"Keluar"
Bryan menuruti saja ucapan Alfred yang baginya sangat kaku ini.
"Hidup tanpa sedikit humor memang tak berarti" Ucap Bryan dengan suara pelan, namun Alfred masih dapat mendengarnya.
Alfred tak menyahuti ucapan Bryan barusan. Karena menurutnya, ucapan seperti itu jika dipermasalahkan akan menimbulkan konflik yang gila dan tak masuk akal.
"Siapa gadis ini?" Tanya Alfred dengan sangat kebingungan. Miris, benar-benar patut dikasihani.
"Aku pikir dia adalah Melody. Tapi, itu sangat tidak mungkin." Ucap Alfred lagi, entah siapa yang akan meresponnya.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu langsung membangunkan hayalan Alfred yang sempat mengingat-ingat gadis yang ia cintai.
Alfred langsung berjalan ke arah pintu kamar dan membuka Handle pintu.
Ketika pintu itu terbuka, muncullah dari sana sosok pria berperawakan tinggi dan kelihatan lebih tua dari Alfred."Silahkan masuk."
"Terimakasih" Balas pria itu sambil berjalan dan membawa alat-alat medisnya.
"Apakah dia korban kecelakaan itu?" Alfred mengangguk.
"Saya akan mengobatinya. Tapi, saya ingin anda tidak berada diruangan ini. " Alfred mengangguk walaupun dengan pikiran yang masih bingung dan dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan.
Alfred keluar dari kamar dan langsung menuruni anak tangga. Ditatapnya seluruh ruangan yang ada di depan matanya. Ruangan yang sangat besar dan mewah, namun sayang, penghuninya hanya dua orang saja. Alfred berdecak, kemudian kembali menuruni anak tangga menuju ruang kerjanya yang berada di lantai bawah.
Saat kakinya berhasil menapaki lantai, ia kembali teringat dengan benda kecil yang terjatuh dihalaman rumahnya.
Dengan cepat, Alfred berjalan menuju halaman. Ia langsung menemui tempat dimana terakhir kali ia melihat gelang itu.
Setelah sampai, Alfred langsung meraih benda bulat itu yang masih dalam posisi yang sama. Ia mengamati benda itu secara mendalam. Tak berapa lama, Alfred kembali terdiam saat ukiran nama di gelang itu membuatnya teringat dengan seseorang. Ukiran bertuliskan, BRIANNA MELODY. Alfred yang memberikannya pada gadis itu, saat dia lulus SMA dan akan melanjutkan sekolahnya ke New York.
"Ini tidak mungkin. Dari mana ia mendapatkan gelang ini?" Tanya Alfred masih tak percaya.
Ia mengamati gelang itu, dan kembali mengingat perempuan yang ada dikamarnya. Tanpa membutuhkan waktu yang lama, Alfred langsung menghubungi seseorang. Dan tak lama juga, orang itu menjawab "Hallo, ada apa tuan?"
"Cari tau dimana letak Melody. Sekarang!"
"Melody yang seperti apa tuan?" Kata Lewin, entah bercanda atau tidak.
"Berhenti bercanda denganku." Alfred langsung mengakhiri sambungannya, ketika orang yang ada di balik teleponnya masih ingin berbicara.
Pria itu kembali ke dalam rumah dan menuju ruang kerjanya. Pekerjaan yang menumpuk dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakannya, terpaksa ia batalkan karena tujuannya sekarang adalah menemukan letak Melody, dan siapa gadis yang ada didalam kamarnya. Itu saja.
Drrrt..
Suara ponsel di atas meja berbunyi. Alfred menatapnya dengan tampang tak selera. Namun, dalam hati ia berpikir bahwa mungkin saja Lewin memberikan kabar penting kepadanya.
"Tuan, Melody ada di kota New York bersama ayahnya. Saya sudah mencarinya melalui jaringan sosial. Lalu, bagaimana rencana tuan mengenai investasi ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Along with the Melody
Fiksi Penggemar28 februari 2020 [Teenfiction] [Action] Public setiap hari Kamis dan Minggu Deskription: "Aku telah memberinya keturunan. Aku ingin bertanggung jawab, dan ingin menikahinya" Melody terdiam sesaat tanpa berkedip atau hanya sekedar bergerak. Dirinya...