Happy Reading !!
"Kembalilah padaku, Eve. Kau tidak boleh mempercayainya." Suara bernada lembut dengan pandangan memelas yang terarah padanya.
"Datanglah padaku, Luna. Kau hanyalah milikku. Kau selalu milikku, Luna." Suara lain yang memintanya dengan wajah penuh tuntutan yang membuatnya kembali gamang.
"Berpikirlah dengan jernih, Hinata. Kau harus mempercayai hatimu, kau pasti bisa melakukannya." Suara tidak asing yang muncul dari sisi lain, mengoyak kembali nuraninya.
"Jangan terluka lagi, sayangku. Jangan kembali pada pilihan salah yang akan membuatmu harus menderita seribu tahun lamanya. Jangan lagi, putriku."
Suara yang membuat Hinata kembali bingung dengan situasinya. Siapa mereka ? Suara siapa yang terus berteriak dalam kepalanya ?
🌻
Hinata tersentak dengan spontan, langsung bangun dari ranjangnya dengan leher nyaris putus karena terkejut dengan reaksi mendadak dirinya.
Keringat dingin menetes di pelipisnya, merasakan dadanya sesak saat merasakan sesuatu yang mendesak memaksa keluar darisana.
Apa itu rasa sedih atau penyesalan, Hinata tidak yakin dengan dirinya."Haah .. apa itu tadi ?"
Duduk dengan wajah lesu, menoleh keluar jendela yang gordennya terbuka.
Hinata menghela napas dengan berat, kembali memikirkan mimpi aneh yang baru pertama kali dialaminya selama 23 tahun ia hidup.
Menoleh pada sisi ranjangnya yang kosong, haruskah Hinata mengatakan jika dirinya kecewa karena Sasuke tidak datang hari ini ?
Sebenarnya tidak, Hinata sama sekali tidak merasa kecewa dengan keabsenan lelaki itu.Saat Sasuke datang ke tempat tinggalnya, lelaki itu terlalu mendominasi hingga membuat Hinata nyaris merasa ngeri.
Selain itu, Hinata juga bisa dipuaskan dengan berbagai jawaban yang diberikan Sasuke atas pertanyaannya.
Yah, meskipun lelaki itu juga sering menjengkelkan saat Hinata memberinya pertanyaan yang terdengar tidak masuk akal.
Sampai saat ini, Hinata memegang rahasia Sasuke dengan hati-hati, karena lelaki itu memang memintanya."Apa kau sengaja menungguku ?"
Suara baritone bernada rendah dengan tawa kecil yang terdengar puas, saat Hinata menoleh dengan terkejut karena Sasuke sudah berada di ambang pintu kamarnya.
"Ckck .. hanya dalam mimpimu." Balasan sarkasme yang membuat tawa Sasuke semakin keras.
"Kenapa masih bangun, hmm ? Merindukanku ?"
Menaiki ranjang Hinata setelah membuat gadis itu menatap padanya.
Hinata merasa hampir pingsan saat melihat wajah puas dalam ekspresinya, Sasuke memang menjadi bahaya paling nyata untuk kelangsungan otak warasnya.
Ohh lupakan soal kewarasan, Hinata memang sudah tidak waras karena dengan senang hati menerima Sasuke di kehidupannya.Tidak menunggu jawaban, saat akhirnya Sasuke mengelimasi jarak diantara mereka dengan menempelkan bibirnya pada bibir Hinata yang terasa lembab dan manis.
Tangannya bergerak lihai, melingkar manis di pinggang Hinata dan membuatnya semakin mendekat.
Hanya terhalang kain tipis pakaian diantara mereka, dan Sasuke bisa kapan saja membuat batas tipis itu menghilang dalam sekali sentakan.
Tapi, lelaki itu tidak mau terburu-buru dalam memainkan permainannya."Hahh ... kau mau membunuhku ?"
Meraup oksigen dengan rakus untuk menyelamatkan hidupnya, Hinata merasa sesak pada dadanya karena ulah Sasuke yang tidak kunjung melepaskan ciumannya yang panas.
Tersenyum sambil mengusap bibir bawah Hinata yang sedikit bengkak karena ulahnya, sorot dalam mata yang membuat Hinata menegak ludah dengan susah payah."Aku sangat haus hari ini."
Tepat setelah mengatakannya, Sasuke menyingkirkan helaian rambut yang menutupi leher putih Hinata.
Menyingkirkan gangguan.
Mata yang terpejam rapat, saat Sasuke menancapkan taringnya disana, menyesapnya dengan kuat hingga membuat Hinata hampir gemetar.
Tangannya berada di genggaman Sasuke, menahan agar Hinata tidak kembali memukul kepalanya seperti sebelumnya.Rasa sakit itu bisa diatasinya, membuat Hinata tidak terlalu merasakannya saat Sasuke lagi-lagi menyesap darahnya.
Entah apa yang dilakukan lelaki itu, hingga membuat Hinata merasa cukup nyaman saat Sasuke melakukannya, meski masih terasa sedikit nyeri.
Hinata tidak pernah menolaknya, membiarkan lelaki itu memenuhi hasrat dahaga yang katanya membuat tenggorokannya kering dan gatal.
Sejak awal memang seperti itu adanya, Hinata tidak pernah melawan, tidak juga keberatan, menyerahkan diri dengan sukarela.Sasuke melepaskannya, setelah mendengar Hinata yang mengeluh nyeri karena Sasuke yang menancapkan taringnya terlalu dalam.
Masih memejamkan mata, saat Sasuke mengecup pipi Hinata dengan lembut, meminta gadis itu untuk melihatnya."Apa yang sedang kau pikirkan ?"
Apa ini saatnya night talk ? Hinata tidak yakin.
Menggeleng pelan, menyunggingkan senyum tipis di wajah lelah setelah menguap lebar.
Masih tengah malam saat ini, wajar jika Hinata merasa mengantuk dan lelah."Tidak ada. Aku hanya mengantuk."
Menjatuhkan tubuhnya di ranjang, bersiap kembali tidur dan mengabaikan Sasuke.
Entah lelaki itu akan tinggal bersamanya atau memilih pergi, Hinata tidak peduli.
Tapi, opsi kedua terdengar sangat kejam jika lelaki itu sampai benar-benar pergi setelah mengambil darahnya dalam jumlah cukup banyak."Tidurlah, Eve. Aku akan bersamamu."
Pelukan mengerat di pinggangnya dengan posesif, kecupan lembut di lehernya yang terluka, Sasuke bersamanya disatu ranjang yang sama.
Senyumnya yang mengembang perlahan, Hinata merasa lega karena lelaki itu tidak memilih opsi untuk meninggalkannua setelah memanfaatkan tubuhnya.🌻
"Jadi, kapan kita akan mengambilnya ?"
"Sabarlah, Alpha. Sampai bulan merah selanjutnya, kita akan segera mendapatkannya. Setelah sang Luna kembali lahir ke dunia."
Wajah asing yang menyeringai di balik kegelapan, auman panjang sebagai tanda keberadaan.
Bangsa werewolf dan keagresifan mereka terhadap sang Luna yang mereka puja, bisa menjadi petaka untuk siapa saja yang coba menyentuh sang Dewi dalam tahta tertingginya.
Bahkan sang Alpha, bisa menjadi gila hanya karena kehilangan Luna nya.
Bangsa werewolf adalah makhluk yang setia pada pasangannya, mereka hanya akan memiliki satu pendamping sepanjang hidupnya.
.
.
.
Jadi, bagaimana ?Vote please ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
RED MOON
FanfictionMereka dipertemukan di satu waktu saat bulan merah bergaul. Saat itulah Sasuke sadar, jika Hinata adalah Eve nya. Hinata dan ketertarikannya dengan dunia astral, kejutan sempurna saat bulan merah bergaul untuk yang kesekian kalinya.