Hujan telah berhenti. Habis gelap terbitlah terang. Lukisan beberapa warna menghiasi langit yang mulai kembali berwarna biru. Menciptakan ayunan bidadari yang mulai turun dari khayangan. Pelangi namanya. Aku tersenyum senang. Kemunculannya sangatlah jarang. Pada setiap mata yang melihatnya, mereka selalu berkata indah. Sama indahnya seperti cintaku, katamu.
Setelah berjuta detik kamu menghilang, hadirmu secara tiba-tiba memang membingungkan. Sudahkah pulih hatimu dari cinta yang memilukan? Kamu baik-baik saja, katamu lagi. Aku lega. Entah sebuah kebohongan atau sebuah kejujuran, itu berarti kamu memang baik-baik saja. Dengan tiba-tiba menemuiku setelah hujan reda. Menyisakan aroma tanah basah dipadu dengan parfum yang terasa menyejukkan. Beribu pertanyaan ingin sekali ku lontarkan. Apa yang kamu lakukan saat menghilang? Mengapa kembali dan tak bilang? Tapi urung ku lakukan. Biarlah hadirmu menggantikan mendung yang sempat membuat gelap langitku. Cukuplah kamu disini, tak usah pergi lagi.
Tanganmu menyambutku menikmati pelangi. Menggenggam erat tanganku seakan berkata bahwa kamu memang tak akan pergi lagi. Datang dan memberi kebahagiaan yang pernah pergi. Menghempaskan pilu dalam hati dan menggantinya menjadi suka cita yang abadi. Cerita kita baru saja dimulai. Mana mungkin aku menolakmu menawarkan kebahagiaan untuk kita rasakan bersama?
Hujan masih menyisakan tetesan airnya pada daun-daun yang menggantung. Menetes mengenai kepalaku dan turun mengaliri wajahku. Tanganmu mengusap puncak kepalaku lalu turun ke dahiku. Membersihkan tetesan air yang mengganggu pandanganmu memandangiku. Aku tersenyum dengan pipi bersemu merah. Salah tingkah dengan perlakuanmu yang memang baru pertama kurasakan. Kemudian kamu tertawa. Menggemaskan ketika memergokiku tersipu malu seperti itu, katamu.
Takdir memang sangat misterius. Kemarin aku baru saja merasakan gemuruh yang menakutkan. Merasa hampa atas seseorang yang menghilang dan menyisakan luka. Kini pelangi datang memberi suka. Sang garis waktu telah menarik paksa aku untuk menemuimu yang sudah berhenti berlari. Menoleh ke arahku dan mengulurkan tanganmu lalu mendekapku erat. Jangan hilang lagi, lirihku dalam hati. Sembari meneteskan satu tetes air mata yang selama ini sangat menyakitkan. Hanya satu saja tetes nestapa yang ku biarkan turun. Dan segera kuhapus agar bahagiaku kini tak rusak karenanya.
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Memuja Rindu Di Balik Sendu
RomansaKenapa aku menulis cerita ini? Jawabannya karena ingin saja. Ini fiksi, tapi non fiksi Tidak semuanya fiksi, tapi tidak juga semuanya non fiksi Pokoknya itu deh. Ada tips-tips untuk orang patah hati juga. Semoga aja sebagian perasaan kalian bisa ter...