"Letha, jangan main hp mulu! Nanti mata kamu rusak." Omel Ibu nya.
Letha tak menghiraukan omelan dari ibu nya, dia sedang asik menonton drama korea di ponselnya.
"Anak gadis tapi bandel nya minta ampun. Di bilangin engga nurut, udah budeg tau rasa!" Celoteh Ibunya yang masih sibuk bermain game cacing di ponselnya.
Letha hanya cemberut mendengar ucapan Ibunya barusan. Rasanya seperti ingin dosa tapi takut nabok.
"Letha, ambilin mamah minum dong!"
"Males ah, ambil sendiri aja. Jangan manja deh, Mah."
Ibu nya menyentil dahi Letha. "Hati-hati ya. Gadis pemalas suka ditinggalin sama pacarnya loh." Ucapnya menakut-nakutin.
Letha memutar bola mata malas. Sepertinya Ibunya memang generasi micin jadi kurang pinter.
"Mah, jangan halu deh. Yang sering ditinggalin tuh yang ceweknya kurang cakep bukan yang males."
"Nah, harusnya Letha waspada. Kamu kan kurang cakep ditambah males, fix calon-calon ditinggalin." Ucap Ibunya santai.
Letha terkejut mendengar ucapan Ibunya seenak jidat tanpa merasa bersalah. Bagaimana Ibunya bisa begitu santai, bukan malah mendoakan anak nya langgeung gitu.
"Mah, minta dihujat?!" Kata Letha kesal.
"Oh kamu minta dihujat? Dengan senang hati mamah akan hujat kamu kok." Balas Ibunya tersenyum jahil.
Letha menekuk wajah nya bete, dia beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang tamu.
"Letha, kamu mau kemana?" Tanya Ibunya sedikit keras.
"Mau ke penggadaian, siapa tau mamah masih laku di gadein biar engga hujat anaknya aja." Jawab Letha tanpa menoleh ke belakang.
Ibunya hanya tertawa kecil melihat tingkah putrinya yang cukup menghibur.
"Dasar ya, anak jaman sekarang."
***
Letha merasa malas menatap buku-buku di depan meja nya. Apalagi harus berurusan dengan tugas sekolah.
"Padahal jadi kaum rebahan itu enak." Ucap Letha pelan.
Letha melirik ke arah ponselnya dan melihat tidak ada pesan dari Radhika. Bahkan pesan yang dia kirim dari pagi belum juga dibalas.
"Sesibuk itu ya jadi anak kuliahan?" Kata Letha tersirat kesedihan.
Letha langsung menggelengkan kepalanya membuang pikiran buruk yang terlintas. Dia tidak boleh berpikir aneh-aneh pada Radhika, mungkin benar Radhika sedang sibuk dengan urusan kampus.
Tak lama ponselnya berbunyi Letha berbunyi, terlihat ada pesan masuk dari Radhika.
Letha tersenyum miris, mungkin nanti terlihat egois jika dirinya marah kepada Radhika yang melupakan hari yang cukup penting bagi nya.
Hati nya Letha merasa sedih dan kecewa, tapi dia tidak ingin memperpanjang masalah. Terlebih Radhika baru pulang, pasti lelah dan butuh istirahat.
"Percaya lah, semua akan baik-baik aja kok. Letha nggak boleh cengeng." Ucap Letha menyemangati dirinya sendiri.
Letha langsung memindahkan foto dirinya bersama Radhika yang disimpan dimeja belajar ke laci meja.
"Malem ini simpen sini aja ah."
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Letha, ia beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Letha menghela nafas pelan, lalu membuka pintu dan melihat Ibunya berdiri disana.
"Kenapa? Abis diputusin?" Tanya Ibunya sambil memandang Letha selidik.
"Eh buset, Mah. Datang-datang samlekom kek." Ucap Letha ketus.
Ibunya mengangkat bahu acuh dan memberikan segelas susu kepada Letha. "Nih di minum, takut kurang gizi anak Mamah." Canda nya.
"Makasih, Mah."
"Kalau mau curhat cerita aja ya! Mamah engga mau denger soalnya."
"Bodo amat, Mah. Semerdeka Mamah aja deh!"
"Maka nya belajar! Jangan bucin mulu, tapi kalau mau curhat mamah siap dengerin kok." Ucap Ibunya serius dan dibalas anggukan oleh Letha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radhika
Genç KurguViona Aletha atau yang sering disapa Letha merasa tuhan tidak adil padanya. Ketika dia pernah mencintai seseorang, menemani hari-hari bersama nya. Berharap selalu bisa jadi bagian hidupnya. Hingga harapan menyadarkan Letha dengan kabar yang selama...