"Hidup itu ngga sesederhana yang kita lihat. Contohnya orang yang kelihatan baik diluar aja belum tentu baik di dalem. Jadi Hidup itu ngga sesederhana yang aku, kamu, dan kalian lihat."
***
Angin berhembus kencang dari arah balkon. Viona memandang kearah layar ponsel dengan wajah kusut.
Pagi ini Viona merasa sangat malas untuk pergi ke sekolah. Tetapi sang kakak terus memaksa Viona untuk pergi ke sekolah.
"De buruan pake seragam ini udah jam enam kurang lima menit. Lo mau telat apa" teriak cowo bernama Iqbal Pratama yang tak lain adalah kakak Viona.
"Iya-iya bawel dah"ketus Viona dan langsung mengambil seragam di dalam lemari.
Viona tinggal berdua dengan kakaknya yang sekarang menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia. Ayah dan ibu Viona terlalu sibuk untuk mengurus, merawat dan memperhatikan mereka berdua. Maka dari itu, mereka berdua di tuntut untuk mrnjadi anak yang mandiri.
***
"De. Ervan jemput noh"teriak Iqbal.
Viona memutar bola matanya malas.
'Orang itu lagi ya'batin Viona.
"Iya" jawab Viona.
Viona berjalan keluar dari kamarnya, sinar mentari menerobos melewati jendela-jendela dan fentilasi udara. Suasana pagi ini terbilang cukup hangat, tetapi di pekarangan rumah mereka masih sedikit terlihat genangan air. Genangan air karena hujan kemarin.
"Kak. Vio pamit ya" ujar Viona dan kemudian mencium punggung lengan sang kakak.
"Iya. Yang bener belajarnya ya. Bro gw titip ade gw di sekolah ya" Iqbal menampilkan senyum yang begitu manis.
"Ya pasti bang. Dia kan sahabat gw, walaupun beda angkatan ya ngga" ujar Ervan.
Viona hanya memgangguk lesu dan mulai memasuki mobil silver milik Ervan.
Tak lama dari itu, Ervan menyusul Viona dan mulai menginjak pedal gas mobil kesayangannya.Sepanjang perjalanan, Viona hanya memandang ke arah jendela. Ervan berusaha membuka topik pembicaraan, tetapi hanya di balas anggukan lesu.
"Mm Vi. Bantuin gw mau ngga" ujar Ervan dengan tangan yang fokus menyetir.
"Bantu apaan" Viona sedikit menolehkan kepalanya ke arah Ervan.
"Jadian sama Almeta. Cewe yang kemarin gw samperin di kantin"
Deg
Viona merasakan sesak di dadanya untuk kesekian kali. Ia berusaha menahan rasa sakit dan kecewanya. Ia mamandang Ervan dengan penuh gejolak kesedihan dan akhirnya Viona mulai menggangguk sebagai jawaban.
'Sadar Vio sadar. Lo cuma sahabatnya jadi jangan berharap lebih sama dia'batin Viona.
Viona membuang nafas secara kasar. Ia menatap Ervan dengan penuh penderitaan, karena Viona menyukai Ervan bukan sehari-dua hari tetapi selama 10 tahun ia sudah menyimpan rasa pada cowo di sampingnya.
"Kalau lo mau deketin Almeta. Lo harus pdkt dulu sama dia Van" ujar Viona so tegar. Yah, padahal hatinya ambyar.
"Ouh gitu. Kalau gitu bantuin gw cari informasi tentang Almeta ya"pinta Ervan "please plisss" mohon Ervan.
"Iya" jawab singkat Viona.
Viona menggigit bibir bagian bawahnya. Ia menahan rasa sakit yang begitu dalam, sampai-sampai ia tak mampu untuk mena
***
Suasana kelas cukup ramai. Banyak siswa dan siswi yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Seperti mengobrol, ribut, dan ada juga yang hanya berdiam diri sambil mendengarkan alunan musik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Hujan Terakhir
Random*** "Lo yang buat gw jatuh cinta dan lo juga yang buat gw patah hati. Mau lo apa si Van" isak gadis bernama Viona. "Mau gw. Lo lupain gw, dan anggap kita ngga pernah kenal" ketus Ervan. "Oke lo bukan sahabat gw dan gw nyesel pernah kenal, suka bahka...