"SELAMAT PAGI DUNIA"
sapaan pagi Febi, setelah ia bangun dari tempat tidurnya, tapi lebih tepatnya teriakan untuk membuat kesal ayah, ibu, ka Viny, dek Christy bibi, dan juga pak Ardi sang supir.
Kakaknya pun masuk ke kamar Febi, ya ka Viny, sambil menimpuk adeknya dengan bantal di kasurnya.
"Heh?! Lu gila ya pagi pagi teriak?! Ini bukan hutan oi!", Omelnya.
"Hehehe, maap", jawab Febi, sambil menggaruk tengkuknya.
"Yaudah lu buru dah, mandi trus sarapan di bawah, udah di tunggu.", Jelas ka Viny.
"Ok cintah", sambil mengedipkan kakaknya sendiri, otomatis ka Viny geli, dan langsung kabur dari tingkah gila adeknya di pagi hari ini.
//Skip sarapan, pokoknya dah pamit//
- EBIH'S CAFE -
Febi melihat tulisan diatas cafenya tersebut, hal yang selalu ia ulang ulang setiap paginya, ya mengagumi namanya sendiri menjadi cafe. Pagi ini sudah banyak yang menunggu untuk membeli minuman atau makanan lainnya, dikarenakan cafe Febi menyediakan makanan dan minuman yang enak dan harganya yang terjangkau.
Sudah 6 bulan ini, Febi melayani pengunjung yang datang. Febi memegang meja kasir dan juga melayani minuman. Ada juga Devytha sebagai chef dan kadang membantu Febi membuat minuman kalo lagi hectic - hectic nya. Lama kelamaan Febi menyerah, ia cukup cape, dan akhirnya ia memutuskan untuk mencari 1 karyawati, agar membantunya membuatkan minuman / menjaga kasir.
Malam hari, jam 10 malam, kafe tutup, Devytha pun juga pulang kerumahnya. Febi cukup lelah hanya untuk mengunci pintu kafe, tapi ia ingat harus menempelkan beberapa selebaran, untuk mencari pekerja baru. Setelah mengunci, tiba - tiba ia mendengar ada tangisan perempuan di samping gang dekat cafenya. Disana sepi dan cukup gelap, hanya ada beberapa penerangan disana. Febi pun menghampiri sumber suara, ia melihat ada seseorang wanita, berpakaian hitam - hitam, duduk di bangku panjang yang diterangi 1 lampu jalan. Febi merinding, ia takut hantu sebenernya, tapi Febi mulai meneliti penampakan tersebut.
"serem sih, tapi gua liat - liat kakinya masih napak, tangannya juga ada 2, gua samperin dah, gua yakin itu manusia.", Pikir Febi.
Dengan nekatnya Febi menghampiri wanita itu, dengan perlahan dia menyentuh bahu sang gadis sambil menutup kedua matanya, karna ia takut, bila saat menengok, hanya muka rata atau menyeramkan. Sang gadis tiba tiba tegang, dan langsung memukul habis - habisan Febi, karna dikira Febi mau melakukan kejahatan.
"Eh?!!! Cewe gila, lu ngapain gebuk gua?!", Omel febi.
"AKU TAU KAMU ORANG JAHAT, PASTI MAU DICULIK KAN AKUNYA?!? JAWAB??!!". Jawab sang gadis.
"Woi gila! Gua owner cafe di gedung sebelah sini anjer! Liat nih selebaran yang gua bawa, ada foto gua. Ngapain juga gua nyulik lu." Jelas Febi.
Gadis itu berhenti memukulnya dan melihat selebaran yang dibawah Febi. Gadis itu menjadi diam, dan merasa tidak enak hati karna telah memukul Febi sebanyak itu. sang gadis pun meminta maaf dan mencoba menjelaskan.
"Maafin gua, sumpah gua takut, otak gua juga lagi kalut banget. Gua bener bener minta maaf, gua obatin deh."jelas gadis itu. Febi menepis tangan sang gadis.
"Engga perlu, gua bakal nuntut lu karna lu ngelakuin penganiayaan ke gua." Kesal Febi.
"Eh jangan dong please. Gua gak punya uang sepeserpun. Gua bakal rawat lu sampai sembuh deh, tapi jangan nuntut gua, please. Beban gua lagi banyak banget."jelas gadis itu sambil menangis.
Febi yang melihatnya sebenarnya menjadi tidak enak. Dari tatapan gadis itu, terlihat bahwa ia mempunyai beban di pundaknya yang cukup berat. Akhirnya Febi mengalah.
"Yaudah gua gak akan aduin, btw nama lu siapa? Trus kenapa sih lu nangis malem - malem di gang gelap gini?"
"Viona fadrin, panggil aja Vivi. Gua lagi punya masalah. Ayah gua stroke, ibu gua cuma pembantu. Gua perlu uang untuk biaya hidup, biaya rumah sakit ayah gua, bahkan untuk sekolah adek gua. Gua anak pertama, yang pasti semua dibebankan ke gua. Gua pusing, udah nyari kerja dimana mana, tapi gak dapet, karna gua cuma lulusan SMA, gua gak bisa kuliah, karna gak ada biayanya." Vivi menjelaskan sambil menangis.
Febi pun menjadi iba dan berusaha menenangkan Vivi. Febi pun mendapat ide cemerlang.
"Gimana kalo lu kerja di tempat gua? ia di Ebih's Cafe. Kerja lu ya buat minuman atau engga jaga kasir, gampang kan? Soal gaji, besok kita omongin. Gimana?" Jelas Febi.
"Hmmm....emang boleh? Gua abis mukul lu tadi. Gua gak enak." Vivi menundukan kepalanya, karna tidak enak atas kebaikan yang febi berikan kepada dirinya.
"Gpp, anggap aja sekalian tanda minta maaf. Lu harus extra kerjanya. Gimana mau gak?" Tegas Febi.
Vivi mengangkat kepalanya sambil mengangguk setuju, dan tersenyum, sambil memeluk febi. Febi ikut seneng, bahkan membalas pelukan Vivi, karna dia gak perlu cape cape lagi buat menempelkan selebaran. Vivi tersadar, dan berusaha melepaskan pelukan seseorang yang akan menjadi boss nya ini. Kecanggungan terjadi.
"Eh yaudah, besok dateng ya jam 7 pagi di cafe, gak boleh telat. Lu datang pakai pakaian apa aja, nanti gua kasih seragam untuk lu ganti." Jelas febi, Vivi hanya mengangguk menyetujui.
Setelah perdebatan tadi, akhirnya mereka berdua sama sama balik ke rumahnya masing masing, dengan perasaan gembira.
Gimana nih awal awal? Garing ye ketemunya Febi sama Vivi. Tapi gua usahain abis ini bakal ada cerita menarik entah Febi sama siapa, entah Badrun sama siapa, atau mungkin ka Viny, atau siapa. Pokoknya semua terjadi di kafe ini.
Stay tune lah pokoknya. Jangan lupa like, comment, follow juga boleh, protes juga boleh, kenalan apa lagi.
Dah ah bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
EBIH'S CAFE
Fanfiction"Hari baru, semangat baru! Febi telah mengemban predikat sarjana manajemen bisnis di kampusnya. Ayahnya berniat menjadikan Febi CEO di perusahaannya, tetapi Febi menolak, ia ingin membuka usaha sendiri, yaitu Cafe. Sempat terjadi adu argumen, t...