0:8

95 14 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE AND COMENT YAH.

***

Sepulang sekolah, seperti biasa Lisa akan ada kegiatan extra. Apalagi kalau bukan dance, ini hari selasa dan dia punya jadwal untuk itu. Sudah hampir satu jam mereka latihan dance, rasanya capek sekali. Lisa meneguk sebotol minimun, cewek itu menatap beberapa temannya yang masig melanjutkan latihan mereka.

Dilihatnya beberapa orang yang sudah mau balik. Kayaknya dia akan tinggal lama dulu, dia harus memperbaiki dance lagi. Dia kurang puas.

"Lisa!" Menoleh, dilihatnya coach Manda. Pelatihnya.

"Iya?"

"Mau pulang yah?" Tanya Amanda, pelatih yang satu ini memang dekat dengan Lisa.

"Belum sih, mau sedikit belajar lagi" ucap Lisa.

"Ohh, kalau gitu kakak balik dulu yah" setelah kepergian Amanda, Lisa kembali berlatih.

Memang sih, Lisa itu memanggil Amanda 'kakak' karena mereka udah dekat. Amanda lebih tua tiga tuhun di banding Lisa, sebenarnya Lisa agak sungkan bilang kakak sama Amanda. Tapi karema Amanda maksa jadi yah dia harus turuti. Sama juga seperti pelatih lain, hampir semua pelatih di studio dance ini di bilang kakak olehnya. Rasa sungkan kadang sering menghampirinya. Karena dia nggak enak sama anak anak lainnya, yang lain bilang coach sedangkan dirinya beda. Sekali lagi, Lisa terpeleset. Fikirannya ternyata salah, malah mereka ago ago saja dengan apa yang di lakukan seorang Lisa.

Mungkin karena mereka berfikir Lisa itu sudah lama juga di temapat itu. Jadi mereka biasa biasa saja, karena bukan hanya Lisa ada segelintar lah yang menyebut pelatih mereka dengan sebutan kakak.

Berusaha fokus untuk mendapatkan yang apa dia inginkan. Hampir setengah jam Lisa menghabiskan waktu untuk memperbaiki kesalah setiap dalam dancenya. Setelah terlihat sempurna, Lisa mulai kembali istrahat.

Masih banyak orang di tempat ini, meskipun beda ruangan. Tempat ini masih ramai. Lisa memasuki ruangan ganti, dia gerah dan ingin mandi. Dengan terpaksa dia meminjam ruangan pemilik dari studio dance ini.

"Numpang yah kak" Jesi hanya terkekeh melihat anak asuhnya itu.

"Santai aja kali. Kayak siapa aja" Lisa hanya tersenyum mendengar itu.

Hampir 20 menit dia habiskan waktunya untuk mandi dan berpakaian. Sekarang dia sudah segar, waktunya dia comback.

"Udah mau pulang?" Tanya jesi.

"Iyanih kak, udah lama juga disini" jawabnya, sambil membereskan barangnya.

"Mau di antar. Tadi nggak liat kamunya bawa motor"

"Nggak perlu. Nanti suruh Johan jemput" setelah itu Lisa keluar, sebelum keluar dia mengangguk untuk pamit.

Tapi cewek itu berhenti lagi, karena Jesi belum berhenti bericara.

"Hati hati. Kalau Johan nggak datang manti suruh Zero aja" ucap Jesi.

"Iya kak Jeje" setelah itu Lisa benar benar meninggalkan ruangan itu.

Di pijaknya tangga menuju lantai satu. Lisa tersenyum ke orang orang yang tak sengaja berpas pasan dengannya atau mereka yang menyapa. Lisa memang agak sedikit nggak terlalu suka berekspresi. Bukannya irit senyum, tapi kadang kadang moodnya nggak stabil. Entah kenapa juga.

Tadi sebelum turun dia sempat mengirimkan pesan untuk sepupunya itu. Tapi belum ada balasan.

Sampai di depan mata cewek itu mengedar, sampai tak sengaja irisnya itu bertebrukan dengan iris lain. Malah sekarang iris yang tak sengaja di tatapnya itu malah memdekat.

Posesif GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang