0:3

256 33 1
                                    

Cuaca di siang ini begitu mendung, Lisa melihat langit dari kaca jendela. Mata tajam cewek itu terus memperhatikan awan yang telah berubah warna menjadi hitam keabu abuan, kebiasaan Lisa jika sedang di apertemen milik sepupunya itu. Dia akan duduk di samping kaca besar yang di apertemen itu.

Cewek itu senang melihat keindahan dari atas gedung, dia bisa melihat gedung lainnya dari atas sini.

Sedikit melamun Lisa tak menyadari jika sedari tadi ada yang memperhatikannya. Mata hitam itu terus memperhatikan Lisa yang tampak tak bergerak di tempatnya.

"Gue fikir pemandangan kota itu tak seindah pemandang alam di luar sana"

Lisa menoleh dan melihat teman Johan yang baru pertama kalinya dia lihat, cowok yang sempat menolongnya kemarin.

"Tapi pemandangan kota itu seperti mempunyai history sendiri" kata Lisa, cewek itu terus melihat gedung pencakar langit tepat di hadapannya itu.

"Mereka hadir dan merusak apa saja di samping mereka" ucapnya lagi, membuat Lisa menoleh lagi.

"Tapi jika tak ada mereka, orang orang itu tak tau mau cari uang di mana lagi" itu adalah jawaban yang logis menurut Andra.

Merusak tapi mempunyai tempat yang sangat penting bagi para umat manusia. Meskipun tanaman hijau jadi taruhannya, di kota ini sudah jarang mau melihat lingkungan hijau. Apa coba yang kita bisa lihat, jika di sekitar kita saja penuh dengan gedung gedung tinggi itu.

"Merusak tapi menguntungkan" Lisa mengangguk membenarkan.

"Kenalin gue Andra" kening itu mengernyit heran, perasaan Lisa dia sudah tau nama cowok itu.

"Untuk apa coba, kalau kita udah saling menganali"

"Gue fikir lo udah lupa dengan nama gue" katanya, membuat Lisa terheran heran dengan cowok di hadapannya itu.

"Gue nggak sepikun itu" Lisa kembali mengalihkan tatapannya pada pemandangan di hadapannya.

Andra terkekeh mendengar ucapan itu, sebenarnya dia cuma mau mengetes. Apakah Lisa melupakannya, karena cewek itu tak ada sama sekali tertarik untuk membahas soal kemarin, meskipun tak penting juga. Tapi dia menunggu.

Mereka kembali sama sama terdiam, Andra jelas jelas tidak terdiam hanya cuma memikirkan mencari topik apa lagi agar dirinya dapat berbicara pada sepupu temannya itu.

"Mmmm...selama gue tinggal di sinii baru kali ini gue liat lo" Lisa mencoba membuka suara, agar tak terlalu canggung.

"Gue jarang ngumpul bareng mereka, kecuali di sekolah atau ketemu di tempat lain. Ini baru ikut join" Lisa hanya mengangguk mengerti.

Hanya itu saja, Andra fikir Lisa akan bertanya lagi atau tidak mengajaknya ngobrol. Ternyata apa yang dia fikirkan salah, malah cewek itu kembali memusatkan tatapannya pada bangunan bangunan tinggi di sana. Apa itu lebih indah daripada ciptaan tuhan di sampingnya itu, sampai Lisa terus menatap gedung gedung tersebut.

Biasa para cewek yang selalu mengajaknya ngobrol atau tidak sekedar basa basi, tapi ini tidak. Lisa seakan akan tak peduli hal itu.

Memang pertama kali bertemuya, Andra merasa cewek yang ada di hadapannya ini agak berbedah, biasa para cewek cewek yang dia tolong akan meminta sesuatu sekedar membantunya, atau mengantarnya pulang. Tapi Lisa beda, bahkan Andra tertarik padanya.

Seakan akan Lisa mempunyai magnet dan dirinya besi, dia ingin selalu bersama cewek cantik di hadapannya itu.

"Apa pemandangan gedung gedung itu lebih menarik dari yang lain" kali ini Andra membuka suara.

Posesif GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang