Hari yang sama seperti hari lainnya. Hari-hari sibuk di suatu kota di Republik Indonesia, Kota Tangerang. Terselip diantara kesibukan tersebut, terdapat banyak jenis orang.
Dan diantara para orang-orang ditengah kota itu, terdapat satu orang pria bernama Ahmad Raeli Fathana. Pria, atau lebih tepatnya ia adalah laki-laki jalang berumur 21 tahun yang memiliki rambut dan mata hitam yang dimiliki kebanyakan orang Indonesia, dibanding orang lain ia memiliki fisik yang sehat dan kuat, dan memiliki tinggi tubuh sekitar 177cm. Dan, di seumur hidupnya selama 21 tahun, ia tidak pernah mencapai satupun prestasi, lulus sekolah hanya dengan kesan sebagai murid bodoh yang berhasil lulus dengan keberuntungannya.
Sejak kecil, orang sekelilingnya selalu mempertanyakan kenapa Raeli tidak pernah bisa melakukan sesuatu dengan benar. Seperti yang dipertanyakan, hampir setiap hal yang Rae lakukan, selalu berakhir dengan kekacauan yang ia buat sendiri. Bisa dikatakan kalau sejak awal, semua kemampuan yang 'seharusnya' dimiliki semua orang itu tidak Rae miliki sama sekali.
Namun, jika ada satu sisi positif yang Rae miliki, sisi tersebut adalah mentalitynya yang tidak mudah hancur. Hati yang terus melangkah maju mau berapa juta kalipun ia gagal.
Dan faktanya,
"Gagal dalam ujian tes kepolisian.., yang ke 4x 'huh?"
Ucap Rae yang menggerutu ditengah-tengah kesibukan kota, dan menghela nafasnya. Namun setelah selesai mengeluh, Rae kembali memiliki tatapan dari seseorang yang belum menyerah dan kembali berjalan di tengah-tengah kesibukan itu.
Saat ini, Rae sedang dijalan kembali menuju rumahnya, setelah menerima informasi kegagalannya dalam tes masuk kepolisian. Kenapa Rae sangat bersikeras untuk masuk kepolisian meski sudah gagal empat kali? Itu karena satu hal polos, hal polos yang disebut dengan rasa kagum yang Rae miliki terhadap kepolisian karena suatu kejadian di masa lalunya.
Ia yang dijalan menuju rumah itu memeriksa sakunya dan mengambil handphonenya keluar dari kantung itu. Melihat kalender dan jadwal yang sudah ia siapkan sebelumnya, meski ia termasuk orang payah, Rae adalah salah satu orang yang terorganizir dalam kegiatan sehari-harinya.
"Besok ada paruh waktu di k*c, shift ke 2..., aku harap aku tidak mengacau di jam kerja besok."
Ucapnya dengan senyuman kering. Ia memiliki ekspresi complicated disaat ia melihat jadwalnnya yang begitu senggang, kecuali dihari-hari dimana ia harus bekerja paruh waktu.
Mengembalikkan hp kesakunya, Rae sadar kalau ia sudah sampai disebuah halte. Karena saat ini masih jam kerja, tidak ada banyak orang dihalte tersebut. Dan, sejauh yang matanya tangkap, hanya ada satu orang di halte tersebut.
Orang yang berada di halte tersebut memiliki baju rombeng, kulit tidak terawat, dan tubuh kurus yang datang dari gaya hidup yang tidak sehat. Orang itu memiliki rambut putih uban yang membuatnya terlihat cukup tua.
Dan orang itu..., terbengong dengan matanya yang tidak fokus. Orang tersebut duduk di kursi halte, yang mau tidak mau menarik perhatian Rae. Hingga,
GRowlLLL
Suara perut bapak itu mencapai telinga Rae. Dengan suara perut tersebut sebagai pemicu, Rae tidak dapat memalingkan pandangannya dari bapak tersebut. Disaat ia memalingkan pandangannya, ia memperhatikan sekitarnya dan berdiri dari bangku halte itu untuk sesaat.
Tujuannya adalah warung padang 10-ribuan yang terlihat dari halte tersebut. Dijalan, ia mengambil dan memeriksa isi dompetnya yang ternyata hanya tersisa 60 ribu. Untuk sesaat, ia mencoba untuk mengingat kapan selanjutnya hari gajian dari kera paruh waktunya itu. Dan disaat ia mengingatnya, ia membuka mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slayer「The Slaying System」
AcciónAhmad Raeli Fathania, adalah seorang pria yang bisa dibilang jauh dari rata-rata. Bukan jauh diatas, tetapi jauh dibawah. Ia adalah pria yang dipandang rendah orang lain, karena tidak bisa melakukan apapun dengan benar, hingga ketitik disebut sebaga...