" Jangan mikir dan ngelamun terus,ntar otak mu bisa-bisa lepas dari tempatnya karena capek mikir."
Ucap pram yang tiba-tiba keluar kamar mandi dengan bathrobe yang sudah menjadi sedikit merah dibagian bawah,menandakan bekas-bekas darah menempel disana. Tangannya yang memegang tisu berwarna merah darah dan mengusap-ngusap tangannya membuat kesan dari pria itu sedikit menakutkan disaat seperti ini.
Disty tidak mengerti dengan candaan pria itu. Bisa-bisanya bercanda seperti itu disaat ia ketakutan seperti ini?
Sebentar,
Memangnya pram bercanda? darimana kau tahu? setahuku tidak ada orang yang bercanda dengan wajah seperti itu,ekspresi yang sulit diartikan. dan tanpa senyum sedikit pun yang menandakan itu hanyalah gurauan.
Pram memandangnya dengan tatapan yang orang lain tak mampu mengartikan,berjlaan mendekat kearahnya dengan membersihkan sisa-sisa darah ditangannya dengan tisu yang sudah sangat memerah. Disty sedikit takut melihatnya.
"sekarang tidur ya,besok pagi kita pulang. kamu boleh masuk agak siang." ucap pram pada disty.
Malam itu terasa begitu panjang dan seakan tidak berakhir , kepalanya terbaring disetumpuk bulu angsa yang dibalut kain putih dengan fikiran yang berkecamuk. Bayangan-bayangan mengerikan mengusik jam tidurnya. Ia terjaga sepanjang malam memikirkan kejadian redwine tadi,sampai akhirnya tertidur karena terlalu lelah dengan hari.
~~~
Mentari mulai menari,disty terbangun dikamar sendiri. Sebenarnya ia takut jika harus satu ranjang dengan bosnya itu. Tetapi ternyata bosnya pun juga enggan seranjang bersamanya, pram tidur disofa. Disty bersiap-siap dan segera mengemasi tas dan barangnya,sama halnya dengan pram.
Dua jam perjalanan dimobil itu tak ada satupun yang membuka suara hingga mereka tiba dihalaman rumah yang cukup mewah,yang pastinya tidak ada apa-apanya dibanding rumah bosnya.
"aku kasih waktu dua jam ya dis,hari ini tetep masuk kerja." ucap pram kemudian berlalu bersama mobilnya.
Disty cepat-cepat masuk kerumah,disambutnya bik yem dengan senang hati karena dua hari tidak bertemu. Bik yem sudah seperti ibu pengganti bagi disty,hanya bik yem satu-satunya yang selalu tinggal bersamanya dirumah. Bik yem menghidangkan roti bakar dengan selai kacang kesukaan disty setiap pagi,disty berlari menuju lantai dua kamarnya dan segera membersihkan diri.
"bik yem,aku berangkat yaa udah telat maafya bik... " teriak disty sambil berlari menuruni tangga dan menuju garasi. Dinaikinya mobil mercedes benz yang terpakir dan lama tak terpakai itu dan segera ia menyetir dengan kecepatan cukup tinggi menuju kantor. Setelah beberapa menit sampailah ia didepan kantor yang megah dan terkenal itu.
Dilihatnya suasana lobi sangat ramai, ada wartawan,dan bahkan banyak sekali karyawan yang terlihat tidak sedang bekerja,malah asyik membicarakan sesuatu dengan sedikit berbisik-bisik. Tampak pula ada beberapa polisi berjalan kesana kemari dengan gagahnya,disty dibuat terpana dengan visual luar biasa dari polisi-polisi tersebut. Mereka tampak seperti seorang laki-laki matang yang cudah cukup siap puntuk menikah ( seperti author yang suka oleng dijalan kalo ketemu tentara-tentara ganteng wkwk,oke back to reality). Tunggu,kenapa ada polisi dikantor? wartawan? untuk apa?
Seorang wanita dengan rok selutut dan kemeja putih mendekati disty,meraih tangannya dan mengajaknya berlalu pergi dari kerumunan. Wanita itu menatap disty dengan pandangan yang iba,merengkuh tangan disty dan mengusapnya lembut. Mata sipit nya mulai berkaca-kaca sepeeti menahan tangis,dan memeluk disty pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do you Feel It? : When I See Hell [ HIATUS ]
Misterio / SuspensoBerawal dari meninggal nya teman Adisty yang secara tiba-tiba dan sangat mengejutkan,karena kematiannya yang tidak biasa. Saras, ditemukan meninggal dunia didalam toilet kantor tempat ia bekerja bersama Adisty. Hal itu sangat mengejutkan para karyaw...