0:11

120 9 0
                                    


Pagi ini Lisa sudah di rusuhkan dengan adiknya, siapa kalau bukan Jio. Adiknya itu sudah sedari tadi misuh misuh di balik pintunya yang dia tutup rapat pakai kunci. Dia sudah tau kalau adiknya itu akan marah-marah, mempertengkarkan sesuatu yang sebenarnya sepele.

Apalagi kalau bukan kunci motor, Jio kekeh ingin membawa motor, padahal sudah di larang sama Adrian, ayah mereka. Tapi tetap saja adiknya itu batu, di kastauin malah di anggap angin lalu.

"Kak, bukain ini pintunya. Bentar lagu gue telat!!"

"Kalau rasa udah telat kenapa nggak lansung kesekolah aja, kenapa masih di depan kamar" jawabnya acuh, dia sebenarnya tau apa maksud dari perjataan adiknya itu.

"Kak, gue udah mau telat ini" sekali lagi Jio memelas.

"Ya udah, lansung pergi aja kalau nggak mau telat" sebenarnya dia juga sudah mau telat, tapi demi keselamatan dia rela untuk telat.

"Nggak usah pura pura nggak tau apa yang gue bilang kak, cepetan itu kunci motornya" masih saja Jio ngotot, membuat Lisa menatap adiknya itu tajam.

"Masalahnya papah akan marah kalau tau lo yang belum cukup umur udah bawa motor, ingat gue aja yang masih SMA di batasi papah, kalau bawa motor jangan kejauhan cukup sekolah sama sekitar sini aja"

"Pernah lo juga kepasar malam, tapi papah ago-ago aja tuh" tampak Jio belum mau mengalah.

"Itu masih sekitaran Jakarta, belum keluar jalur" Lisa berjalan meninggalkan adiknya itu.

"Kan Jio juga cuma mau sekolah doang, nggak kema-mana" Lisa menoleh kebelakang menatap adiknya itu.

"Ok, kalau lo maksa. Jangan salahkan gue kalau sewaktu lo ditilang atau apalah, terus papah marah jangan bawa-bawa nama gue. Ngerti" adiknya itu mengangguk mengerti ucapan sang kakak.

"Nih!" Lisa melempar kunci motor yang sedari tadi dia pegang.

Mereka berdua melangkah keluar rumah, mereka udah mau telat. Kalau bukan perdebatan mungkin Lisa udah sampai di sekolah. Saat sampai di teras rumah Lisa bisa melihat ada orang di balik pagar rumahnya.

Tentu dia tau motor itu, yang setiap mau jalan pasti selalu di antar pakai motor itu. Lisa melangkahkan kakinya menuju motor tersebut, di sana sudah ada cowok yang masih menggunakan helem full facenya.

Cowok itu mendongak, melihat sudah ada gadisnya ternyata. Di balik helm itu dia tersenyum melihat bagaimana kekasihnya itu selalu membuatnya jatu cinta untuk sekian kalinya.

"Kenapa nggak telfon aja kalau ada di depan rumah" ucap Lisa, cewek itu bisa melihat mata tajam yanh sedari tadi memperhatikannya.

"Malas aja" Lisa terkekeh mendengar itu, cewek itu merasa kalau Andra itu ada-ada ajah.

"Kamu itu lucu, setiap orang pasti malas untuk menunggu, tapi kamu, setia banget mau nunggu aku" senyum terbit dari bibir Andra, cowok itu bengkit dari duduknya.

Andra mendekatkan wajahnya pada Lisa, meskipun terhalang helm cewek itu masih bisa melihat mata tajam itu. Andra sedikit merendahkan tubuhnya yang jankung itu, matanya masih fokus sama gadis di hadapannya itu.

"Aku rela nunggu selama itu, yang penting akhirnya bisa bertemu kamu juga. Buat aku itu sama sekali tak masalah" satu tangan Andra terangkat mengusap dahi gadisnya itu.

Wajah Lisa nampak memerah, rasanya jantungnya mau copot. Gimana tidak dari jarak sedakat ini, Lisa bisa merasakan bau parfun cowok itu, dan jangan lupakan tatapannya yang mematikan itu.

"Dasar gombal" Lisa memalingkan wajahnya, Andra terkekeh.

Cowok itu mengambil satu helm lagi, seperti sudah biasa Lisa menurut saja saat Andra memasangkan helem itu padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Posesif GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang