senin pagi yang cerah telah tiba. pagi ini mood sena baik sekali. dirinya sepanjang sarapan selalu tersenyum manis, walau kakak laki-laki nya mengusik.
"seneng banget hari ini, dek." sandy— ayah sena mengelus rambut anaknya sambil meminum secangkir teh dari sang istri.
"adek, abis dapet doorprize waktu malam minggu, yah." kamila tersenyum, ia mendududkkan dirinya disamping sang suami.
sena dan sandy yang mendengar menaikan alis mata. sena meringis, sandy menatap anak perempuannya dengan mata memicing. "apa itu wahai adinda?" sandy menjawil hidung sena. menggodanya.
"ih bunda buka kartu."
kamila tertawa, sampai satria turun, membawa tasnya di punggung lalu tangan kanannya yang bermain dengan kunci mobil.
"skuy, berangkat!" satria dan sena pamit. mencium punggung tangan orang tuanya, tak lupa pipi mereka.
"abang sama adek berangkat." setelah mengucapkan salam, satria dan sena akhirnya berangkat dengan mobil kesayangan satria.
selama perjalanan menuju sekolah sena, kakak beradik itu hanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. sampai satria membuka suaranya memecahkan keheningan di antara mereka.
"emang yang malem minggu itu ngapain?" sena melirik satria tak minat. sena hanya bertanya kenapa, lalu satria hanya menggeleng.
"gak kenapa-kenapa. cuma abang kenal sama mark."
jawaban satria sukses membuat sena menengok dengan cepat. "kok bisa?!" tanya sena dengan heran. mengapa sang kakak bisa kenal dengan pujaannya.
bukannya menjawab, satria hanya mengeluarkan ponsel pintarnya lalu mengutak-atik ponsel itu, setelahnya sena bisa melihat di layar ponsel di mana ada satria dan mark yang bersanding di foto itu.
"iri ya?" sena mengerucutkan bibirnya karena satria mengambil ponselnya.
"kok bisa kenal?!"
"iri ya?!"
"jawab!"
bukannya menjawab satria hanya menggeleng, memberhentikan laju mobilnya yang ternyata sudah berada di depan gerbang sekolah tempat sena menimba ilmu.
"sana belajar yang bener." diacak-acak pucuk kepala adiknya dengan gemas.
"ya udah, abang hati-hati." sena mencium punggung tangan satria lalu bergegas keluar dari mobil.
hari masih terlalu pagi, oleh karena itu kelas juga masih terlihat kosong, hanya ada dirinya dan juga dean teman sekelasnya yang berjabat sebagai ketua kelas.
"na!!! tugas pak abi udah?" tiba-tiba dari luar pintu hussein dengan tingkah overload-nya menghampiri tempat duduk sena, menyambar tangan gadis itu dengan wajah memelas.
"ya apasih, ga usah pegang-pegang." sena menepis tangan hussein, tak lupa juga pukulan dipundak hussein dengan keras sampai membuat sang empu mengaduh.
hussein ini anak pinter yang kelewat malas kalau soal tugas. pernah saat kelas 10 dulu. hussein dan sena yang satu kelompok pernah diomeli habis-habis oleh guru kaprodinya karena telat kumpul tugas.
sena dengan hati yang tabah mengeluarkan buku tulis farmakognosi nya memberikan kepada hussein yang sekarang sudah menempatkan diri, duduk disampingnya.
"cepet selesaiin keburu masuk."
"iya, sayang."
"ih, hussein aku tabok ya!!"
----
"baiklah sekian dari bapak, kurang lebihnya mohon maaf. tugasnya jangan lupa dikerjakan sampai bertemu senin depan. silahkan istirahat dulu."
akhirnya setelah empat jam, dua mata pelajaran sekaligus bersama pak abi. bel istirahat berbunyi membuat para siswa-siswi merenggangkan badan mereka yang lelah karena terlalu lama duduk di depan buku pelajaran mereka.
"yuk ke kantin, beb." amel menggandeng tangan sena yang masih duduk di bangkunya. sena yang diajak hanya menggeleng, enggan untuk pergi dari kelas menuju kantin. perutnya yang kosong pun tidak mau diisi.
"engga dulu deh mel, aku ga mau jajan dulu." amel mendesah, lalu mengangguk. sedetik kemudian ia merangkul hussein dan sasa mengajak mereka berdua untuk pergi ke kantin bersama.
sekarang, di kelas sena hanya sendiri. tidak tahu kenapa, tiba-tiba badanya lemas tidak mau diajak untuk bersemangat. berbeda sekali saat pagi tadi.
kelas yang semula sepi, langsung ramai. banyak teman-teman nya yang makan di kelas, tapi setelah itu pergi lagi.
"sena ga jajan?" rani, salah satu teman sekelas sena bertanya basa-basi yang hanya dibalas senyuman dan gelengan sena. "lagi males."
"oh, ya udah aku keluar dulu ya. hati-hati lho."
sena dan rani tertawa, lalu melambaikan tangan satu sama lain.
sena yang bosan, akhirnya memutuskan untuk menumpukan tangannya di atas meja dan menaruh kepalanya. mata terpejam, sampai sena merasa ada yang menarik kursi disampingnya.
sena pikir itu amel, atau hussein tapi mungkin juga rani atau sasa kembali. jadi sena mempertahankan posisinya seperti itu, tak ada gerakan tambahan lainnya. sampai beberapa menit tidak ada suara yang masuk ke indra pendengarannya.
ini siapa?, batin sena berujar penasaran. karena itu ia mengangkat kepalanya, memutar badannya kesamping, dan viola ada sosok mark di sana dengan setelan kemeja putih dasi abu-abu yang dibalut dengn hoodie abu-abu.
mark disampingnya tersenyum dengan tangannya yang memegang plastik berisi donat.
"gue tadi liat temen lo di kantin tapi ga ada lo nya."
mark menaruh donat itu disamping sena menyodorkan makanan kesukaan sena dengan sukarela.
"tadi liat jeno sama haikal beli donat, gua tertarik tapi kebanyakan. buat lo, daripada sayang."
sena yang tak mengerti hanya mengangguk dengan ringisan, menerima donat itu dengan senang hati. pikirannya penuh dengan kata-kata terakhir mark yang malah membuatnya lupa diri. "makasih, sayang."
"hah?"
selanjutnya, dipastikan akan ada kecanggungan setelah ini.
----
mark lee
how to love-;yo aku double update iki. terimakasih sudah mau membaca.
makasih juga yang sudah memberikan votenya
aku seneng banget, bisa menghargai aku dengan baik hehe 😘🙏
min, 01 maret 20
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Love; Mark Lee [√]
Short Story❝can you tell me how to love?❞ started: 6 Ags 2019 end: 26 maret 2020 lowercase;-!