Bab 6 - I've Tired

14 3 0
                                    

Carolline berjalan menyusuri halaman mansion nya dengan malas. Setelah ia selesai sarapan bersama Alexis tadi, ia mendapatkan panggilan dari kedua orang tuanya. Carolline sempat kaget ketika melihat 58 missed call dari ibunya yang masuk di ponselnya.

Setelah berada di dalam mansion keluarga McKenzie, Carolline berjalan masuk menuju kamarnya.

"Carolline, sepertinya kau berhutang penjelasan pada kami," langkah Carolline terhenti begitu mendengar suara ibunya. Saat ini ia benar-benar sedang lelah, dan tidak sedang berada dalam mood yang baik untuk menjawab semua pertanyaan ibunya.

"Oh come on mom. Can I sleep now? Aku sudah terlalu lelah mom," ucap Carolline dengan nada malas. Tanpa menghiraukan panggilan ibunya, ia langsung menaiki tangga menuju ke kamarnya yang terletak di lantai 3.

_____

Carolline menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan tidur terlentang menghadap ke arah langit-langit kamarnya. Pikirannya masih melayang memikirkan tentang kejadian demi kejadian yang telah menimpanya akhir-akhir ini.

Saat Carolline mengubah posisi tidurnya menjadi menghadap ke arah nakas yang berada di samping kirinya, pikiran yang semula tentang keluarga yang terlalu mengekangnya mendadak menjadi teralihkan.

Di atas nakas tersebut terdapat foto seorang anak perempuan dan seorang anak laki - laki yang sedang tersenyum bahagia ke arah kamera. Carolline tersenyum sendu saat menatap figura foto tersebut. Tatapannya perlahan menerawang dan mengerluarkan cairan bening yang menandakan kesedihan dan rasa lelahnya selama ini.

"Max, where are you? I really missed you" Ucap Carolline sambil menangis. Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dari luar kamarnya.

'Tok.. Tok.. Tok..'

"Lilin? Bisakah Daddy masuk?" tanya sebuah suara di depan kamarnya.

Carolline pun dengan kasar mengusap air matanya, kemudian berjalan menuju pintu kamarnya dan membukanya. Tak lama kemudian, ayahnya masuk dan duduk di atas kasur Carolline sambil menatap putri kesayangannya dengan penuh pengertian.

"Ada apa dad? Tumben sekali dad sudah pulang jam segini," tanya Carolline saat ia sudah duduk menyandar pada kepala tempat tidurnya.

"Daddy hanya mengkhawatirkanmu. Dad dengar kamu semalam tidak pulang ya?" Tanya ayahnya, Allard McKenzie, yang mulai mengintrogasinya. Berbeda dengan ibunya yang bertanya dengan nada marah dan tidak sabaran, ayah Carolline jauh lebih pengertian dan sabar.

"Semalam aku pergi ke kelab. Refreshing," ucap Carolline kemudian. Ia tahu jika ayahnya akan segera tahu bila ia ke kelab, apalagi kelab itu milik ayahnya sendiri. Jadi, ia merasa percuma jika membohongi ayahnya.

"Bukankah dad sudah berkali-kali melarangmu kesana, Olline? Itu bukanlah tempat yang baik untukmu darling."

'Yeah.. Aku yakin ceramahan ini tidak akan berakhir cepat..' Gerutu Carolline dalam hati.

"But I'm okay now dad. Lagi pula aku hanya pergi ke kelab milik dad, jadi aku merasa itu bukanlah masalah besar," ucap Carolline.

"Ini bukan masalah kelab milik siapa Olline. Masalahnya adalah, orang - orang yang berada di dalam kelab tidak semuanya adalah orang yang baik. Dad tidak mengijinkanmu kesana." Ucap Allard dengan tegas.

"Oh come on dad. Yang penting aku tidak apa-apa bukan?" rajuk Carolline.

"Dad sudah mendengarnya dari Alexis. Jika saja kemarin tidak ada Alexis, kau tahu kan apa yang akan terjadi padamu Olline?" Ucap Allard kemudian. Carolline hanya diam membisu saat ditembak seperti itu.

"Mulai sekarang, dad akan mengerahkan  dua bodyguard untukmu. Kau tidak boleh melakukan segala sesuatu yang dapat mempermalukan keluarga ini lagi Olline. Ini hukumanmu karena sudah melanggar peraturan dad."

Satu hal yang selalu Carolline tekankan pada dirinya. Ayahnya memang tidak semenyeramkan ibunya yang suka mengomel dan menyentaknya. Tetapi, ayahnya jauh lebih kejam dari ibunya. Dan itu membuat Carolline semakin membenci kedua orang tuanya yang selalu menekannya. Ayah dan ibunya tidak jauh berbeda.

"Aku punya kehidupan sendiri dad. Aku tidak butuh bodyguard untuk mengikutiku kemanapun! Jika memiliki anak sepertiku membuat keluarga ini malu, lalu kenapa tidak sekalian saja biarkan aku keluar dari rumah ini?" ucap Carolline kemudian. Allard yang kaget dengan ucapan putrinya, hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Ini untuk kebaikanmu Carolline. Dad tidak ingin kejadian dimasa lalu terulang kembali. Sekarang tidurlah, dad tau kamu lelah." Ucap ayahnya tanpa memperdulikan kata-kata Carolline. Allard kemudian keluar dari kamar Carolline dan membuat Carolline sendirian lagi.

Setelah ayahnya menghilang dibalik pintu, Carolline memeluk lututnya sambil meletakkan kepalanya diatas lututnya. Tangis yang sudah ia tahan sejak tadi akhirnya pun pecah.

"Jika aku memang tidak diharapkan dikeluarga ini, lebih baik biarkan aku bebas." ucap Carolline disela-sela tangisannya.

🍀🍀🍀

"Kenapa kau duduk disini? Kau sudah berani duduk disebelahku ya? Kau sudah berani denganku?" tanya Carolline dengan nada ketus seperti biasanya. Laki-laki yang ada disebelahnya hanya duduk dan tidak memperdulikan kata-kata ketus yang terlontar dari bibir manis Carolline.

Ego Carolline tersentil ketika ia tidak mendapat jawaban apapun dari laki-laki dengan penampilan nerdy andalannya. Ketika Carolline hendak mengambil dan membuang tas milik laki-laki tersebut, bel masuk kelas berbunyi yang menandakan pelajaran akan segera dimulai.

Carolline yang sedang tidak ingin mendapat teguran dari guru karena sudah membully lagilagi, akhirnya hanya duduk dan berusaha menghiraukan laki-laki yang ada disebelahnya.

'Okay, kau bisa tenang sekarang. Tunggu saja balasanku nanti, Kenneth' batin Carolline sambil tersenyum penuh arti.



Tbc
_____

Hidden.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang