Namjoon menggenggam pegangan yang ada disisi kanan kirinya dengan kuat. Ia mencoba untuk mengangkat kedua kakinya bergantian dan menggerakan semua sendi yang ada disana. Perlahan, Namjoon bisa merasakan kekuatannya kembali. Ia sudah bisa berdiri namun untuk melangkah ia memang masih harus berlatih.
Tidak apa.
Hanya tinggal beberapa kali lagi terapi ia pasti bisa membuat Jungkook bangga dan mampu melakukan aktivitas kembali. Ia memiliki janji untuk Jungkook. Ia berjanji akan menyanyikan sebuah lagu untuknya dan Namjoon tidak mau tampil diatas panggung dengan kursi roda.
"Namjoon, jika kau sudah merasa yakin, kau boleh berjalan pelan-pelan" kata dokter rehab yang usianya sudah melebihi ayahnya itu. Namjoon berfikir sebentar. Sempat ada rasa khawatir dalam hatinya. Namun, Namjoon memilih untuk mencoba.
Ia menggerakan kaki kanannya terlebih dahulu, melepas pegangan pada kedua tangannya. Ia susulkan kaki kirinya untuk melangkah.
Namjoon berhasil. Senyumannya mulai terbentuk meski tipis. Ia mencoba sekali lagi menggerakan kaki kanannya. Kemudian Namjoon mencoba menggerakan tubuhnya.
Satu langkah..
Dua..
Tiga..
Lima langkah lalu Namjoon oleng dan memilih untuk menggenggam pegangan yang ada disisi kanannya.
"Kau berhasil, Namjoon. Ini kemajuan yang sangat baik!" dokter rehab itu memberikan acungan jempol dan tersenyum lebar pada Namjoon. Kebahagiaannya tidak sebanding dengan kebahagiaan Namjoon yang kini sampai harus mematung.
Ia tidak sabar menceritakan kemajuan terapinya ini pada Jungkook.
***
Taehyung menutup salah satu matanya dan mulai fokus dengan titik yang ada dihadapannya. Tarikan pada busur panah itu semakin terasa dengan anak panah yang siap menembus targetnya.
Taehyung menghembuskan nafasnya sebentar dan melepaskan anak panahnya. Kepalanya terangkat untuk menatap hasil kerja kerasnya.
Tapi Taehyung hanya mendatarkan bibirnya. Hasilnya sama saja dengan yang ia raih saat di semi final kemarin. Padahal Taehyung butuh poin yang lebih. Final hanya tinggal besok pagi dan Taehyung masih jalan ditempat begini.
"Sekeras itu kau berusaha, Tae?" Taehyung membalikkan badannya dengan cepat. Ia tertangkap basah sedang berlatih tanpa sepengetahuan pelatihnya.
"Aku butuh lebih dari pada kemampuanku sekarang, Pelatih. Lihat yang aku dapatkan. Poinnya masih sama seperti kemarin" keluh Taehyung dengan wajah memelasnya.
Pelatih hanya tertawa sumbang mendengar nada bicara Taehyung yang terkesan kekanakan.
"Taehyung, poin memang penting dan kemenangan memang hal yang harus kau raih. Tapi kau tidak perlu memprediksi kemenanganmu besok. Segalanya bisa terjadi di arena dan itu diluar kuasamu"
Taehyung mengangkat kepala dan menatap pelatihnya.
"Tenangkan dirimu. Emosi dan ambisi tidak akan membuat segalanya membaik"
Taehyung mengangguk dan mempercayai apa yang pelatihnya katakan.
***
Saat Taehyung tiba didepan rumahnya, ia sudah melihat Jungkook yang memakai busur panahnya dan mencoba untuk melesatkan anak panah itu. Taehyung melihat papan target dan sudah menemukan banyak jejak lubang disana. Benaknya mulai memperkirakan sudah berapa lama anak itu memainkan olahraga ini.
Entah dengan alasan apa Taehyung justru terdiam dan ia hanya memperhatikan Jungkook dari kejauhan. Anak itu tidak sedang berlatih atau mengasah kemampuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trivia : Love (Brothership Namkook) || Fin
Fiksi PenggemarDialah kakakku, Namu Hyung. Dialah adikku, Kookie Jungkookie @2020