Happy Reading !!
Ada banyak kisah yang tidak pernah mereka ketahui sebelumnya, tentang takdirnya, tentang rahasia yang disimpan rapat dalam darah mereka yang mulai bergejolak saat mereka akhirnya dewasa.
Mereka hanya kanak-kanak, yang tidak pernah mengerti apa itu makhluk lain.
Mereka menganggap jika mereka sama, pikiran polos yang akan menghancurkan saat mereka beranjak dewasa.Namanya adalah Hinata Hime, gadis kecil berparas menawan yang selalu bermain dengan dua anak lelaki berbeda warna rambut.
Yang satu berwarna sangat terang, yang satu berwarna sangat gelap.
Yang satu selalu tersenyum lebar, yang satu sangat pendiam.
Mereka sangat berbeda, dengan sikap kontras yang sangat mencolok.
Dan Hinata ada diantara perbedaan besar yang menjadi jembatan penghalang sekaligus penghancur saar mereka mulai mengerti apa artinya memiliki.Dalam sejarah nenek moyangnya, nama Hinata sudah diramalkan sejak jauh-jauh hari oleh para leluhurnya.
Meski namanya memiliki arti tempat yang terang, bukan berarti takdir akan seterang namanya.
Dibalik wajah polos dengan senyum malu-malu, terdapat kutukan hidup oleh para dewa yang murka atas tingkah leluhurnya.
Hinata tidak tau, pada apa yang tengah tertidur dalam dirinya, bersembunyi diantara urat nadinya dan mengalir deras dalam dirinya, itu dinamakan sebagai darah terkutuk.Bukan Hinata yang dikutuk, tapi darah leluhurnya yang mendapat kutukan itu.
Bukan hal baik, karena ia akan mengalami banyak rasa sakit sepanjang hidupnya, dan bahkan rasa sakit itu akan tetap ada meski ia di hidupkan kembali dalam sebuah reinkarnasi.
Entah dirinya akan tetap berwujud manusia atau berubah menjadi hewan, rasa sakit itu akan terus mengikutinya.
Hinata yang malang, bukan salahnya jika ia harus hidup dalam kesusahan.
Bukan masalah materi, ia akan mengalami kesusahan teramat pada batinnya."Hime-chan, ikuti aku .."
Suara anak lelaki berambut pirang yang sangat antusias berlarian di padang rumput hijau tanpa batas.
Senyum lebarnya, wajah hangatnya dan tatapan dalam binar terang di netranya.
Anak itu sangat bahagia."Tunggu aku, Naruto-kun."
Suara kecil dari Hime yang berlari mengikutinya, dengan gaun selutut berwarna ungu lembut, rambut panjangnya terkepang rapi, senyumnya yang manis nampak malu-malu diantara deretan giginya yang rapi.
Gadis yang sangat menawan."Sasuke-kun, cepatlah."
Suaranya berteriak, memanggil nama seorang anak kecil yang kini berjalan dengan sangat tenang di belakang mereka.
Rambut berwarna gelap, senyum tipis seadanya, dan wajah tampan nampak malas.
Anak lelaki itu bisa saja berlari mendahului Hime nya, tapi Sasuke lebih senang berjalan di belakang Hime nya, memastikan gadis ceroboh itu tak akan jatuh ke sarang ular.Mereka hanya anak-anak yang senang bermain, meski Sasuke bukan tipe anak yang seriang Naruto, anak itu tetap menjadi teman yang baik untuk Hinata Hime.
Pertemanan mereka berjalan dengan sangat baik, tidak ada larangan apapun, tidak ada halangan untuk mereka berteman.
Mereka terlihat normal di mata Hinata, meski kedua temannya itu jelas bukan manusia sepertinya.Saat mereka mulai dewasa, Hinata baru tau jika Naruto adalah keturunan werewolf dari pack Uzumaki.
Sedangkan Sasuke adalah keturunan vampir dari klan Uchiha.
Sementara Hinata, hanya seorang manusia yang memiliki darah kutukan di nadinya.
Hubungan itu tak lagi sama, terlebih saat Naruto mengklaim Hinata sebagai Luna nya."Mulai saat ini, Hinata adalah mate ku. Dia adalah Luna."
Pengakuan yang diucapkan dengan sangat mantap oleh lelaki berambut pirang bermata cerah itu.
Hinata tidak bisa menerimanya, sangat terguncang dengan pangkuan mendadak yang membuatnya bahkan hampir pingsan.
Bukan berarti Hinata membencinya, ia hanya merasa bukan berada di tempat yang pantas untuk menjadi seorang pasangan Alpha.
Hinata hanya terlalu rendah diri terhadap statusnya."A-aku .. bagaimana aku bisa, Naruto-kun ?"
Hinata tidak siap, seperti ia terbebani oleh sesuatu dan yakin benar jika ini adalah hal yang salah.
"Hinata, kau hanya perlu menjadi mate ku, agar aku tidak dijodohkan oleh orang lain. Ya, ya."
Dan wajah memelas itu menarik simpati Hinata dengan cepat, membuatnya tidak tega dan dengan sangat terpaksa menyetujuinya.
Keputusan yang membuatnya merasa sangat menyesal, karena dari sanalah semua kisah berawal.Saat Hinata pikir, semuanya akan baik-baik saja, pikiran itu lenyap seketika saat melihat bagaimana ekspresi terluka yang tidak pernah ia lihat sebelumnya dari Sasuke.
Hinata tidak tau dan tidak pernah berpikir, jika lelaki itu bisa menampilkan ekspresi sendu seperti itu."Sasuke-kun, a-aku .."
"Jangan salahkan aku, jika aku akan membawamu suatu hari nanti."
Usapan lembut di pipinya, tatapan dalam sorot mata penuh keyakinan saat mengatakannya, dan kecupan di keningnya.
Semuanya terasa begitu nyata, saat Sasuke mendeklarasikan diri dengan perkataannya.
Lelaki itu serius, Sasuke tidak main-main.
Hinata menunduk, rasanya menyakitkan.
Entah apa yang terjadi pada hatinya, Hinata merasa kesakitan.Mereka bukan lagi teman, hubungan itu tidak lagi sama seperti sebelumnya.
Dan puncaknya adalah, ketika Naruto membawa pulang seorang perempuan asing yang belum pernah Hinata temui sebelumnya.
Namanya Sakura, anak dari ahli sihir yang terkenal di seluruh ibu kota."Hinata, mulai sekarang kau tidak perlu menjadi mate ku. Karena Sakura adalah mate ku yang asli."
Hinata merasa harga dirinya sebagai seorang perempuan tidak ada artinya, begitu rendah dalam pikiran lelaki itu.
Memang benar, Hinata tidak mencintainya, tapi ia menyayangi Naruto sebagai seorang sahabat baik.
Dan sekarang, lelaki itu membuangnya begitu saja setelah semua hal yang terjadi pada mereka.
Bahkan orang tua Hinata harus menjadi korban, saat mereka melakukan ritual pembersihan.
Mereka mengorbankan diri, demi kebaikan Hinata dan masa depannya.
Hinata telah membawa takdir yang begitu kejam selama hidupnya, untuk menghukumnya dan menebus dosa leluhurnya."Baiklah, jika itu maumu."
Hinata tidak menangis, sudah terlalu banyak air mata yang dikeluarkannya selama ini, Hinata tidak akan menangis untuk kali ini.
"Jangan salahkan aku, jika kau menyesal nantinya."
Hinata menampilkan senyum untuk yang terakhir kalinya, begitu cantik dengan wajah cerah yang menawan miliknya.
Jika ia tidak mengakhirinya disini, pasti akan ada hal yang lebih buruk menanti mereka.
Maka dari itulah,Hinata menyerah.
Merelakan hidupnya di dalam mantra sihir pemusnahan yang dirapalkannya.
Ia kembali, bersama para leluhurnya.
Jika terus berada disini, Hinata pasti hanya akan menjadi beban untuk orang lain, maka dari itulah ia ingin pergi."H-hinata, apa yang kau lakukan ?" Naruto panik, melihat bagaimana Hinata yang menghilang secara perlahan.
"Kita akan bertemu di kehidupan selanjutnya. Dan kau akan menyesali semuanya."
Layaknya mantra kutukan, Hinata mengatakannya dengan sungguh-sungguh sebelum tubuhnya ikut lenyap bersama debu.
Fungsi utama mantra pemusnah adalah untuk mempercepat proses reinkarnasi di kehidupan selanjutnya.
Hinata hanya tidak ingin terlalu lama merasakan kesedihan, terutama setelah kedua orang tuanya yang juga telah meninggal terlebih dulu.
Hinata hanya ingin sedikit bahagia di kehidupannya ini, dan ingin semakin bahagia di kehidupan selanjutnya.Uchiha Sasuke menyaksikan untuk terakhir kalinya, bagaimana senyum lemah Hinata dan bagaimana sosoknya.
Telapak tangannya terkepal erat, hanya sekali ia mengalah dan membiarkan Naruto mengambil Hinata, werewolf bodoh itu malah menyia-nyiakan seseorang yang sangat berharga untuknya."Naruto, mati kau ditanganku !!"
Dan teriakan itu bukan hanya omong kosong yang dikatakan dalam suara emosinya.
Sasuke tidak peduli, meski mereka akan bertarung hingga puluhan kali, Sasuke akan terus memburunya.
Bahkan jika mereka bertemu di kehidupan Hinata selanjutnya, Sasuke akan terus memburunya dan memastikan Naruto membayar semua kesalahannya.
Mereka bukan lagi teman, saat seseorang yang kau cintai dibuat terluka oleh seseorang yang pernah kau anggap teman.
.
.
.
Anggap aja ini flashback ya,Vote please ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
RED MOON
FanfictionMereka dipertemukan di satu waktu saat bulan merah bergaul. Saat itulah Sasuke sadar, jika Hinata adalah Eve nya. Hinata dan ketertarikannya dengan dunia astral, kejutan sempurna saat bulan merah bergaul untuk yang kesekian kalinya.