Namjoon duduk diatas kursi rodanya sambil menatap sekeliling yang ada di taman rumah sakit ini. Proses penyembuhannya berjalan dengan baik. Hanya saja memang butuh beberapa latihan untuk kedua kakinya. Dokter memperkirakan kedua kakinya akan sembuh dan sekuat dulu jika ia sering menjalani terapinya.
Bagi Namjoon, semua itu belum menjadi prioritasnya. Bahkan ia menyerahkan pekerjaannya pada Hoseok begitu saja tanpa memikirkan resiko yang akan ia terima nanti. Fikirannya masih sangat terfokus pada seseorang yang sudah berjanji akan menemuinya hari ini.
Setelah kabar mengerikan bahwa selama ini adiknya, orang kesayangannya harus melawan kanker sendirian tanpa sepengetahuannya, Namjoon makin merasa bodoh.
Kecelakaan tak disengaja yang bermaksud membunuhnya itu membuatnya terlambat untuk tau segalanya. Seharusnya Namjoon sudah tau sejak sebulan yang lalu. Tapi setelah Namjoon fikir lagi, tidak ada perubahan. Nyatanya kanker itu makin ganas dan pasti Jungkook sangat menderita selama ini.
Namjoon berkali-kali menghela nafas jengah. Apa yang akan ia katakan nanti jika Jungkook ada didepannya? Apa yang akan ia perbuat dengan kedua kaki yang masih belum mampu berdiri untuk melindungi adiknya?
Disaat Namjoon menyalahkan diri sendiri. Seseorang yang ia tunggu sudah melangkah mendekat padanya dengan sepatu yang merupakan hadiah pemberian Namjoon. Tentu saja dia Jungkook yang sudah lama merindukan Kak Namunya. Sangat merindukan dia.
Jungkook sempat mengingat beberapa pertengkaran kecilnya dengan Taehyung karena keinginannya ini. Tapi Jungkook juga tidak ingin menahan rindunya terlalu lama.
"Kau yakin akan menemuinya, Jung? Kau tidak ingat perkataan Ibu Hana yang memintamu menjauh dari Namjoon bahkan sampai kau--"
"Mati?"
"Justru aku harus bertemu dengan Kak Namu sebelum itu, Kak. Tolong hentikan sifat egois Kak Tae. Kak Namu juga kakakku, dia yang merawatku selama ini"
Hampir saja sebuah tamparan melayang ke wajah Jungkook karena ucapan kasarnya. Tapi Taehyung melunak dan mengijinkan Jungkook bertemu dengan Namjoon. Amarah Taehyung meredam setelah membayangkan betapa bahagianya Jungkook saat ia bertemu Namjoon nanti. Dan, disinilah Jungkook sekarang.
Jungkook menggerakan kedua kakinya. Sati demi satu mendekat pada Namjoon dengan kedua air mata yang mulai menggenang. Namjoon secara tidak sadar menolehkan wajahnya pada sisi kiri dan tepat disana Jungkook melangkah sambil menatapnya lekat. Kedua manik mereka bertemu sesaat.
Namjoon dan Jungkook sama-sama merasakan dada mereka yang semakin sesak dan waktu seakan berhenti diantara mereka berdua.
"Kak..." lirih Jungkook lalu ia berlari menuju orang yang selama ini ia rindukan.
Namjoon menerima pelukan hangat dari Jungkook dan beberapa kali mencium puncak kepala adiknya dengan rindu yang sudah lama ia tahan. Keduanya masih hanyut dalam kasih sayang yang mereka ungkapkan. Baik Namjoon atau Jungkook masih terlalu bingung darimana mereka akan memulai pembicaraan.
Sampai pada jemari Namjoon yang merasakan beberapa helai rambut Jungkook yang terlepas dari kulitnya barulah Namjoon mulai menemukan suaranya meski tercekat ia memohon pada adiknya, "kau harus sembuh, Kook. Kak Namu mohon padamu"
Sekarang Jungkook makin jatuh dalam ketidakpercayaan diri. Sejak awal dia tidak kuat untuk mengatakan pada Namjoon tentang kondisinya dan itu masih berlaku sampai hari ini.
"Kak Namu tidak cocok sekali duduk dikursi ini. Segeralah berdiri, Kak"
Namjoon menggeleng singkat karena Jungkook yang tidak membalas permohonannya. Ia melepas rangkulan Jungkook perlahan dan menangkup kedua sisi wajah Jungkook sambil memperhatikan setiap inci wajah adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trivia : Love (Brothership Namkook) || Fin
FanfictionDialah kakakku, Namu Hyung. Dialah adikku, Kookie Jungkookie @2020