❝Takdir akan membawamu pulang. Nyatanya, aku bukan hanya sekedar satu diantara ratusan fasemu, bukan?❞
-@ssweetestplumm
p.s ini jatohnya teenfic sekaligus fanfic. kalian mesih bisa baca tanpa tahu prettymuch!
Highest rank :
#6 in boyband
#1 in prett...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I had a feeling things wouldn't go as they should, yeah
Missing things, calling can only make up for so much now
Because see its so different, and now we are further apart.
- P.S by Audrey Mika.
•
Jam 8 malam aku baru selesai bersih-bersih dan mengganti pakaian--mempersiapkan diri sebelum jalan.
Tidak terlintas sedikitpun di kepalaku untuk memakai baju yang terbuka.
I decided to wear something comfortable.
Aku mengenakan mom jeans yang bagian bawahnya agak lebar, kaos merch sebuah serialtelevisi berwarna cokelat muda super-duper oversized yang panjangnya selutut, perhiasannya--leherku dihiasi chains tipis yang diperlengkap dengan gembok kecil menjuntai diatas dadaku.
Kini aku tengah menyaksikan penampilanku dari pucuk kepala hingga ujung kaki di depan cermin vanity, berdiri. Outfitku tidak terlalu buruk. Wajahku tidak dipolesi apa-apa. Terlihat beberapa spot bekas jerawat di bagian dahi--namun aku tidak peduli.
Oke, awalnya aku tidak peduli. Namun terlintas wajah California yang sangat cantik, kulih bersih putih tanpa pori-pori, pipinya tirus, bibirnya yang merah muda alami, dan hidung mungilnya yang mancung.
Sangat berbeda dariku. Kulitku gelap. Pipiku chubby. Pori-poriku jelas. Manik mataku berwarna poop. Jangan bahas lagi kantung mataku yang membuatku terlihat seperti mummy.
Setelah beberapa pertimbangan, langkahku berjalan gontai menuju meja rias. Aku duduk perlahan, menerka pantulan bayangan wajahku di cermin. Kenapa aku tampak sendu?
Barusan aku mengaplikasikan moisturizer, namun asal-asalan dan sambil berdiri. Aku kira begitu saja sudah cukup, namun sekarang pikiranku berubah.
Tanganku menelusuri laci vanity, meraih dewy cushion-ku yang bermerek pixy. Langsung saja aku membuka produk itu, mengambil bantal bedaknya, kutekan cushionnya sedikit, lalu kuratakan ke seluruh muka.