Donghyuck pikir, setelah seseorang menyatakan perasaan suka dan disambut baik, mereka akan menjadi sepasang kekasih yang didambakan orang banyak.
Tapi pada kenyataannya, dia tidak tahu sama sekali apa yang harus dilakukan setelah Mark bilang suka.
Apakah menjadi kekasih tidak terlalu cepat? Memangnya Mark ingin agar mereka menjalin hubungan?
Siapa sangka, di usia tujuh belas dia sudah bisa memikirkan hal-hal seperti ini. Donghyuck jadi bangga sendiri.
Karena tidak memiliki banyak teman dekat, pilihan Donghyuck bercerita hanya pada Renjun atau Jeno. Jaemin tidak masuk dalam daftar, sebab anak itu terlalu dekat dengan Mark.
Namun kalau diingat lagi, Renjun pernah memiliki rasa suka untuk Mark, Donghyuck tidak mau sampai dikira tengah menyombongkan diri. Jadi, dia berakhir pada teman bangku pertamanya ketika sampai di Seoul.
Donghyuck menceritakan semua, tidak ada sedikit pun yang terlewat. Termasuk pemikiran bagaimana ia bisa memilih Jeno sebagai tempat bercerita.
Jeno? Dia hanya menyesal karena dulu pernah seberisik ini saat perasaan sukanya pada Jaemin tengah menggebu-gebu.
Namun keduanya tidak pernah menyangka, kalau keakraban mereka menjadi masalah baru.
Donghyuck selalu bertemu Jeno tiap kali pulang kencan bersama Mark. Membatalkan acara temannya itu dengan Jaemin. Yang tidak pernah ia sangka terlihat mencurigakan di mata orang lain.
Tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Jaemin, tidak tahu prasangka yang muncul dalam benak teman Jeno itu. Dia bahkan tidak ada ide sedikit pun apa yang Jaemin sampaikan dan diskusikan dengan Mark, sehingga orang yang disukainya tiba-tiba saja menjauh.
Menghindar tanpa penjelasan. Terlihat begitu jelas rasa tidak nyaman ketika ia harus berada dalam satu ruangan, juga berbicara dengan Donghyuck.
Karena tidak pernah menyukai seseorang sebegini dalamnya, Donghyuck tidak ragu-ragu saat menghampiri Mark di apartemen anak itu. Tidak suka pada keadaan mereka yang luar biasa aneh. Bukankah dua minggu terakhir ini mereka menghabiskan waktu dengan berkencan? Lalu, tiba-tiba saja Mark berusaha untuk tidak menampakkan wajah di depan Donghyuck?
"Hyung, sebenarnya kenapa?" dia bertanya lagi, untuk yang ketiga kali setelah mendapat jawaban yang sama dari Mark.
Sementara Mark Lee, setelah dipojokkan di kamarnya sendiri, memutuskan untuk jujur. "So, Donghyuck, to be honest, I thought--, aku menyadari kalau semenjak aku bilang suka, kau jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan Jeno."
Wajah lelaki itu kesal, namun juga ada rasa malu. Mungkin dia merasa konyol pada pemikirannya setelah terucap di bibir.
Donghyuck yang tidak tahu letak keanehannya mengangguk setuju. "Ya. Lalu?"
Mark menghela napas, dia menunduk. "Do, do you..., apa kau menyukai Lee Jeno?"
"Hah?!"
Wajah itu terangkat, menatap lemah pada Donghyuck. "Tiap kali kita pulang kencan, kau pergi ke rumahnya. Apa kau merasa terpaksa dengan ajakanku?"
Donghyuck limbung, segera mendudukkan dirinya pada kursi komputer di samping ranjang Mark. "Tunggu. Tunggu. Maksud Hyung, kencan yang kemarin-kemarin itu terjadi karena aku terpaksa?"
Mark tidak bisa menjawabnya. Mungkin tengah merefleksikan pertanyaan Donghyuck dengan kencan-kencan mereka.
"Dan kau bilang tadi, aku suka Jeno?"
Donghyuck berdiri, tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Tidak mengerti kenapa Mark bisa sampai mengambil kesimpulan konyol begitu.
"Tidakkah kau malu pada Jeno?" dia hanya meninggalkan pertanyaan tersebut sebelum keluar dari kamar Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye My First
Teen FictionDonghyuck benci Mark Lee. Dia punya senyum yang aneh, suka menyendiri di kamar dengan Max--pomeranian kesayangan keluarga Lee--, dan kadang bisa menjadi sangat jahat. Seperti saat dia menghancurkan natal terakhir Donghyuck sebagai murid SMA. Biar be...