Antara buku dan jazzy

916 31 4
                                    

Buku adalah sebuah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar yang sebagian orang melihat tidak ada yg menarik berbeda dengan benda satu ini sebuah barang bagus yang semua orang ingin memilikinya (Jazzy).

                                    ***

Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga penuh sesak. Tak ada kursi yang tak terisi. Beberapa mahasiswa terpaksa berdiri di barisan belakang. Semua perhatian tertuju ke depan. Sebuah layar putih menyala. Tampak orang-orang berkulit hitam tergolek lemah di sebuah Rumah Sakit. Pandangan mereka, seperti yang ditangkap kamera adalah bayangan kematian yang memilukan. Tubuh mereka tinggal terbungkus kain putih. Gambar berpindah ke sebuah Bar. Aneka minuman keras bertebaran. Asap rokok mengepul memenuhi ruangan. Dentuman musik disk house memekakkan telinga. Kali ini fokus kamera menyorot bayangan sepasang manusia yang saling merapatkan tubuh. Keduanya bergoyang mengikuti lagu naluri yang membirahi. Tak ada yang peduli, meski situasinya sangat ramai. Kamera berpindah tempat. Di sebuah kamar lima pemuda secara bergantian menyuntik diri mereka sendiri. Di atas meja, bertebaran alat-alat suntik, beberapa kantong plastik berisi serbuk, butiran-butiran pil warna-warni dan botol-botol minuman.

Gambar berhenti. Layar kembali padam. Seorang perempuan mengambil mikrofon.

"Teman-teman sekalian, itu tadi film dokumenter yang dibuat oleh seorang wartawan tentang penyebaran HIV/AIDS di Afrika Selatan. Saya tidak perlu jelaskan. Bahasa gambar seratus kali lebih tajam dari pada bahasa lisan. Selanjutnya, waktu saya kembalikan kepada pembawa acara. Terima kasih". Perempuan itu lalu naik ke atas panggung, diiringi tepuk tangan panjang. Ia lalu duduk di sebelah pemuda berambut ikal, dua puluh lima tahunan.

"Hadirin sekalian. Saatnya sesi tanya jawab. Lima penanya dulu. Silahkan bertanya kepada Mbk Nilasari aktivis Nurani Bangsa atau Dokter Prayogo dari UNAIR" ucapan pemuda itu disambut unjuk jari dari puluhan peserta seminar. Semua ikut berebut ikut berbicara seolah yang paling tahu tentang penyakit mematikan ini.

"Satu-sarunya obat adalah taubat" seorang pria bergamis lantang bersuara.

"Pemerintah harus punya kebijakan yang jelas...."

"Masyarakat sudah terlanjur mencap orang yang kena HIV/AIDS adalah pezina, pemakai, pemabuk, padahal tidak semua demikian..."

"Yang harus dijauhi penyakitnya bukan malah orangnya..."

Sang moderator pun sibuk mengatur lalu lintas pertanyaan yg saling silang, tak tentu arah, persis gambaran lalu lintas di jalan-jalan negeri ini. Suasana itu berlangsung hingga hampir dua jam kemudian, ketika pembawa acara menutup acara seminar tersebut.

"Fahri, terima kasih. Kalau tidak ada kamu, seminar ini bisa kacau. Semua merasa yang paling tahu, paling benar, paling baik" kata perempuan yang menjadi pembicara tadi.

"Sama-sama Mbak Nila. Oh ya, aku nggak bisa ikut ke kantor. Aku sudah ditunggu Cak Id" jawab Fahri.

"Tak masalah. Masih ada teman-teman yang lain kok. Kapan novel terbarumu terbit?"

"Do'akan saja, Mbak. Assalamu'alaikum" Fahri melambaikan tangan.

"Wa'alaikumsalam" Mbak Nilasari menjawab salam. Pandangannya mengiringi Fahri keluar pintu Aula.

Begitu Fahri sampai di teras Aula, Hasan langsung menghampirinya.

"Kita langsung ke Dunia Kata?"

TASBIH CINTA FAHRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang