e

195 37 2
                                    

semenjak kata-kata terima kasih yang terbilang cukup memalukan untuk sena karena terdapat kata-kata yang tak sengaja keluar langsung dari otak ke mulutnya, membuat sena beberapa hari ini, menghindari semua atensinya kepada mark lee.

contohnya sekarang. hari kamis siang ini setelah istirahat. kelas mark sedang melakukan pelajaran olahraga, yang dimana pak anton selaku guru olahraga tidak masuk lantaran cedera. sena yang biasanya tidak pernah absen untuk melihat kegiatan olahraga mark, sekarang malah tak acuh dengan mark yang sekarang sedang duduk santai di depan kelasnya.

"na, lo ada apa-apa ya sama kak mark?" amel mengunyah camilan miliknya, memperhatikan sena yang sedang menatapnya sinis, lalu membuang muka.

"Aih ditanya juga maneh teh!" badan sena terhuyung kesamping mengenai tembok, cukup keras tapi tidak menimbulkan rasa sakit.

"ya, pikir aja mel. aku seorang sena ... bisa emang bersanding dengan sosok mark lee? enggak akan!"











"hayo ngomongin siapa lo?!" hussein dengan segala kerusuhan nya memukul meja amel dengan keras. menimbulkan suara menggelegar, tak lupa teriakan anarkis dari penjuru meja kelas.

sena yang kaget setengah mati mendelik. menatap hussein dengan sinis. yang ditatap hanya mengeluarkan cengiran khasnya, tak peduli dengan tatapan sena yang tajam nan mematikan.

"kamu tuh bisa gak sih gak usah iseng gitu, hucen!!" sena melempar buku tulis matematikanya ke arah hussein, dengan cekat menangkapnya.

"buku tuh bidang ilmu, gak boleh dilempar-lempar sena."

"muka kamu gak usah kayak orang nasihatin begitu, jelek."

amel dan sasa yang melihat pertikaian antara sena dan hussein— hanya menghela napas pasrah. tidak heran lagi dengan pertikaian yang sering terjadi jika hussein berulah.

"kalian tuh berantem mulu!! ga cape apa?" amel menengahi pertikaian yang tak akan pernah usai itu. tangannya menutup wajah hussein yang sekarang sedang mengejek sena dengan bibir yang ia gerakan kanan dan kiri.

"lagian hussein yang suka bikin masalah!" sena meledak. wajahnya memerah, tangannya mengepal di sampingnya.

hussein yang mendengar hanya tertawa. "kan bercanda doang sena." katanya sambil mengacak-acak rambut sena dengan gemas.

sena mencebikkan bibirnya, tangannya merapihkan rambutnya yang berantakan. belum selesai keributan mereda hussein dengan seenaknya menarik jepit rambut sena, membuat sang empu memekik kesakitan.

"hussein!!!"

seperti sebelum sebelumnya, sena yang pasti selalu berakhir mengejar hussein yang tertawa terbahak-bahak, mengundang tatapan manusia bernyawa di penghujung koridor.

hussein dan sena sibuk berlari ke sana kemari tanpa sadar bahwa mereka sudah menjadi tontonan menarik. sampai akhirnya tanpa sengaja hussein menabrak pundak mark yang sedang meminum air mineralnya.

sena kaget hampir memekik, hussein membelalak dan mark menatap keduanya sinis.

minuman itu jatuh, tak tersisa.

"sorry." hussein menundukkan kepalanya singkat, lalu berjongkok mengambil botol minum milik mark. tangan hussein terulur. tapi, bukannya mengambil uluran hussein mark hanya menatap hussein dengan sinis.

hussein yang tidak terima ditatap se sinis itu mengernyitkan dahinya. "kenapa bang?" hussein berujar dengan nada menantang. rasanya menjadi panas kala mark hanya berjalan melewati hussein dengan mengadu bahu. "ini sekolah, banyak orang. lari-larian begitu berasa dunia milik berdua!"

"gue kan udah minta maaf, kok gak jelas."

hussein berbalik, tangannya mengepal.

"kan gue cuma bilang, salah? tindakan lo ngerugi, gak guna."

mark berbalik, tapi belum sepenuhnya berbalik ia sudah merasakan dirinya tersungkur begitu saja. tanpa aba-aba hussein memukul dirinya dengan tangan kanannya yang masih memegang botol minum milik mark.

"hussein! kak mark!!"

----

mark lee
how to love-;

rab, 4 maret 20

How To Love; Mark Lee [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang