Chapter 4 (FLASBACK) : Konflik (2)

120 22 2
                                    

"sebenarnya gue tadi ngelakuin percobaan bunuh diri" ucap nya.

Aku yang mendengar itu begitu kaget, dan menatap tak percaya apa yang di katakana Rani.

"Hah? Apa alasan lo pngen bunuh diri?" tanya ku.

Rani tak menjawab, dia hanya diam.

"apa karena Hanif? Kalau iya, berarti lo bodoh, cuma karena pria itu lo pngen bnuh diri, asal lo tau, banyak orang yang punya   masalh besar melebihi maslh lo, jadi berhenti bersikap kalau maslah lo lebih parah dari pada maslah org lain" ucap ku sedikit kesal.

"asal lo tau, masih banyak cowo yang pengen sama lo, masih banyak cowo yang baik Ran, jadi jangan lakukan hal konyol itu, berhenti buat ngelakuin itu lagi" ucap ku.

Tanpa di rasa kini kelas sudah penuh oleh murid-murid, aku segera berbalik ke depan. Dan bel sekolah berbunyi.

Untung nya guru tidak bisa mengajar untuk saat ini jadi kelas kami kosong. Aku menatap Rani khawatir. Tiba-tiba saja Rani berlari ke toilet yang kebetulan toilet itu dekat dengan kelas ku.

Aku sudah tau apa yang terjadi, dia pasti akan muntah, karena efek dari minuman yang dia minum untuk bunuh diri.

Aku mengusap tengkuknya membantu Rani untuk mengeluarkan muntahan nya, dan aku menyuruh Silfi untuk membelikan susu, sementara Risna dia menunggu di luar karena dia tak kuat melihat muntahannya.

Silfi kembali sambil membawa susu, namun aku sedikit kesal saat mengetahui susu apa yang di bawa Silfi.

"silfi susu buat menetralisir racun itu susu putih, bukan coklat" ucap ku.

"maaf habisnya tukang warungnya ngasih gue susu rasa coklat" ucap Silfi.

"dasar bodoh" ucap Risna sambil menepuk dahinya pelan.

"ya sudah coba dulu deh minum susu coklatnya, mudah mudahan sama ampuhnya kaya susu putih" ucap Sonia.

Aku jadi sedikit kesal kepada Fani yang malah memberitahu orang lain bahwa dulu Rani merebut Hanif darinya. Padahal dia yang salah.

~~~

Kini aku dan Rangga sedang dduk di kursi kelas, aku dan dia sering melakukan hal bodoh untuk menghbur diri.

Aku tersenyum melihat Rangga tersenyum. Tanpa sengaja aku melihat notifikasi di handphone milik Rangga. Aku tersenyum kecut saat melihat siapa yang mengirim pesan padanya.

"sepertinya lo syang bnget sama dia" ucap ku.

Dia tersenyum mendengarkan ucapan ku.

"bisa di bilang gitu, dia cantik dan juga baik, itu yang buat makin syang sama dia" ucap Rangga.

Seandainya Rangga tahu, bahwa kata-kata dia cukup membuat ku merasakan sedikit sakit di hatiku, tapi aku menutupinya dengan senyuman.

"Gue harap hubngan kalian langgeng" ucapku, namun hati ku berkata lain.

"terimakasih" ucap dia sambil mengusap surai rambutku.

Andaikan waktu bisa berhenti batin ku.

"ah ya gue harus pergi, karena ada rapat Osis" ucap ku.

"jangan terlalu sibuk ngurusiin Osis Son, lo udah kelas tiga, bukannya udah tlga ada hubngan lagi ya sma Osis" ucap Rangga.

"ya begitulah, tapi kami akan membimbing adik kelas, jadi kami tak bisa melepaskannya begitu saja" ucap ku dan segera pergi keluar meninggalkan Rangga.

~~~

Sekarang adalah hari di mana para siswa sibuk melaksanakan remidialan. Termasuk aku yang sibuk mencari guru Matematika untuk meminta soal remidial.

FRIENDZONE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang