuk menikmati madu termanis.

"Jenderal Jung Yunho, sebagai hadiah atas prestasimu... ku berikan 10 hektar tanah. Menteri dalam negeri akan mengatur surat-suratnya untukmu."

Sialan! Bahkan suaranya sangat enak didengar, merdu seperti dawai guqin yang biasa dipetik oleh para seniman.

"Hambamu yang rendah hati ini menerima kemurahan hati Yang Mulia. Terima kasih Yang Mulia."

♥♥♥

"Ayah, putramu ini ingin menikah." Ucap Yunho yang begitu tiba di rumah orang tuanya langsung mendatangi ruang kerja sang ayah dan berlutut, membuat ayahnya sedikit kaget.

"Bagus! Bagus sekali!" sang perdana menteri berujar dengan bahagia dan kepuasan. Akhirnya putra kebanggaannya mau menikah juga. "Katakan padaku, kepada keluarga bangsawan mana aku harus melamar?"

Yunho menatap sang ayah penuh tekat. Ada keseriusan dan keteguhan dalam sepasang mata tajamnya. "Ayah, putramu ini menginginkan Yang Mulia sebagai pasangan."

Sang perdana menteri melotot penuh keterkejutan seolah angan-angannya telah jatuh ke dalam lumpur. Putranya sulungnya pada akhirnya memiliki keinginan menikah, dibandingkan dengan adik-adiknya yang sudah terlebih dahulu menikah. Tetapi putranya ini menginginkan rajanya sendiri sebagai pasangan? Seluruh tubuh perdana menteri bergetar penuh kemarahan dan ketakutan. Menginginkan seorang raja sebagai pasangan?! Meskipun ia tahu bahwa junjungannya memang harus memiliki seorang suami dan bukannya seorang istri tetapi sang perdana menteri tidak berharap menjadi ayah mertua sang raja.

"Ayah, jika bukan Yang Mulia maka anakmu ini tidak bersedia menikah."

Sang perdana menteri melirik kertas pagar pembatas tempat kerjanya dengan ruang baca pribadinya dengan putus asa sebelum menghela napas panjang. "Katakan padaku, kenapa kau menginginkan junjungan Agung sebagai pasanganmu? Kau menginginkan kekuasaan?"

"Tidak, Ayah! Jika kekuasaan yang aku inginkan maka sudah sejak lama aku memilikinya, aku adalah jenderal militer tertinggi Cassiopeia. Seluruh militer berada dibawah kendaliku. Aku sungguh tidak menginginkan kekuasaan, Ayah."

"Lalu apa? Menginginkan Yang Mulia, apa yang kau cari? Selama ini tidak sedikit orang yang menginginkan Yang Mulia tetapi mereka pada akhirnya menyerah kalah. Kau hanyalah rakyat hina sementara Yang Mulia adalah yang diberkahi langit dan surga."

"Aku jatuh cinta pada Yang Mulia, Ayah."

"Kau bahkan baru sekali bertemu dengan Yang Mulia. Bagaimana bisa kau mengatakan jatuh cinta pada Yang Mulia semudah itu?!"

"Saat melihat mata indahnya, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku, Ayah." Yunho tersenyum mengingat penampilan sang raja ketika mereka pertama bertemu. "Rambutnya adalah sutra terindah yang pernah ku lihat. Ketika aku melihatnya, aku ingin memeluknya, menguncinya di dalam kamarku. Tidak akan mengijinkan orang lain melihatnya! Ayah, aku benar-benar berharap Ayah mau mengajukan lamaran untukku."

"Apa yang bisa kau berikan kepada Yang Mulia? Yang Mulia sudah memiliki harta berlimpah, apalagi yang bisa kau tawarkan untuk Yang Mulia?" tanya perdana menteri.

"Aku tidak bisa menawarkan apapun selain kesetiaanku pada Yang Mulia, Ayah."

"Yang Mulia seorang laki-laki."

"Mataku belum buta, Ayah." Ucap Yunho. "Sebelum menemui Ayah, aku sudah memikirkannya selama seminggu penuh. Aku benar-benar ingin menikahi Yang Mulia."

"Pergi temui ibumu! Biar aku memikirkan hal ini dulu!"

♥♥♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Consious (PDF Only) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang