Catatan awal :
Selain Wei Ying, Wang Yibo dan beberapa murid Gusulan (terkadang) bahasanya cukup formal, ya. Mengingat orang-orang dari Sekte Gusulan yang memang memandang tinggi sopan dan santun.
----------------------------------
“Yibo, kau bisa mendengarku?”
Masih bisa, anggap saja begitu.
Wang Yibo memang bisa mendengar suara itu walaupun hanya samar-samar. Indra penglihatannya buram, di sekeliling tampak seperti bokeh yang berpendar dalam temaram.
Namun, suara lembut yang menyeruak di ambang batas kesadarannya itu terdengar sangat familier. Seperti suara seseorang yang sangat berarti dalam hidup Wang Yibo, suara Xiao Zhan.
Kepala Wang Yibo berdenyut nyeri. Bibirnya terbuka mencoba mengatakan sesuatu, tetapi percuma, tidak ada suara selirih bisikan pun yang keluar. Tangannya sulit untuk digerakkan, seluruh tubuh terasa kaku dan dingin, bahkan mata Wang Yibo sudah tak sanggup lagi untuk tetap terbuka.
Hal terakhir yang dia dengar sebelum benar-benar kehilangan kesadaran adalah ... Yibo, aku akan selalu di sisimu, bertahanlah! Aku menyayangimu.
Sudut bibir Yibo sedikit terangkat membentuk lengkungan tipis yang tidak terlalu kentara. Sedetik kemudian dia hampir sudah tidak bisa merasakan apa-apa. Seluruh indra di tubuhnya terasa mati, hawa dingin yang dirasakan semakin menusuk-nusuk, menguasai dan perlahan-lahan membekukan raga.
Apa yang terjadi denganku? Itu yang Wang Yibo pertanyakan sebelum otaknya benar-benar lumpuh.
***
Aku sudah menunggumu.
Sudah saatnya aku bertemu dengannya.Wang Yibo mendengarnya.
Bisikan itu terdengar semakin dekat dan jelas. Entah berasal dari mana, tetapi tempat sunyi ini mampu menggemakan suara yang tersiar seperti angin berembus.
Sesosok lelaki serupa dirinya mengenakan hanfu sewarna putih berdiri di hadapan Wang Yibo. Rambut panjang yang tergerai itu menari-nari ketika embusan angin menerpa. Parasnya menawan, meski tak tampak raut muka yang diperlihatkan, tetapi dia memiliki mata tajam dan dalam, aura mendominasi yang kuat dan pembawaan yang sangat elegan.
Kelopak mata Wang Yibo tiba-tiba terbuka. Saat dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, tidak ada seorang pun yang tertangkap oleh indra penglihatannya.
Aneh.
Manik setajam elang itu kembali mengedar, mengamati tempatnya berpijak kini. Hamparan perbukitan hijau membentang luas tersaji di hadapannya. Sungguh, ini pemandangan terbaik dan belum pernah Yibo lihat seumur hidupnya. Indah dan memanjakan mata.
Tapi masalahnya di mana aku sekarang? Apakah aku sudah mati? Pertanyaan itu sempat singgah di kepala Wang Yibo, tetapi kemudian dia menghiraukan itu semua. Meskipun begitu, Wang Yibo tetap bertanya-tanya dalam hati, mengapa tempat ini begitu sepi? Karena jangankan suara hewan, angin berembus pun tidak ada.
Ketika mendongak ke atas dan menatap sekitar, dia merasa tempat ini seperti dikelilingi olah tembok yang tinggi dan transparan. Dalam benaknya, itu seperti kaca memagari tempatnya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love From The Ancient Time 2 [✓]
FanfictionDi saat Lan Wangji masuk ke dalam dunia modern dan bertemu dengan Xiao Zhan, hal sama juga terjadi pada Yibo. Dia masuk ke dalam peradaban kultivasi yang sama sekali tidak dapat dia pahami, banyak ilmu yang menurutnya itu adalah ilmu sihir. Belum l...