Suami Kuper Yang Super

172 7 0
                                    

Ini adalah kisah perjuangan cinta  yang kualami, menjadi  tanda bahwa kehidupan memanglah berputar. Kehidupan kita seperti halnya posisi dop dalam roda. Selama roda masih berputar, maka posisi kita juga akan  ikut berputar. Terkadang kita di atas dan terkadang kita di bawah. Terkadang senang juga terkadang sedih. Terkadang tertawa dan terkadang juga menangis. Ah…..jika ada pilihan, pasti aku akan memilih untuk bahagia selamanya.

Namun, dunia dan segala isinya bukanlah milik kita. Dunia adalah milik Allah Ta’ala, Dzat yang memiliki segala-galanya. Allah yang mengetahui  kebaikan  untuk kita. Apakah  kita akan mendapat kebaikan ketika di atas atau ketika di bawah, ketika miskin atau ketika kaya. Tak sepantasnya bagi kita untuk memprotes dan menginginkan hal lain  yang bertentangan dengan kehendak Allah Ta’ala.

# # #

Namaku adalah Fathania Ramadhani, orang-orang  memanggilku dengan sebutan Nia. Aku hidup dan dibesarkan dalam  lingkungan perkotaan yang mengenal trendy dan perkembangan zaman. Sejak sekolah dasar, aku terhitung sebagai murid  yang berprestasi dan tak pernah terlepas dari peringkat 5 besar.

Prestasi gemilang inilah yang akhirnya membuatku mendapatkan  penawaran beasiswa dari SMA favorit tempatku belajar. Pihak sekolah  menawariku untuk kuliah kedokteran di salah satu universitas ternama di ibukota Jakarta. Tentu saja  penawaran ini tak kusia-siakan. Lulus dari SMA, aku segera meninggalkan kota  Pelembang tempat kelahiranku untuk melanjutkan study ke Jakarta.

Berpisah dengan orangtua memanglah menyedihkan. Namun, aku bukanlah cewek desa yang kolot dan kuper. Aku mampu bersosialisasi dengan baik. Hingga  cara hidup modern dan trendy pun mendarah daging  dalam kehidupan sehari-hari.

Kuliah di fakultas kedokteran menurutku memang sangat bergengsi. Meskipun terasa berat dengan materi-materi yang dipelajari, akantetapi aku tetap semangat. Aku hibur diriku dengan iming-iming menjadi orang yang terpandang dan dihormati banyak orang.

Di kampus, aku terkenal sebagai cewek yang cool. Bukan melebih-lebihkan ataupun keGr-an, aku memang selalu tampil dengan style rapi dan  mempesona. Banyak cowok-cowok yang melirik dan curi-curi pandang ketika aku berjalan di depan mereka. Tapi, aku tak memperdulikannya. Aku selalu jual mahal dengan siapapun laki-laki yang mencoba melakukan pendekatan. Karena itulah, selama kuliah aku tak pernah memiliki pacar. Alasannya, karena  belum ada pria yang menurutku cocok dan memuaskan hati. Aku memiliki kriteria yang tinggi, mempunyai cowok yang memiliki penampilan keren dan ganteng, cerdas, berwawasan luas dan memiliki perkerjaan yang mapan. Meskipun pria idaman seperti itu sangat sulit dicari, ibarat  mencari cincin di padang pasir.

Lima tahun aku bergelut dengan materi-materi  yang memusingkan otak. Berbagai praktik yang ringan  hingga praktik bedah yang terasa mengerikan telah aku lakoni. Kini, aku sudah mengentaskan studyku di fakultas kedokteran. Ayah dan ibu  begitu bahagia mendengarnya. Mereka bahkan rela menyempatkan diri untuk hadir di hari wisuda. Ah…..benar-benar moment yang indah dan sulit untuk dilupakan.

Namun, 4 tahun tak bertemu, ada yang tampak aneh dari penampilah kedua orang tuaku. Ibu yang biasanya memakai jilbab kecil tred mode, sekarang selalu memakai kerudung besar. Sedangkan ayah, yang biasanya memakai celana hitam dan jas, kini berubah drastis. Menurutku ia tampak seperti orang asing. Ayah memakai baju seperti daster yang panjangnya sampai mata kaki, mengenakan celana  kolor dan penutup kepala.

Setelah kugali informasi, ternyata ayah dan ibu berubah setelah pulang kampung berkunjung ke rumah nenek di dasa. Mereka berdua bertemu dengan seorang ustadz lulusan pesantren yang belakangan kuketahui dia guru mengajar ngaji di desa.

Antologi Cerpen Islami InspiratifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang