Amarah

2 0 0
                                    

Tok tok tok

“Den Ratih, sudah bangun?”

Ku kerjapkan mataku perlahan, mendengar suara ketukan pelan di luar pintu dan suara Sumi yang memanggilku.

“Masuk Sum.” Ucapku, setelah benar-benar membuka mata.

Sumi melangkah masuk sembari membawa segelas air putih di atas nampan.

“Jika ingin sarapan, katakan pada Saya ya Den,” ucap Sumi, sembari menaruh nampan berisi segelas air yang dibawanya di atas meja kecil sebelah ranjang tidurku.

“Sarapan?”

“Apa Aku tidak harus sarapan di meja makan seperti biasanya, Sum?” tanyaku. Bingung.

Sumi yang tengah menyibak kain tirai di jendela tersenyum lebar, kemudian tangannya dengan gesit beralih membuka jendela kayu kamarku sembari tetap tersenyum lebar.

“Sum?” tegurku, heran melihat tingkah aneh Sumi. Yang justru tersenyum tak jelas saat ku tanyai.

“Ini sudah siang Den,”

“Dan tentu saja acara sarapan bersama di meja makan telah usai.” terang Sumi.

Mataku seketika terbelalak lebar. Astaga! Sudah siang? Tak pernah sebelumnya Aku telat bangun sesiang ini. Apa karena efek semalam Aku tak bisa tidur, usai berbicara dengan Den Bagus di taman belakang.

“Pasti semalam Den Ratih tidak bisa tidur kan, usai berduaan dengan Den Bagus?” goda Sumi.

“Sum!”

“Jangan ngawur Kamu, jaga lidahmu itu!”

“Ingat yang Kamu bicarakan pada Gendis kemarin, sudah berhasil membuat Ndoro Putri murka,”

“Bagaimana kalau kali ini Ndoro Putri mendengar ucapanmu itu!” ucapku.

“Iya juga ya Den,”

“Kok ada ya, orang sekejam Ndoro Putri,”

“Tak punya hati...!”

Seloroh Sumi sembari bersandar di jendela, kemudian beralih menatap keluar jendela.

“Astaga...!”

Sumi terpekik pelan, kemudian membekap mulutnya sendiri, sangat rapat.

“Ada apa Sum?” tanyaku.

Sumi berjalan ke arahku, setengah berlari namun dengan langkah sedikit menjingkat.

“Ndoro Putri ada di luar halaman Den,”

“Semoga saja Ndoro Putri tidak mendengar ucapan Saya tadi, mana saat Saya berbalik menghadap jendela Ndoro Putri sedang menatap kesini,”

“Matanya mendelik lagi, hiii... Serem!”

Celoteh Sumi, yang kemudian berpamitan hendak kembali mengerjakan tugasnya lagi.

Sepeninggal Sumi, ku langkahkan kakiku menuju lemari dengan kaca lebar. Kemudian bercermin sembari menyisir rambutku yang kusut tak beraturan, lalu menggelungnya. Hingga gerakan tanganku terhenti ketika terdengar suara ketukan keras di pintu.

Penasaran dengan siapa yang mengetuk pintu sekeras ini.

Krieeet...!

Ku buka pintu perlahan, namun detik kemudian berusaha ku tutup kembali ketika ternyata Den Cahyo lah yang berdiri di balik pintu.

Usahaku menutup pintu gagal, Den Cahyo menghadang dengan tubuhnya yang melangkah maju, kemudian memaksa masuk ke dalam kamarku. Lalu menutup rapat pintu kamarku, membuatku berjalan mundur. Menghindarinya!

Gadis JelataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang