TIGA

27 5 0
                                    

•Sepatu siapa?•

Memangnya apa yang paling berharga
Selain kamu?

~Gerald Samudra~

°°°

    "Maksud lo apa sih Rald?"

    Terlihat jelas raut wajah Gerald yang bingung, "maksud apaan? Lo tuh yang apa maksudnya, udah masuk main selonong aja, sekarang ngelempar bantal ke muka gue."

    "Lo itu mikir gak sih? Argh... Bego!"

    Anton memperlihatkan foto yang ada di ponselnya, "bego tau gak?"

    Gerald menyeringai, ia tahu sahabatnya ini pasti marah dengan perlakuan Gerald. Bagaimana lagi? Gerald sudah kepalang melakukan itu.

    "Tenang aja ton, gue yakin tuh cewek gak bakal ngejauh dari gue!"

    "Lo mau si Syifa gak jauh dari lo tapi lo malah ngelakuin hal konyol kaya gitu? Lo udah mempermalukannya di depan anak-anak basket tau gak?"

    "Gue tau!" Gerald menatap lurus ke luar jendela, "kalau gue bersikap manis sama Syifa, apa Lo yakin Syifa bakal tetap deketin gue?"

    "Emang apa alasan yang kuat kenapa lo beranggapan seperti itu?"

    Gerald tersenyum, "sifat yang Syifa punya itu bukan kaya gitu, dia tidak peduli dengan siapapun yang mau dekat dengannya apalagi mencari perhatian sama cowok, itu bukan Syifa banget."

    "Tapi, mantan-mantan nya banyak dan gue rasa dia play grils, cowok yang pernah deket sama dia juga bukan sembarangan, contohnya David, Langit, sama Arnold si ketua OSIS?" Anton heran dengan Gerald, dan yang membuat Anton bingung adalah Anton tahu perasaan apa yang Gerald rasakan pada Syifa. Tapi sifat egois yang tidak mau mengakui menutupi semuanya.

    "Gue juga gak tahu kenapa akhir-akhir ini Syifa suka nyari perhatian gue, padahal sebelumnya, kenal juga engga."

    "Itu lampu hijau buat Lo!"

🌻🌻🌻

    Syifa berjalan ke arah kelasnya, ia tersenyum pada Ela tapi cewek itu hanya menatap Syifa sekilas.

    "Udah... Jangan di pikirin."

    Syifa tersenyum melihat lengan Raina sudah berada pada pundaknya, setidaknya dia merasa tak sendiri, "makasih na... Eh gue ke kelas ka Gerald dulu ya."

    Raina mengangguk, setelah pembicaraannya dengan Syifa kemarin di rumahnya Raina jadi mengerti kenap Syifa mendekati Gerald. "Sukses ya?"

    "Siap!"

    "Jadi itu alasan gue kenapa bersikeras buat dapet perhatian dari kak Gerald na," Syifa tersenyum kecut.

    "Jadi karena perusahaan bokap lo lagi menurun dan kekurangan saham dia nyuruh lo buat deketin kak Gerald dan bujuk dia supaya ngomong sama papahnya?" Raina mengangguk paham, "tapi syif, kenapa bokap lo gak ngomong langsung aja ke papahnya kak Gerald?"

    "Gue juga sempat nanya itu na, tapi jawaban ayah ya karena Gerald penerus papahnya jadi Gerald harus nentuin keputusan."

    "Susah ya syif, tapi tenang aja. Gue yakin kak Gerald pasti buka hati buat lo, selain cantik lo juga menarik."

    Syifa berjinjit-jinjit berusaha melihat keadaan di dalam kelas Gerald, dia ingin tahu cowok itu sudah berangkat atau belum.

    Syifa berjalan mundur sambil berjinjit, supaya semakin bisa melihat keadaan kelas Gerald terlihat jelas, tapi dia tidak menemukan keberadaan Gerald di sana.

    "Aduh.."

    Syifa merasa tubuhnya melayang, kini matanya bertemu dengan manik mata hitam milik Gerald. Tubuh mungil Syifa berhasil di tangkap oleh Gerald, jelas membuat jantung Gerald tidak beraturan.

    "Kak Gerald?"

    Bruk...

    "Aduh kak, kok di lepas sih?" Syifa  membenarkan anak rambut yang berhasil menutupi wajahnya ketika Gerald melepaskan pelukannya. Membuat Syifa lolos jatuh ke lantai.

    "Ngapain di sini? Ini bukan tempat lo!" Ucapan Gerald dapat segera di mengerti Syifa, ini adalah kawasan kels XII, pantas saja dari tadi tatapan sinis terus di terima olehnya. Rupanya ini bukan tempat yang cocok untuk di datangi oleh junior seperti Syifa.

    Syifa memberikn senyum termanisnya, melupakan sakit akibat insiden tadi, "morning kak Gerald."

    Gerak menatap tajam Syifa, dalam hatinya ia ingin menghitung seberapa lama lelaki itu menatapnya.

    Satu detik.

    Dua detik.

    Tiga detik.

    Empat detik.

    Lima detik.

    Enam detik.

    Tujuh detik.

    Delapan detik.

    Sembilan detik.

    Sepuluh detik.

    "Ngapain lo di sini?"

    Syifa tetap dalam posisi awalnya, tersenyum manis. "Buat kakak." Syifa memberikan susu kotak rasa coklat kepada Gerald.

    "Gue bukan anak kecil yang harus minum susu setiap pagi."

    "Emang bukan, tapi aku udah beliin ini buat kakak, enak loh kak. Kakak har—"

    "Gue gak ada waktu buat ngomong sama bocil kaya Lo!"

    Syifa diam, kalau bukan karena ayahnya man mungkin Syifa mau melakukan PDKT sama Gerald. Cowok beku se jagad raya.

    Syifa menghadang langkah Gerald yang ingin meninggalkannya, "aku bukanin buat kakak ya?"

    Syifa menusukkan sedotan berwarna putih itu ke dalam kemasan, membuat senyum Gerald lolos begitu saja, "buat kakak, di minum ya?"

    Gerald mengambil minuman itu, ia berjalan ke dalam kelasnya, menyimpan minuman itu di tong sampah yang berada tepat di samping Syifa.

    Tatapan cewek itu benar-benar kesal, dia mengambil sepatunya lalu melemparkan ke arah Gerald dengan sengaja, membuat laki-laki itu meringis dan membalikkan badannya.

    Gerald melihat sepatu yang harus saja mengenai punggungnya, "sepatu siapa ini?"

🌻🌻🌻

HALO!

Udah bagian tiga nih, siapa yang udah suka sama Syifa dan Gerald?

Jangan lupa vote dan komen ya biar author rajin baca okee??

Love MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang