19. Menyerah

15.6K 1K 214
                                    

Malem semuaa.🥰🥰🥰

Aku ngetik di jalan.
Pulang kerja dan duduk di samping Pak Joe yang lagi nyetir.

Hujan seharian bikin banyak genangan. Bukan kenangan loh ya 😁😁

Kuy baca 🤗🤗

Minggu selalu menjadi hari yang ditunggu oleh Ale. Aegea mengajak anak itu jalan-jalan ke mall. Bukan untuk berbelanja, tetapi hanya sekedar jalan-jalan atau main di playground. Bocah yang sudah mulai sekolah di taman kanak-kanak itu senang bukan kepalang. Memainkan permainan memukul tikus selalu menjadi kesukaannya.

Puas bermain Ale mulai merayu Aegea untuk makan di restoran cepat saji. Aegea menolak halus tetapi sang anak berhasil membuatnya mengabulkan keinginan Ale. Bergandengan tangan mereka masuk ke restoran yang di maksud. Antrian yang lumayan panjang menyambut mereka.

Aegea tetap memegang tangan Ale di deretan antrian yang sudah tak seberapa. Bocah itu berceloteh senang menceritakan permainan yang sudah dimainkannya tadi.

"Mama, papa sama siapa?"Ale tiba-tiba bertanya sambil mengguncang tangan Aegea.

Aegea menunduk dan mengikuti arah tatapan puteranya. Alfredo yang katanya akan bertemu temannya ternyata disini. Bersama wanita itu dan menyuapi anak mereka. Kebohongan yang diulangi lagi oleh Alfredo. Aegea keluar dari antrian lalu jongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan Ale.

"Gimana kalau kita menyapa papa sebentar lalu beli mainan sama mete? Kita beli robot yang Ale mau kemarin. Mau?"

Tatapan Ale berbinar. "Mau, Ale mau Mama,"ucapnya gembira lalu mencium pipi Aegea.

Ale menarik tangan Aegea ke tempat Alfredo. Anaknya lebih bersemangat hingga Aegea mesti memperingatkan untuk pelan-pelan.

"Papa sedang sama siapa?"tanya Ale lugu begitu sampai di tempat Alfredo duduk.

Alfredo terkejut. Aegea bisa melihatnya dengan jelas. Rasa bersalah muncul di matanya tetapi Aegea tidak melunak.

"Jadi ini teman yang ingin kau temui untuk urusan pekerjaan? Kau membohongi anakku untuk anaknya. Oh salah, lebih tepatnya membohongi anak kita untuk anakmu yang lain?"

"Sayang ini nggak seperti yang kamu kira. Ini ..."

"Ini apa? Memangnya aku mengira apa?" Suara Aegea yang tanpa emosi justru membuat wajah Harini memucat.

"Mbak Aegea, kami hanya..."

"Tutup mulutmu. Aku tidak butuh penjelasan apapun. Kau mau suamiku? Ambillah. Kuberikan dia padamu. Kalian berdua pecundang."

"Sayang, Mi amor. Dengarkan aku dulu."

"Ale sayang, ayo kita pergi beli mainan."

Aegea menggamit tangan Ale dan bocah itu langsung mengangguk gembira. Justru anak itu yang menarik tangan Aegea supaya keluar dari restoran itu dengan cepat. Menatap anaknya, hati Aegea sedikit teremas. Jika tahu akan begini, lebih baik Ale tidak pernah mengenal papanya. Hatinya trenyuh, harus mengalihkan pikiran anaknya terus menerus dari banyak pertanyaan tentang Alfredo.

Aegea membayar lima mainan yang dipilih Ale tanpa menguranginya seperti biasa. Ale bersorak bahagia yang hanya di sambut senyum oleh Aegea. Lalu mampir ke supermarket. Membeli camilan kesukaan Ale. Lagi hati Aegea teremas. Bahkan camilan kesukaan Ale sama dengan kesukaan Alfredo.

"Sedang apa kalian, disini?" mendadak Satrio muncul di dekat Aegea.

"Mas, sedang apa disini?"

"Om Satrio, aku gendong." Ale mengulurkan kedua tangannya ke Arah Satrio yang langsung menggendongnya. Seperti biasa, Ale selalu mencium pipi dan hidung Satrio jika sudah nyaman begitu.

Cinta Lama Belum KelarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang