VII. New Space, Still on the Same Page

901 143 26
                                    


"Ah! Aku tidak sanggup!" Donghyuck berteriak keras-keras, menjatuhkan boks kardus dari kedua lengannya. Beruntung, tidak ada bunyi aneh yang keluar dari dalam kardus. Kalau Donghyuck merusak barang di dalam sana, dia tidak siap untuk mendengar ocehan dari Na Jaemin.

"Biar kubantu," suara dari belakang mengejutkannya.

Sebelum bisa menolak tawaran tersebut, Mark sudah mengambil kembali kardus yang tergeletak begitu saja di atas lantai lobi apartemen. Dia mengangkatnya begitu mudah, meski tas di punggung sudah cukup terlihat berat.

Berbeda dari Mark Lee yang aktif di klub basketnya, Donghyuck sudah lama tidak berolahraga, atau kegiatan apa pun yang memerlukan tenaga ekstra. Dia saja keluar dari klub bowling setelah hanya menghadiri dua kali pertemuan.

Donghyuck segera berjalan cepat, menekan tombol lift sebelum dipakai penghuni apartemen dari lantai lain.

Meski terdengar mustahil untuk menemukan apartemen di sekitar area universitas besar saat awal semester, Jeno dan Jaemin berhasil mengalahkan kemustahilan tersebut. Apartemen satu kamar di lantai tiga, yang dapat ditempuh selama lima belas menit dengan berjalan kaki dari universitas keduanya.

Saat diberi kabar oleh Jeno, Donghyuck meneleponnya cepat, memerlukan cerita dibalik keputusan mereka berdua.

"Jaemin tidak kuat kalau harus tiap hari pulang ke rumah. Karena itu, dia mengajakku."

"Itu saja? Jangan membohongiku, ya!" Donghyuck yakin tidak mungkin Jaemin yang sensitif, namun memilih untuk buta akan perasaan Jeno, tiba-tiba saja mengajak tinggal bersama hanya karena 'terlalu lelah untuk pulang ke rumah'.

Jeno menghela napas. "Aku tidak tahu, Hyuck. Ada yang aneh dengan Jaemin. Dia berbicara begitu sampai di rumahku dengan menerobos hujan. Tiba-tiba saja. Setelah beberapa hari sebelumnya pergi berkencan? Apa dia tengah patah hati?"

Donghyuck ingat pada Jaemin yang beberapa hari lalu mengabarinya kalau dia tengah berkencan--dengan orang yang berbeda dari waktu lalu--, dan mengingat bagaimana ia merasa tersinggung.

Meski begitu, Donghyuck tidak mengatakan apa pun.

"Teman kencan sebelumnya bagaimana?"

"Jinwoo?"

Ah. Donghyuck saja sudah tidak ingat rupa pria itu.

"Tidak tahu. Saat pulang bersama waktu itu...," hening sesaat di seberang sana, "sebenarnya Jaemin meminta pendapatku mengenai Jinwoo. Tapi, aku mungkin menjawab terlalu aneh. Mungkin rasa tidak suka di wajahku terlalu jelas. Jaemin meminta maaf, lalu setelahnya ia tidak menceritakan apa-apa lagi. Sampai kemarin, dia datang dan mengajak tinggal bersama."

"Aku sudah dengar soal Jaemin," Mark memecah keheningan di tengah perjalanan mereka menuju apartemen Jeno dan Jaemin. Donghyuck berhenti, mereka bertukar tatapan.

"Maafkan dia, kalau sikapnya membuatmu kesal."

Dia tidak mengerti. Kenapa?

"Aku tahu seberapa peduli kau pada Jeno, dan sikap Jaemin saat ini benar-benar tidak bisa ditebak siapa pun."

Ketika mereka tengah menjalin hubungan, Donghyuck merasa seperti keduanya hanya memiliki tombol dua arah yang tidak memiliki frekuensi sama sekali. Penuh afeksi bagai cerita dalam dongeng atau mode penuh argumen tanpa ada yang mau mengalah.

Mungkin karena itu Mark memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

"Aku mencoba tidak ikut campur dalam hubungan mereka berdua. Walaupun, jujur saja, Jaemin terlihat brengsek sekarang."

Bye My FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang