Get Well Soon

1.5K 116 161
                                    

Sudah dua hari ini, Chuuya tidak masuk sekolah. Setelah hari terakhirnya ia sempat dibawa ke UKS, sampai sekarang ia tidak diketahui kabarnya.

Dazai sendiri, ia sangat mencemaskannya. Berkali-kali ia mengirimkan pesan bahkan tak satupun yang dibalas. Ia sempat menelepon juga tidak diangkat. Membuatnya semakin khawatir.

Dazai melirik sekilas tempat duduk yang berada di samping kanannya. Biasanya ada seseorang yang cerewet mengomeli dirinya, tetapi kini bangku itu kosong tanpa empunya.

Ia menghela nafas panjang, mengingat selama ini ia tidak tahu apa-apa tentang Chuuya.

Bagaimana kehidupan Chuuya di rumah? Bagaimana cara Chuuya belajar? Apa yang Chuuya lakukan ketika waktu senggang? Apa makanan favoritnya? Jam berapa Chuuya tidur? Berapa kali Chuuya mandi? Apa warna celana dalam yang dipakainya?

Begitu banyak hal yang Dazai tidak tahu apa-apa tentangnya.

Rasanya miris sekali.

Padahal ia ingin menjadi orang yang pertama paling dekat dengan Chuuya dan mengetahui semua tentangnya, tetapi kenyataannya ia tidak tahu apa-apa.

Hari ini sebenarnya masih menjadi hari sibuk baginya, tapi ia memutuskan untuk menjenguknya.

Terakhir kali ketika ia meninggalkan Chuuya, di tengah hujan deras yang mengguyur, ia merasa sangat bersalah. Ia bahkan tidak bisa tidur semalaman.

Saat itu, ia memang kembali ke sekolah dan menyerahkan berkas proposal kepada Mori sensei. Niatnya ingin balik lagi ke tempat dimana Chuuya menunggu, justru dirinya diseret Akutagawa untuk memimpin rapat.

Kau tahu kan, sibuknya jadi seorang ketua OSIS? Dazai sampai kalang kabut sendiri membagi waktunya yang begitu padat.

Alhasil, sampai pukul enam sore ia baru bisa menghela nafas setelah tiga jam lamanya memimpin rapat.

Ia langsung saja berlari menuju ke taman dimana Chuuya menunggunya. Namun hasilnya?

Ia tak melihat Chuuya. Ia tak melihat gadis itu menunggu sambil menggosokkan tangannya untuk mengurangi hawa dingin. Tidak ada siapa-siapa disana.

Hanya kabut tebal yang seolah-olah telah menelan Chuuya hingga menghilang dari dunia.

Dazai terdiam, ia tidak bisa apa-apa. Ia bingung ingin melangkah kemana.

Dalam lubuk hatinya tumbuh perasaan bersalah, marah dan khawatir.

Ia merasa bersalah karena telah meninggalkan Chuuya. Ia marah karena Chuuya tidak menunggunya. Ia khawatir karena takut Chuuya dalam bahaya.

Hujan masih mengguyur waktu itu, tetapi Dazai telah membiarkan payungnya terjatuh dari tangannya.

Membiarkan ribuan tetes hujan menyirami dirinya. Rasanya begitu sakit. Merasakan semakin berat ia menahan beban dalam hubungannya dengan Chuuya.

Ia seperti orang yang tidak tahu arah, bingung kemana harus melangkah. Ia menyesal karena tidak bisa mengantar Chuuya pulang, membuatnya tidak tahu dimana rumah Chuuya sekarang.

Ia hanya berpikir mungkin saja Chuuya sudah pulang dengan dijemput oleh ayah atau ibunya atau menumpang payung dengan seseorang?

Hanya itu yang bisa Dazai asumsikan.

Tetapi...

Rasanya tidak mungkin kalau Chuuya bisa pulang dengan selamat sampai rumah, kenapa dua hari ini tidak masuk sekolah?

Ada yang aneh.

Dazai kembali berasumsi, mungkinkah Chuuya menerjang hujan sampai rumah dan membuatnya kembali jatuh sakit?

Petals of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang