0:5

202 26 4
                                    

Malam ini pasar malam menjadi tujuan utama Lisa. Cewek itu menatap setiap gemerlap lampu yang berjejer rapi, senyumnya tak pernah pudar sama sekali. Bahagia, itulah yang di rasakan Lisa. Sudah lama dia tak pernah merasakan keramaian seperti ini.

Berjalan menelusuri setiap jajaran penjual, mau itu mainan, makanan, baju atau cendra mata, semua Lisa lewati.

Cewek berambut pendek itu mengelilingi setiap sudut pasar malam itu. Masih kuat, Lisa kembali berjalan menelusuri pasar malam itu. Sampai tak sengaja matanya menyapa sebuah mata lain.

Di sana, tapat arah jam 12 Lisa bisa melihat cowok yang akhir akhir ini selalu berada di sekitarnya.

Sampai tak sadar jika cowok itu sudah ada di sampingnya, tersenyum manis kepadanya. Bahkan senyum itu kelewatan manis, sangking manisnya Lisa kayak mau tabok.

"Ternyata cewek kayak lo juga suka kayak ginian yah" ujarnya, Lisa hanya memutar bola matanya kesal.

"Jangan kayak gitu, cantik lo makin nambah" malas menanggapi Lisa pergi dari tempat itu.

"Pergi sama siapa?" Kali ini dia mulai bertanya.

"Kepo" jawabnya datar.

"Jangan datar datar gitu, gue takut kalau lo datar gitu hati gue malah nambah suka"

"Apaan sih lo, nggak jelas tau nggak" bukannya marah atau apa, Andra hanya terkekeh.

Dan jelas jelas itu membuat Lisa bingung, tak ada yang lucu dalam perkataannya.

"Betul apa yang mereka selalu katakan, cewek kalau lagi ngambek emang cantik" ucap Andra, matanya terus menatap cewek di sebelahnya itu.

"Muka sama watak lo itu nggak sinkron, wajah lo terlalu seram untuk berkata gombal"

"Emang, kerana hanya lo yang bisa buat wajah itu berekspresi" mata Lisa manatap cowok itu bingung.

"Iya, hanya Lisa seorang yang bisa membuat wajah ini berekspresi tampa di minta. Dan gue nggak tau itu kenapa" jelas Andra, bahkan bukan Lisa saja yang bingung dirinya saja bingung.

Padahal itu adalah wajahnya, tapi dia sendiri yang bingung. Entah itu perasaan apa yang selalu hadir dalam hatinya.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Perjalanannya kali ini tak sendiri lagi, sebenarnya dia bersama teman temannya tapi karena pengen sendiri jadinya Lisa memutuskan untuk berpisah.

Hening itulah yang terjadi, tak ada yang membuka suara sama sekali. Sama sama menikmati malam yang ramai, cukup orang orang itu yang meramaikan dan mereka menikmati.

Senyum Lisa mengembang saat melihat makanan kesukaannya. Martabak manis, salah satu makanan favoritnya.

Menyadari jika Lisa menoleh ke satu arah, Andra menoleh melihat apa yang di tatap cewek itu.

"Suka yah sama makanan itu" menoleh Lisa mengangguk.

"Makanan favorit mama" entah kenapa saat mengatakan itu Andra bisa merasakan kesedihan dalam kalimat itu.

"Mau beli" tawarnya, sudah lama juga Lisa tak merasakan legitnya makanan itu.

"Iyadeh, udah lama juga nggak makan"

"Pantas lo kurus gitu" ucapan itu berhasil membuat Lisa berang.

"Apa lo bilang" sungutnya kesal.

"Kan tadi loh bilang 'udah lama nggak makan, jadi misteri kenapa lo kurus itu terpecahkan" menjengkelkan itulah yang di rasakan Lisa.

"Kenapasih lo itu cerewet" sungguh Lisa jengkel sekali dengan cowok yang menemaninya itu.

"Kenapa, gue juga nggak tau. Setiap sama lo mulut gue kayak nggak berhenti untuk selalu ngomong"

Posesif GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang