XIII. Dog Days are Over (Part 2)

601 79 13
                                    

Donghyuck tidak berhenti bersin, kepala pusing bukan main. Ingin mandi untuk membersihkan tubuh, namun sudah terlalu lelah. Selama tiga jam terakhir tadi, dia membetulkan kipas angin di gudang karena AC kamarnya mati. Donghyuck bahkan tidak ingat bagaimana kipas itu bisa ikut mereka ke Seoul. Kenapa pula ibunya tidak membuang benda tersebut.

Tapi dia juga bersyukur, sebab tukang servis AC yang dipanggil hanya akan datang besok pagi.

Jadi setelah menonton berbagai video petunjuk di Youtube, Donghyuck berhasil menyalakan kembali kipas tua itu. Kini dia duduk di lantai kamar, merasakan hasil dari keringat juga seluruh debu di tubuh.

"Dong-ah, sudah selesai?" Ibunya mengintip dari balik pintu. Dia mengangguk malas, mata sudah hampir terpejam.

"Cepat mandi, nanti Mama buatkan susu coklat."

Donghyuck membaringkan kepala di atas ranjang, menatap langit-langit kamar. Setelah memantapkan diri, akhirnya dia bangun, menerima handuk dari tangan sang ibu.

"Aku mau naengmyeon."

Mata ibunya melebar, tidak percaya pada kalimat yang tadi ia ucapkan.

"Sekarang? Jam sebelas malam seperti ini?"

"Kalau tidak ada, mau bingsu."

Wanita mendekati paruh baya itu menggeleng-geleng mendengarkan permintaan anaknya.

"Mama pesankan saja. Nanti kau yang ambil, ya." Ibunya mengeluarkan ponsel dari saku apron, memenuhi request aneh dari si anak sulung.

"Oke, thanks, Ma." Mengetahui dia akan makan mie dingin sebentar lagi, Donghyuck merasa langkahnya menuju kamar mandi menjadi lebih ringan.

Selesai mandi, ia mengecek pesanan di ponsel ibunya yang sudah tertidur. Begitu mengerti bagaimana sang anak, tidak hanya mie dingin, wanita itu juga memesankan dua menu lain.

Karena sudah mendekati tengah malam, Donghyuck berakhir turun ke bawah. Mengambil makanan di luar gedung apartemennya.

Air liur hampir keluar berkali-kali, otaknya terus memutar bagaimana nikmat meminum kuah naengmyeon juga merasakan pedas cumi. Dia tidak sabar menerima seluruh paket dari tangan pengantar makanan.

Tapi tentu saja, tentu hidupnya tidak semudah itu.

Langkah Donghyuck yang penuh semangat itu berhenti ketika pandangannya bertemu dengan milik Mark.

Kenapa mereka harus tinggal sebagai tetangga?

Kenapa pertemuan tidak sengaja ala drama mereka harus terjadi sekarang? Saat Donghyuck tengah kelaparan dan Mark menghisap rokok di bangku taman dalam gelap.

Mata Mark berubah, membulat besar sekali seperti melihat hantu. Tangan pria itu refleks menarik kembali batang rokok dari mulut, sepasang kaki bergerak gelisah.

"Uhm, hei?"

"Hai, Hyung. Masih bangun?"

"Uh, ya, tidak bisa tidur." Mark menjatuhkan rokok yang masih panjang itu ke bawah, menginjaknya sampai rata.

"Jangan buang sampah sembarangan," Donghyuck bilang dalam nada pelan, terdengar meski mereka terpisah jarak beberapa meter.

Mark tergagap, "Iya ini mau kuambil, kok." Kemudian dia membungkuk, mengambil batang rokok dekat ujung sandal untuk dibuang ke tempat sampah.

"Kau pesan apa?" Sang mantan kekasih mencoba mencari topik pembicaraan, mengingatkan Donghyuck mengenai selera makan yang kini sudah hilang tidak tersisa.

Bye My FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang