Rumah Donghyuck, seperti kebanyakan warga Seoul lainnya, hanyalah berupa apartemen mungil yang memiliki penyekat di sana-sini. Jarak dari dapur ke ruang tamu begitu dekat, sehingga ia tahu, meski teman-temannya ingin memberikan privasi, mereka akan tetap mendengar semua yang akan dibicarakan Mark.
Donghyuck melirik Renjun yang berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Huh, anak itu juga tahu bahwa Lee Donghyuck tidaklah mudah dibohongi. Setelah selesai berbicara dengan Mark, dia akan menyiksa ketiga temannya tanpa ampun.
"Maafkan aku kalau ajakan makan es krim hari ini membuatmu tidak nyaman," Mark bilang dari arah meja makan. Pria itu terlihat begitu memesona, mencoba melemahkan pertahanan Donghyuck (yang sejak awal memang sudah lemah).
"Aku juga minta maaf, Hyung. Karena sudah bersikap kekanak-kanakan seperti tadi."
Mark terpaku, tidak percaya pada apa yang dia dengar. Tentu saja. Donghyuck, sejak awal mereka menjadi akrab, tidak pernah menggunakan 'hyung' untuk memanggil Mark. Dia hanya menggunakannya sebagai senjata bila tengah merajuk atau saat mereka sibuk berciuman--
Tidak! Kembali, Lee Donghyuck! Jangan pergi ke mana-mana!
"Aku juga ingin minta maaf..., untuk beberapa bulan yang lalu."
"Karena?"
Ini. Donghyuck menghindari pembicaraan seperti ini. Dia takut gelap mata lalu mencekik mantan kekasihnya.
Mark kelihatan ragu.
"Tidak usah meminta maaf. Kalau memang Hyung tidak mau menjelaskan apapun, anggap saja semua permasalahan waktu lalu selesai. Anggap saja hubungan kita kemarin... semudah itu."
"Tidak!" Mark berdiri cepat, terlihat gusar.
Donghyuck bersandar di meja dapur, melipat kedua tangannya di depan dada. Lucu sekali, memerhatikan bagaimana orang yang dia cintai sepenuh hati berubah di matanya dalam waktu singkat. Kini melihat Mark seperti mengerjakan latihan-latihan soal CSAT di tengah malam, seperti tumpukan pakaian kotor adik-adiknya, seperti... pada selebriti yang dia benci meski hanya kenal lewat TV.
"Sudahlah," dia mengucapkan mantra itu lagi setelah berhenti mengucapkannya selama beberapa minggu.
Ketika Mark pergi ke Kanada, Donghyuck tidak lagi perlu mengucapkan mantra tersebut. Bahkan mantra itu berhenti semenjak dia mengurung diri di kamar, menolak menemui teman-temannya.
Bila ia sendirian, kata 'sudahlah' terdengar bagaikan kentut dari orang yang tengah masuk angin.
"Hyung ada urusan lain setelah ini? Aku dan yang lain mau menonton film nanti jam lima."
Wajah tidak percaya dari Mark--juga ketiga temannya yang masih mencuri dengar-- menjadi hiburan bagi Donghyuck.
Sudah cukup dia bersedih-sedihan selama liburan kemarin. Donghyuck harus membuktikan bukan cuma Mark yang baik-baik saja setelah keluar dari hubungan mereka. Siapa tahu dengan berpura-pura dewasa seperti ini, lama-lama dia juga menjadi baik-baik saja.
Fake it till make it.
"Apa-- uh, tidak apa kalau aku ikut?"
"Ya," Donghyuck mengangguk yakin, "tentu saja. Kita semua teman baik, bukan?"
Ugh. Pahit rasanya di lidah.
...
Mereka menonton film tema keluarga dan petualangan di hari Natal. Dalam durasi 120 menit, Donghyuck berusaha fokus pada makanan-makanan yang dibeli dan cerita dalam layar. Beruntung Jeno dan Renjun mau duduk di antara dirinya dan Mark. Donghyuck sempat panik ketika sang mantan masih mengingat semua menu makanan yang ia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye My First
Teen FictionDonghyuck benci Mark Lee. Dia punya senyum yang aneh, suka menyendiri di kamar dengan Max--pomeranian kesayangan keluarga Lee--, dan kadang bisa menjadi sangat jahat. Seperti saat dia menghancurkan natal terakhir Donghyuck sebagai murid SMA. Biar be...