"Kebahagiaan itu adalah saat perasaan cintamu terbalas dengan kadar yang sama."
.
.
.🌲 Happy Reading 🌲
.
.
.Chanyeol hanyalah pria sederhana dengan perasaan selembut sutera. Kehidupannya juga datar dan membosankan. Setiap hari dihabiskan dengan agenda serupa. Bangun tidur, mandi, sarapan, berangkat sekolah, belajar, makan siang, pulang sekolah, agenda pribadi, makan malam, belajar, dan tidur. Itulah siklus yang Chanyeol jalani selama 18 tahun hidupnya.
Cita-citanya juga sederhana. Menjadi dokter untuk membanggakan kedua orang tuanya yang hanya memiliki kedai ayam goreng untuk memenuhi kehidupan mereka. Setiap akhir pekan, Chanyeol akan membantu orang tuanya di sana.
Dalam kehidupan yang jauh dari kata 'berwarna', ada satu hal yang membuat hidup Chanyeol terasa indah. Jatuh cinta. Mungkin terdengar naif dan klise, namun ungkapan bahwa jatuh cinta itu berjuta rasanya adalah sebuah kebenaran.
Chanyeol bisa merasa sangat bahagia hanya karena melihat gadis pujaannya tersenyum. Dia juga bisa merasa tidak bersemangat jika melihat gadis itu cemberut. Dan dia merasa kesal saat pemuda lain menggoda atau memberikan rayuan konyol pada gadisnya. Namun perasaan yang paling tidak dia suka adalah rasa cemburu saat pemuda lain berhasil membuat gadis itu tertawa.
Jatuh cinta itu seperti menikmati secangkir kopi. Pahit dan manis. Terlepas dari hidupnya yang menjadi semakin indah dengan kehadiran gadis pujaan, Chanyeol harus berbesar hati menerima fakta bahwa gadis itu tak pernah sekalipun meliriknya. Chanyeol bahkan ragu gadis yang bersangkutan sadar akan keberadaan dirinya.
Selama dua tahun Chanyeol hanya bisa mengagumi gadis itu dari jauh. Bersembunyi layaknya bayangan yang tercipta dari keindahan cahaya seorang Doh Kyungsoo. Gadis yang memiliki segala hal untuk membuat para pria bertekuk lutut. Tak terkecuali dengan Chanyeol.
"Terkadang brand besar tidak menjamin kualitas." Chanyeol mulai mengalihkan perhatian saat gadis pujaannya berbicara. Kyungsoo memang selalu menempati daftar teratas distraktor perhatian seorang Park Chanyeol. Apapun urusan yang sedang membelenggu, Kyungsoo harus mendapat perhatian penuh. "Ada brand kecil yang justru memiliki kualitas bagus."
Chanyeol selalu suka saat Kyungsoo mulai berbicara. Suaranya enak didengar. Nada rendah dan cara bicara yang pelan selalu mengingatkan Chanyeol pada lelehan cokelat di atas dessert termahal di dunia. Wajahnya sangat ekspresif dan mengikuti perubahan-perubahan kecil yang Kyungsoo lakukan pada alis, mata, dan bibirnya selalu membuat perasaan Chanyeol tergelitik tak logis.
Dan saat gadis itu mulai tertawa, waktu terasa berhenti sesaat. Kyungsoo selalu tertawa dengan tiga silabel. Hahaha. Tak pernah kurang, tak pernah lebih, seolah menegaskan keteguhan dan konsistensinya.
Hal lain yang Chanyeol suka adalah bibirnya yang membentuk hati dan kedua mata yang menyipit membentuk bulan sabit. Kerutan kecil di sudut mata saat gadis itu tertawa lepas adalah sebuah karya seni indah yang pernah Tuhan ciptakan.
"Apa kau tahu kedai Vivapolo Chicken?" Chanyeol mengerjap saat mendengar kedai keluarganya disebut. "Chicken wings dengan cheese flavor mereka adalah yang terbaik di Seoul! Aku selalu memesan setiap kali aku merasa badmood."
Fakta itu baru saja membuat dada Chanyeol mengembang seperti akan meledak. Kyungsoo menyukai chicken wings dari kedai mereka! Kyungsoo berkata bahwa chicken wings mereka adalah yang terbaik! Kyungsoo berkata bahwa dia selalu memesan-- Tunggu! Sekarang Chanyeol menyesal tidak pernah mau mengantar pesanan pelanggan setiap akhir pekan. Dia lebih suka melayani pelanggan di kedai. Seandainya dia bersedia, pasti ada kemungkinan dia akan bertemu dengan Kyungsoo di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
612°C
FanfictionCerita-cerita di work ini akan membuat kebucinan kalian meningkat 612 derajat ChanSoo 12 Januari 2020 ©chansoo_specter