Namjoon dan Hoseok masih bertahan di agensi mereka untuk mengurus beberapa hal. Hoseok tidak berani membuka suara setelah Namjoon menjelaskan semua perkara yang tengah ia hadapi kini.
"Kau tidak akan bisa membayangkan ketakutan dari ibuku dan ayahku, Hoseok. Mereka benar-benar tidak ingin berpisah dari anak itu" yang Namjoon maksud adalah Jungkook.
"Aku yakin Jungkook tidak akan meninggalkan kalian. Dia tidak mungkin berfikir seperti itu. Cobalah untuk tegar agar Jungkook juga memiliki sandaran saat dia kebingungan, Namjoon"
Pertimbangan Namjoon juga sangat banyak. Dia juga sedang menganalisa efek jangka panjang dari ketakutannya yang menumpuk. Akan sangat egois jika Namjoon tetap mamaksa Jungkook bertahan bersama keluarganya dan memisahkan Jungkook dari ibu kandungnya.
Namjoon memandang lagi Hoseok yang masih menatapnya cemas. "Aku tidak akan menyiksa diriku sendiri dengan mabuk lagi, Hoseok. Jungkook akan sedih jika aku pulang dalam keadaan mabuk seperti kemarin-kemarin" Namjoon kemudian berdiri dari tempat duduknya dan memandang hamparan kota Seoul dari jendela kantornya.
Sedikit cerita, Namjoon dulunya adalah pemabuk berat. Dia melakukan semua itu untuk melepaskan beban dalam hidupnya. Namjoon menyembunyikan kenyataan itu sampai pada Jungkook yang menemukannya pingsan dan sakit selama tiga hari setelah meminum alkohol dalam jumlah banyak. Pagi, siang, malam jika Namjoon merasakan hal yang sangat berat dalam hidupnya, Namjoon akan lari pada minuman perusak kesehatan itu.
Satu-satunya alasan Namjoon berhenti adalah saat Jungkook menangis dalam diam sambil merawatnya ketika sakit. Namjoon tertampar pada keadaan sejak saat itu.
"Aku juga sangat yakin kalau Jungkook akan mengambil keputusan yang terbaik. Sejujurnya yang menggangguku saat ini adalah ketakutan kehilangannya karena hal yang mengerikan. Aku tidak masalah dia adik kandungku atau bukan tapi...aku merasa dia akan pergi jauh. Itu saja, Hoseok" lanjut Namjoon.
Hoseok tidak mengerti lagi dengan jalan fikiran Namjoon. "Jangan mensugesti hal-hal buruk disaat seperti ini, Namjoon. Ingat kedua orang tuamu. Jungkook juga butuh kakaknya saat ini. Kau harus kuat menjalani semua ini" kata Hoseok.
Namjoon menghela nafasnya dengan singkat dan sebentar. "Mungkin kau benar, Hoseok. Aku hanya sangat ketakutan. Itu saja" jujur Namjoon yang berlandaskan kenyataan.
Hoseok tidak sepenuhnya lega meskipun sekarang Namjoon terlihat sudah mulai melunak. Tidak seperti pertama kali datang ke agensi dengan raut wajah penuh amarah dan kebencian. Pekerjaan Namjoon yang cukup berantakan dan dirinya yang tidak fokus membuat Hoseok khawatir pada kondisi temannya itu.
"Kau masih mau begadang disini atau pulang bersamaku?" tanya Hoseok selanjutnya.
"Aku akan pulang sebentar lagi, Hoseok". Hoseok hanya mengangguk sebentar dan mereka mulai membereskan pekerjaan masing-masing.
***
Jungkook mengantarkan Taehyung ke rumah sakit tempat Aeri dirawat. Dengan nekat Jungkook membuka ponsel Taehyung dan mencari nomor panggilan darurat yang bisa ia gunakan untuk menelfon ibunya. Menekan angka 5 adalah jawaban karena Jungkook langsung terhubung dengan panggilan darurat pada Aeri, ibu mereka.
Setelah semua itu, memberi kabar pada ibunya. Jungkook berjalan memasuki ruang rawat itu bersama Taehyung yang masih dalam keadaan mabuk. Kedatangannya disambut dengan Aeri yang membantu menidurkan tubuh Taehyung di sofa dengan tangan yang masih diinfus dan luka tusukan pada perut yang masih butuh perawatan.
"Maaf kami pulang larut malam" kata Jungkook dengan nada bicara yang sangat sopan.
Aeri hanya bisa menggeleng dan memasang wajah penuh haru. Dia teramat bahagia karena bisa sedekat ini dengan putra bungsunya yang selama ini menghilang tanpa jejak. Aeri mengulurkan tangannya untuk membelai Jungkook tetapi tangan itu justru ditangkup oleh putranya. Aeri dipapah perlahan untuk kembali ke tempat tidur oleh Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trivia : Love (Brothership Namkook) || Fin
FanfictionDialah kakakku, Namu Hyung. Dialah adikku, Kookie Jungkookie @2020