3 tahun sebelumnya...
Melupakan kenangan buruk bukanlah hal yang mudah. Terutama menyangkut orang yang kita cintai. Bukan, ini bukan tentang cowok. Tapi tentang kepergian Ibu yang mendadak setelah sekian lama berpisah.
Itu lah trauma berat yang di alami Bella. Ibunya mengembuskan napas tepat di depan matanya. Bella memegang dadanya lalu membuka payung yang dia pegang.
"Sedikit pun, gue nggak mengharapkan hujan turun," ucap Bella sambil berjalan keluar dari rumahnya yang kelam.
Kenapa hujan harus turun hari ini?
Bella sedikit pun tidak bergairah, dia tidak ingin menghabiskan waktunya dengan hujan. Semua ini karena hujan, Kecelakaan yang membuat Ibunya menderita sampai merenggut nyawanya tidak akan terjadi kalau tidak ada hujan.
"Sialan!" Bella memegang payungnya semakin erat. Dia berjalan entah ke mana, mengikuti derasnua hujan.
Tanpa dia sadari, Bella kini sudah tiba di jembatan dekat rumahnya. Jembatan itu... membuat Bella sedikit merindukan Radit.
"Kalau aja lo kasih tahu gue lebih cepet, Radit. Gue mungkin bisa lebih lama bareng nyokap gue."
Tidak, Bella tidak menangis. Air matanya benar-benar kering. Dia sudah berjanji untuk tidak menangis bersama hujan kembali. Yang Bella lakukan hanyalah merenung dengan tatapan kosongnya.
"Mama, apa Mama bahagia di sana?" ucap Bella sambil melihat jernihnya air yang mengalir deras di bawah jembatan ini.
"Semoga Mama bahagia di sana."
Kecelakaan itu, hujan kala itu, dan semua orang yang mencoba menybunyikan kecelakaan Ibunya. Sangat lah kejam. Tidak mengertikah kalau Bella sangat merindukan Ibunya selama ini?
Tidak, Bella. Tidak boleh menangis. Dia hanya memegang batu bata yang menjadi dinding besar pada jembatan itu, melihat ke bawah sana sambil memegang payungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISSABELA [MEMELUK HUJAN]
Romance[SEQUEL KETIKA HUJAN MENANGIS] [Bisa dibaca terpisah, tanpa mebaca yang pertama] ** Issabela Queen, kini sudah meraih kebagaiaan bersama Ayahnya. Masa lalu yang kelam membuat Bella ingin membuka lembaran baru dan memulai kembali kehidupannya dari aw...