EMPAT

25 3 0
                                    

•Sepatu murah•

Sebisa mungkin aku akan selalu
Tersenyum padamu.

~Syifa Alicia Gustaf~

°°°

    Syifa mengatur nafasnya, dia duduk sembarang di depan taman. Melakukan hal tadi seperti uji nyali untuknya. Tak apa tentang sepatu itu, toh ia bisa membelinya lagi. Yang di pikirkan Syifa tadi adalah ingin membalas perkataan Gerald yang berhasil menyakitinya.

    "Sepatu lo mana syif? Kok cuma sebelah?"

    Syifa menoleh ke sumber suara, ternyata itu Raina tanpa Ela. "Gue lempar."

    "Ke mana?" Raina tidak habis pikir, sepatu itu kan baru saja di beli Syifa kemarin, kenapa malah di lempar, "kok di lempar?"

    "Gue kesel banget sama si Gerald, masa ya dia ngomong pedes banget sama gue. Yasudah gue lempar aja tuh sepatu!"

    Raina melongo mendengar penjelasan dari Syifa, "berani banget lo!"

    "Apa alasannya buat gue gak berani sama dia?"

    "Oh jadi elu yang lempar sepatu sama gue?"

    Syifa membelalakkan matanya kaget, dia melirik ke arah Raina yang kala itu juga sedang melirik ke arahnya, "kak Gerald syif." Gumam Raina.

    Kini posisi Gerald sudah berada tepat di hadapan Syifa, "jadi sepatu murahan ini milik lo?" Gerald mengiming sepatu milik Syifa di hadapannya.

    "Sepatu murah?" Syifa merebut sepatunya tapi tidak berhasil, Gerald lebih cepat menjauhkannya.

    "Kakak pikir itu sepatu murah?"

    Raina yang melihat kemarahan Syifa memilih undur diri, "gue ke kelas duluan ya!"

    "Emang ada harga buat sepatu model kaya gini?"

    Syifa menarik nafasnya dalam, dia sudah teramat kesal pada perilaku dan perkataan Gerald, benar-benar kejam. "Orang kampung mana mungkin tau harga." Kini Syifa berani melawan perkataan Gerlad membuat cowok itu memiringkan senyumnya.

    "Lo bilang gue apa tadi? Orang kampung? Lo yang orang kampung!" Gerald menatap Syifa, melihatnya secara intens, dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Gaya Lo kampungan!"

    "Ck." Syifa melirik kan matanya malas, "memangnya siapa yang bilang kakak orang kampung? Ngerasa ya? Jadi kesindir!"

    Bel tanda masuk berbunyi membuat keduanya saling tatap, "Lo masih ada urusan sama gue!"

    "KAK GERALD BALIKIN SEPATU GUE!!!!"

🌻🌻🌻

    Syifa melangkahkan kaki menuju parkiran, ia ingin segera pergi dari sana, sudah muak dengan hari ini. Susu coklat yang di buang, sepatu miliknya yang di sebut murah, dan sekarang dia tidak mendapatkan jemputan karena ayahnya pergi ke luar kota untuk mengurus perusahaannya. Kesialan yang lengkap.

    "Kalau gue tahu ayah ngedadak ada urusan, gue mending bawa mobil sendiri."

    Beberapa pasang mata dari tadi menatap Syifa heran, sesekali mereka sambil tertawa. Membuat Syifa risi, dia tahu alasan mereka seperti itu. Semua karena Syifa hanya mengenakan sepatu sebelah. Kesal.

    "Bener kan kata gue? Lo kampungan!"

    Syifa mengerutkan dahinya melihat siapa yang baru saja berkata, "maksud kakak apa sih?"

    "Lo nanya gue?"

    Syifa rasa ia tidak harus menjawab pertanyaan Gerald barusan, selain tidak penting ia juga sedang tidak ingin berdebat. Syifa meninggalkan Gerald begitu saja membuat cowok itu mendelik. Kenapa Syifa tidak menghiraukannya?

    "Heh!"

    Syifa tahu sebutan itu untuknya, "aku punya nama kak!"

    "Lo masih punya urusan sama gue!" Gerald menarik paksa lengan Syifa agar masuk ke dalam mobilnya.

    "Apa sih kak?" Syifa melepas paksa lengan Gerald membuat cowok itu mendengus.

    "Lo pulang bareng gue!" Tatapan Gerald tidak menerima tolakan, Syifa langsung masuk ke dalam mobil Gerald begitupun dengan cowok itu.

🌻🌻🌻

    "Sesekali lo harus kasih dia kenangan manis Ger, seenggaknya buat dia ngerasa kehadirannya ada aja." Anton menasihati Gerald panjang lebar, tetapi hanya di balas anggukan.

    "Lo juga gak boleh egois gitu, kalo lo mau lo harus berjuang!"

    Gerald menutup buku tulisnya, sebenarnya dari tadi dia tidak menulis apa-apa hanya membuat coretan banyak yang tidak jelas menggambarkan apa. "Gue jahat banget ya sama Syifa?"

    "Akhirnya lo sadar."

    "Gue nanya bego, kenapa lu malah muji gue?"

    "Elah, sapa juga yang muji lo? Lo itu emang jahat, tapi gak ada salahnya juga bersikap dingin sih," Anton menghela nafas, "dingin ya, bukan kejam."

    "Kak Gerald? Kok bengong? Kapan pulangnya ini?"

    Gerald tersadar dari lamunannya, dia baru ingat ucapan Anton tadi gak ada salahnya juga bersikap dingin, dingin ya bukan jahat.

    "Gue jahat banget ya sama lo?"

    Syifa mengerjapkan matanya berulang kali, ia hanya memastikan ap yang tadi di dengarnya tidak salah. "Maksud kakak?"

    "Udah, gausah di pikirin." Gerald menyalakan mesin mobilnya lalu melaju dengan kecepatan rata-rata.

🌻🌻🌻

    "Kok kita ke sini?" Tanya Syifa begitu Gerald menghentikan mobilnya di mall. Tidak ada alasan lain, kini Gerald harus benar-benar berfikir alasan apa yang harus di ucapkan.

    "Gue lagi pusing."

    Syifa mengerutkan dahinya bingung, "pusing? Ke rumah sakit kak, bukan ke sini!"

    Gerald menahan senyumnya, perkataan Syifa barusan membuat Gerald gemas sendiri. "Yuk turun!"

    "Gak ah, kakak masuk aja. Aku mau pulang!"

    "Syifa."

    Syifa menolehkan kepalanya pada Gerald, apa dia tidak salah dengar? Gerald memanggil namanya? Ah yang benar saja. Dengan Gerald memanggilnya saja, Syifa sudah salting tak karuan.

    "Gue pengen nonton..... Sama lo."

    "Terus aku pake sepatu sebelah gitu?"

    "Gue bakal balikin sepatu lo kalau lo mau nonton sama gue!"

🌻🌻🌻

Niatnya kemarin mau up.

Tapi ada halangan.

Yaudah, sekarang mau 2 bagian aja up nya. Hehe.

Love MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang