|Beginning

44 6 0
                                    

Wajah pucat itu kian terlihat, bersamaan dengan Hembusan angin dari ufuk barat yang membawa helaian rambutnya untuk ikut menari.
Suara hembusan nafas dari mulutnya yang membiru terdengar begitu sesak, juga mata biru yang awalnya indah kian menutup mengikuti aturan waktu.

Hidupnya berantakan, saat pria yang ia cintai kini meninggalkannya. Pergi jauh, jauh dari kehidupannya.
Tak ada hal yang berhasil membuat dirinya bisa melupakan pria itu.
Semua tempat, benda, dan ucapan yang pernah pria itu tunjukkan masih tetap teringat bahkan masih tersimpan di dalam hatinya yang terdalam.

Perih yang terpendam. Terpendam karena godaan waktu, terpendam karena sebuah alasan. Alasan konyol yang tidak seharusnya dia utarakan.
Benar, dia membenci pria itu.
Alasan itulah yang membuatnya tidak meneteskan air mata dan sebaliknya, dia tersenyum.

Lalu, alasan lain yang membuatnya hancur adalah saat ia tau, bahwa cinta dapat mengalahkan rasa bencinya saat ini.
Hingga kini, dia tidak tau akan berbuat apa. Apakah dia senang atau sebaliknya.
Waktu yang akan memberitahu

"Mel, What do you think? the man again?"

Tepat dibelakang itu, berdiri seorang pria yang tak terasa telah menunjukkan wajahnya yang menua. Rambut-rambut dikepala yang sudah menipis.
Dia tersenyum, bahkan tersenyum aneh melihat putrinya yang tidak sesuai seperti yang ia harapkan.

"Father, my life is a mess. I don't know what to do anymore."

"Kamu harus melupakan dia. Apakah kamu tidak mengingat bahwa kamu sedang mengandung anak darinya?" Melody membalik badan membelakangi sang ayah. Dirinya menatap perut datar yang berisi seorang anak yang tak pernah ia akui sampai kapanpun.
Wanita itu menggeleng cepat pertanda tidak menyetujui ucapan ayahnya.

"No.This is not his son. He never gave me a descent " Ucap Melody penuh penekanan.

"Lalu anak siapa lagi?"

Melody menggeleng. Matanya yang hampir tertutup menatap mata rabun pria itu.

"Ayah, aku ingin melupakan dia. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya. Apakah aku harus menyusul kepergiannya?" Kata Wanita itu berusaha untuk mengalihkan pertanyaan ayahnya.

"What do you say? Jangan pernah mengucapkan kata itu lagi. Ayah akan lebih sedih jika itu akan terjadi. Melody, kembalilah kedunia normalmu"

"Itu yang terbaik ayah" Gumam Melody dengan tampak sangat lesu. Kenapa ia dihadapkan dengan situasi sesulit ini?

"I think this is not the end.Jangan berpikir gila." Kedua orang yang tengah berdiri itu langsung berbalik secara bersamaan. Menatap manusia yang kini berdiri di ambang pintu sempit itu. Wajahnya yang tetap terlihat tanpa ekspresi seperti saat pertama kali bertemu dengan Melody.

"Kamu? Ayah apakah dia benar-benar ada disini?"

TBC

Ini cerita pertama aku ya sahabat tercinta..
Jadi tolong dimaklumi dan dihayati. Dan kalian tau seperti apa cara menghargai penuliskan? jadi tolong Dipahami.

Terimakasih

Along with the MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang