Happy Reading !!
Hinata merasakan kesakitan yang sangat pada tubuhnya, kepalanya pusing dan tenggorokannya terasa terbakar.
Semua rasa sakit itu semakin lengkap ketika Hinata merasakan giginya yang gatal.
Tergolek dengan mata terpejam, saat peluh diwajahnya membuatnya nampak mengkilap.
Lampu kamarnya yang temaram, saat Hinata akhirnya berteriak untuk yang kesekian kalinya.
Tubuhnya menggigil, gemetar dan hampir hancur.
Tenggorokannya kering, panas dan rasanya sangat haus."Sasuke brengsek ! Vampir sialan, lepaskan aku !!"
Teriakannya menggema memenuhi kamar.
Sasuke memejamkan mata dengan wajah frustasi, menahan diri agar tidak melakukan tindakan bodoh yang bisa membuat Hinata dalam bahaya.
Mikoto yang mendengar teriakan itu nampak getir, menepuk bahu anak bungsunya untuk memberi dukungan moral.Hinata sudah tidak tinggal di rumahnya, terhitung sejak 3 hari yang lalu.
Dan hari ini, Hinata hampir melarikan diri dari kamarnya, hampir membuat kekacauan yang membuat dirinya dalam bahaya.
Fugaku mengambil tindakan ekstrem untuk mencegah Hinata kabur, dengab merantainya.
Meski pihak keluarganya yang lain menentang, Fugaku tidak punya pilihan lain.Bulan merah malam ini akan menjadi sangat berat untuk Hinata, dimana dirinya akan mengalami fase paling menyakitkan yang disebut sebagai reinkarnasi kebangkitan.
Jika dibiarkan, Hinata bisa saja kabur dan malah melukai banyak orang.
Maka dari itu, Fugaku merantainya dan membuat benang sihir untuk menghalangi pergerakan Hinata.
Memang terdengar kejam, tapi hanya itu satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan untuk membantu Hinata."Lepaskan aku, brengsek. Lepaskan aku !!"
Suara raungan yang menggema keras, membuat Yugao meringis nyeri.
Megumi bahkan menangis di pelukannya, terus memanggil nama Hinata di tengah isakan lirihnya.
Sebagai manusia, Yugao merasa ini sangat berlebihan.
Tapi, dari sudut pandangnya sebagai Uchiha, ini sudah benar."Sasuke, hanya kau yang bisa menanganinya. Karena dia adalah Eve mu." Mengatakannya dengan serius, melihat bagaimana Sasuke yang menampilkan ekspresi berwajah dingin itu.
"Hnn, aku akan melakukan apapun, nee-san." Menyahut dengan suara mantap.
"Temui Eve mu saat tengah malam nanti. Dan lakukan ritual pembagian darah." Uchiha Itachi ikut bicara, setelah membawa Megumi ke kamar dan menidurkannya.
Sasuke mengangguk, mendongak menatap bulan yang kini mulai terang.
Sebentar lagi Hinata, tolong tahanlah.
Ini adalah fase terakhir untuk Hinata, sekaligus yang paling menyakitkan.
Bukan hanya fisiknya, tapi juga mental dan alam bawah sadarnya.
Bahkan sekarang, Hinata masih berteriak keras dan mungkin sedang berusaha melepaskan dirinya dari benang sihir di dalam kamarnya.
Sisi manusianya mungkin saja akan terkalahkan kali ini, meski Sasuke tidak yakin.Tepat tengah malam, saat akhirnya Sasuke masuk ke kamar Hinata.
Rasanya seperti tertusuk besi panas, saat melihat bagaimana keadaan Hinata saat ini.
Sangat berantakan, rambutnya tersebar berantakan diatas bantal, bahkan napasnya yang memberat membuat Sasuke merasa semakin sakit ketika melihatnya."Hinata, "
Saat Sasuke memanggil namanya, mata yang terpejam itu akhirnya terbuka, menampilkan iris berwarna lavender yang penuh kehangatan.
Sungggingan di wajah lelahnya membuat Sasuke merasa ngilu."Sasuke, "
Dengan tatapan sayu, Hinata memanggil nama itu agar mendekat padanya.
"Aku sangat haus," suara serak yang membuat Sasuke tersenyum lelah.
Membuka rantai yang mengikat kedua tangan dan kakinya, Hinata sudah berhasil melewati satu fase menyakitkan dalam masa kebangkitannya.
Setidaknya Sasuke sudah bisa bernapas dengan lega, karena Hinata baik-baik saja.
Meski yah, memar di tubuhnya bukan hal yang bisa dikatakan baik-baik saja.Menyibak helaian berantakan di wajah Hinata, mengecup lembut pada kening Eve nya yang sedikit basah oleh keringat.
Hinata merasa sangat lelah, sangat tidak berdaya sekarang.
Tubuhnya remuk, meski ia sudah bisa mengatasi emosinya yang sempat tak terkontrol.
Hinata bahkan tidak tau, jika ia punya sisi yang begitu barbar diantara semua hal baik pada dirinya."Sasuke, aku haus sekali."
Seringainya nampak lebar saat Hinata mengatakannya untuk yang kesekian kali, menyingkirkan rambut yang ada di leher Hinata, sebelum menancapkan taringnya disana.
Sekarang, saatnya Sasuke melakukan ritual pembagian darah yang dimaksud Itachi, meski tau itu bukan hal yang bisa diterima Hinata dengan mudah.Melepaskan gigitannya, Sasuke meraih wajah Hinata, memasukkan cairan darah itu di sela ciumannya.
Memaksa Hinata agar menelannya, meski gadis itu meronta dengan mata terbelalak.Uhuukk uhukk ..
Saat akhirnya Sasuke melepaskan ciumannya, Hinata memberinya tatapan membunuh pada Sasuke yang kini menyeringai puas karena berhasil membuat Hinata meminum darahnya sendiri.
Pelajaran pertama menjadi makhluk penghisap darah memang tidak mudah, dan Hinata harus membiasakan itu mulai sekarang."Kau gila ?" Bertanya dengan nada tajam, ini adalah pertama kalinya bagi Hinata.
"Bagaimana sekarang ? Masih haus ?"
Hinata menyentuh lehernya, merasakan tenggorokannya yang sedikit membaik karena kegilaan Sasuke yang membagikan sesapan darahnya.
"Uhhmm .. sudah lebih baik." Katanya dengan wajah polos yang membuat Sasuke menyentil keningnya.
"Bagaimana rasanya, Eve ?"
"M-manis." Hinata bahkan cukup ragu untuk mengakuinya.
Rasanya seperti air sirup, Hinata tidak tau jika ia punya darah yang semanis itu.
Ohh, sekarang ia mengerti, kenapa Sasuke sering sekali menghisap darahnya."Sekarang, Eve. Aku akan memberimu pelajaran kedua."
Hinata tidak antusias, ia hanya sedikit penasaran dengan pelajaran apa yang kini di maksud Sasuke.
"Coba gigit aku." Katanya.
"Haa ?? Kau gila, Sasuke ?" Berteriak histeris yang membuat telinga Sasuke berdenging, kekuatan teriakan Hinata memang kadang kala mengerikan.
"Coba saja, Eve." Pintanya dengan wajah serius.
Hinata ragu-ragu sebentar, meski ia bisa merasakan jika ada sesuatu yang membuat mulutnya tidak nyaman.
Benarkah ia harus melakukannya ?
Pertanyaan itu terngiang di kepalanya, sementara matanya tak lepas dari leher Sasuke yang dengan sengaja membuat godaan lain agar Hinata bisa mengikuti pelajaran keduanya sebagai seorang Eve yang anti mainstreem dari Sasuke.Mendekatkan bibirnya dengan perlahan, Hinata sebenarnya mengincar target lain sebagai sasaran balas dendamnya.
Lakukanlah Hinata, lakukan saja.
Hinata mengarahkan bibirnya di atas dada Sasuke, di atas tulang selangkanya.
Matanya terpejam begitu erat, saat akhirnya ia menancapkan taringnya disana.
Sasuke mengusap kepala Hinata dengan senyum lebar di wajahnya, jelas sekali jika lelaki itu sangat senang karena Hinata mau melakukannya.Merasakan bagaimana cairan kental yang mengalir melewati tenggorokannya, menimbulkan sensasi baru untuk pengalaman Hinata.
Rasanya manis, hampir seperti darahnya.
Hinata melepaskan gigitannya, saat mata mereka bertemu, Hinata bisa merasakan gairah yang luar biasa dari Adamnya.
Hinata tersenyum, dan itu adalah hal yang sangat di sesalinya, karena Sasuke langsung mengangkat Hinata ke pangkuannya.
Memaksanya untuk bertanggung jawab karena telah membuat gairahnya bangun, hanya karena senyuman itu."Bertanggung jawablah, Eve." Bisikan sensual yang membuat bulu kuduknya meremang, Hinata sepertinya harus siap menerima hukumannya.
Sasuke memulainya dengan sebuah ciuman panas, yang membawa gairah baru tertarik keluar.
Seperti sesuatu terbangun dari tempat persembunyiannya, dan Hinata tidak bisa menahan dirinya untuk tidak semakin merasa panas dibawah tatapan penuh damba yang dilayangkan Sasuke padanya.
Lelaki itu memujanya, dengan tangan dan bibirnya, juga lidah panas dan tatapannya.
Dan Hinata akan hancur sepenuhnya, dalam dekapan Adam nya yang membuatnya merasakan bagaimana nikmatnya surga dunia.
.
.
.
Ouhh ... tolong jangan dibayangin adegan berbagi darahnya ya.. Aing aja mual bayanginnya 🤮🤧Vote please ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
RED MOON
FanfictionMereka dipertemukan di satu waktu saat bulan merah bergaul. Saat itulah Sasuke sadar, jika Hinata adalah Eve nya. Hinata dan ketertarikannya dengan dunia astral, kejutan sempurna saat bulan merah bergaul untuk yang kesekian kalinya.