r

291 45 13
                                    

sena mendesah lelah. mulutnya ia usap dengan tisu dua ribu rupiah, menghilangkan sisa air mineral di sudut bibirnya.

praktik olahraga kali ini cukup menguras tenaga, mengeluarkan banyak sekali bulir-bulir keringat di pelipis, leher, serta badannya.

"eh aku ke toilet dulu ya, mel."

sena beranjak dari duduknya, berjalan keluar kelas sambil mengibaskan tangannya di daerah lehernya yang terasa panas. ia butuh air untuk menyejukkan badannya.

setelah membasuh lehernya dengan air dan mengelap nya dengan kering menggunakan tisu, sena memutuskan untuk kembali ke kelas, memastikan pelajaran olahraga ini cepat selesai, dan ia bisa berganti seragam.

baru saja kaki sena melangkah dari pintu toilet, tangan kanannya tiba-tiba saja digenggam oleh seseorang dari belakang. sena yang parno sudah mulai berpikir negatif, apakah ia akan dilabrak, atau diculik?; pikiran-pikiran negatif terus berputar di kepala sena. sampai ia berani untuk menoleh, namun, apa yang ia pikirkan tadi semuanya lenyap, tak ada hal buruk yang akan terjadi kepadanya. karena di hadapannya sekarang hanya ada seorang mark lee, tersenyum dengan botol air mineral ditangan kirinya.

"tadi, gue liat lo kayaknya haus banget, sekalian tadi ke kantin." mark menodorkan botol air mineral itu, sena menerimanya, lalu berterimakasih dengan gugup. hatinya sedang tidak baik-baik saja kali ini.

"mau ke kelas? bareng aja yuk?"

pertama kalinya, setelah sekian bergantinya detik, bergantinya menit, bergantinya jam, bergantinya tahun. seorang mark lee, lelaki sempurna yang sangat didambakan sena, berdekatan denganya. berdampingan hanya 20 cm yang sebelumnya sena hanya melihatnya dari kejauhan. tidak pernah sena berekspektasi sebesar ini, berjalan berdampingan dengan sosok mark lee.

"udah nyampe saya kak, duluan ya." sena menunduk sebentar, tersenyum setelah menatap mark lee yang mengangguk dengan wajah lucunya.

"edan, mimpi apa aku semalam?"

"edan, kenapa nepuk-nepuk pipi sih, na?" hussein menatap sena sedih, berpikir teman kecilnya ini sudah gila. tangan hussein terangkat mengarah ke dahi sena, menempelkan telapak tangannya lalu punggung tangannya, seperti memeriksa suhu badan seseorang. hussein mengangguk kecil, lalu tangan kanannya menepuk bahu sena.

"emang gila kayaknya, panas soalnya."

setelah mengucapkan kalimat itu, kepalanya sudah menjadi amukan dari telapak tangan sena. sudah mengincarnya beberapa menit yang lalu.

"ga usah aneh-aneh, hussein!!" sena menggeram, membentuk jari-jarinya seperti ingin menerkam hussein, membuat hussein memindurkan kepalanya sedikit lalu meledek, menjulurkan lidah.

"ga takut, wlee."

baiklah, sesi sena yang mengejar hussein sudah dimulai. mereka dua insan ciptaan Tuhan, berlarian mengitari kelas, berlarian ke sekitar area kelas-kelas yang kebanyakan tidak ada guru yang mengajar. salah satunya kelas mark yang memang aksi sena dan hussein yang sudah dilihat oleh mark sedari tadi.

melihat hussein yang menjahili sena dari awal, sampai tahap kejar-kejaran. tanpa sadar tatapan matanya menajam, bertanya dalam hati siapakah lelaki itu.

pasalnya mark takut. pandangan lelaki itu, yang tak lain adalah hussein, sangat menunjukkan ada ketertarikan pada wanita yang sekarang sedang tertawa di depannya.

mark takut. takut keduluan, takut bahwa yang jauh pasti akan kalah dengan yang selalu dekat.

---

mark lee
how to love-;

rab, 26 februari 20

How To Love; Mark Lee [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang