Lee Taeyong namanya. Sudah banyak sekali yang kami lalui dalam hubungan yang hampir 5 tahun ini. Hubungan putus-nyambung, ataupun Long distance Relationship kami sudah merasakannya. Dan ini adalah tahun ke dua kami menikah.
Tangan kurus milik kekasih hidupku tengah memelukku erat. Perbedaan tubuh kami kentara sekali. Taeyong hanya sebatas tulang belikatku dengan tubuh ramping.
Dan kalian tahu perawakanku seperti apa ? Kebalikan dari Taeyong, tapi bukan gemuk, okay. Tubuhku tinggi tegap, seperti siap selalu melindungi mahluk mungil ini.
Pagi ini aku tengah siapkan secangkir kopi hitam pekat untukku dan teh hijau melati untuk Taeyong.
Dia mendusalkan wajah cantiknya pada punggungku. Akupun akhirnya menyisihkan minuman yang sudah ku buat ke arah samping.
Ku balikan tubuhku, lalu mengangkat tubuh ringan Taeyong ke atas meja pantry.
Kakinya yang mulus dan ramping membelit tubuhku. Si cantikku ini benar-benar mengujiku.
"Jaehyun-ie"
"Selamat pagi, sayang" tangannya yang lentik mengelus pipiku.Ku kecup singkat bibinya yang merah muda pucat itu. Maklumi saja dia baru bangun tidur.
"Pagi juga sayang"
"Harusnya aku yang siapkan sarapan, bukan kau" si mungil dengan bibirnya yang mengerucut sangat menggemaskan sekali.
"Tak apa, ini hanya teh hangat untuk istriku yang cantik" belaku agar dia tidak minder.
Taeyong tersenyum dengan sangat cantik. Dan sialnya aku selalu di terjatuh dalam pesonanya berulang-ulang kali mungkin nyaris seumur hidupku.
Dia menempelkan hidungnya pada hidungku.
"Aku sangat mencintaimu" bisiknya."Aku lebih dari apapun"balasku berbisik.
Dia kemudian menciumku dalam sangat dalam. Yang kurasakan dia meremat rambut belakangku.
Astaga, Taeyong-ie. Pagi-pagi aku sudah terbakar.
"Kau ingin apa ?" Tanyaku padanya.
"Kau" bisiknya lirih.
"Serius ? Kau ingin aku di panggang dan di hidangkan dengan bacon dan telur mata sapi?" Jawabku sok kaget.
Dia terkikik geli. Sangat cantik. Kepala cantiknya menggeleng.
"Just sit down, sir. Lima menit lagi roti panggang akan siap terhidang"
Dia turun dari meja pantry dengan lompatan kecil. Mengecup sekilas rahangku.
Dan aku memilih duduk di kursi meja makan dan membawa kopi dan teh untuk kami.
Ku letakan di meja makan. Ku pandangi cantikku yang tengah bergelut dengan teplon dan beberapa lembar roti.
Postur kecilnya yang tengah memakai kemaja kebesaran milikku dan celana pendek setengah paha. Menampilkan tubuhnya yang indah tak terdefinisikan.
Aku menopang pipiku.
Dapur kami telah di penuhi wangi roti panggang dan telur mata sapi. Sederhana tapi menggiurkan.
Ya Tuhan hidupku begitu sempurna.
Kami memakan sarapan kami dengan khidmat. Taeyong beberapa kali menyuapiku, seperti biasa.
"Kau tak menghabiskan kopi mu sayang?"
Aku menggeleng "memandangimu sudah cukup untuk sarapanku".
Dia memukul lenganku dengan pelan dan kulihat wajahnya memerah merona. Selalu seperti itu saat aku memujinya.
Jam menunjukan jam 07.30 aku dan Taeyong bersiap untuk pergi ke kantor.
