"Chapter 18"

73 6 0
                                    

      "Len?"

     Hancur seketika, rasa bersalah yang sempat berhenti mengejar tiba tiba berlari secepat mungkin. Terkadang, rasa itu berhenti hanya untuk menjatuhkan kita lebih dalam lagi. Dan benar, detik ini Ica jatuh dilubang yang sangat dalam

    Lena menatap lemah, berharap jawaban Ica sesuai dengan yang dia katakan beberapa detik lalu. Apa kabar dengan persahabatan ini nantinya, Lena hanya ingin dihargai bukan dibohongi.

    Apa kabar dengan mimpi mimpi selanjutnya, mimpi yang dibangun Lena bersama Ica, mimpi yang mereka susun bersama sama.

   "Ca? Pliss jawab tidak, gw mohon,"

    Ica menggeleng, tangan kosongnya meraih tangan Lena yang lemah, pelukan hangat tercipta saat itu juga. Bagi Ica, menyembunyikan dengan alasan yang tepat akan memperbaik keadaan, dengan sementara.

    "Thanks ca, thanks"

    Palu dengan paku tajam lagi lagi menghantam hati Ica, sejahat itukah hidup? Seolah keadaan mempermainkannya, seolah sebuah pilihan menjatuhkannya, seolah hidupnya dikontrol oleh orang orang yang dia sayangi. Hingga saatnya tiba, ketika keadaan mengharuskan bukan dia yang memilih pada suatu pilihan.

*****

     "Lagi di fase memilih yang satu salah memilih yang dua juga salah kak"

      Ica mengeluh, dirinya sudah benar benar tidak kuat dengan apa yang dialaminya. Dan satu satu hal yang bisa ia lakukan cuma satu, mengeluh pada orang yang tepat.

    "Lo suka ga sih dengan Rizal?"

     "Bukannya perasaan akan datang seiring berjalannya waktu?" Alih alih menjawab, menghindari pertanyaan yang membuatnya juga belum yakin

     "Kalau waktu ga berjalan?"

      Senyum Ica mengembang, dia sudah sangat yakin, bahwa orang didepannya ini memang orang yang pas untuknya. Ata, senior yang membuatnya selalu merasa lebih baik dari sebelumnya.

   "Lo itu manis ca, wajar kalau Rizal suka sama lo"

   "Apa itu alasan kk Rizal suka sama aku?"

    "Itu bukan alasan ca, itu acuan untuk dia suka sama lo, kalau dia suka lo karena lo manis, udah dari tadi Rizal putusin lo waktu muka lo kucel banget"

     "Ha! Emang iya? Tadi aku kucel banget ya kk? Jujur plisss!!"

     "Hahahha tetep cantik kok,"

     "Serius kak? Huftt aku malu ketemu kk rizal nanti,"

     Ata berbalik, membuat tubuh mereka berdua saling berhadapan, tangannya memegang erat kedua tangan Ica. Sekarang waktunya dia menghibur adiknya.

      "Cinta itu buta ca, muka lo gosong juga kalau cinta, ya Rizal gabakal sadar sama itu"

       "Terkadang, insecure separah itu yah, buat semuanya makin berantakan, mulai dari pertemanan, percintaan, permusuhan, pokoknya semuny dehh!"

      "Aku baru tau kk Ata se asik ini"

       Ata tertawa kecil, ia menggeleng lalu menatap Ica,

BACKSTREET!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang