Jealous

1.5K 127 51
                                    

Chuuya pikir ketika ia diseret Dazai menuju okujō hanya untuk menikmati bekal siang, namun ternyata itu salah. Dazai rupanya ada maksud lain. Sekarang di sinilah mereka, duduk bersebelahan dalam bangku panjang. Chuuya berniat untuk menyantap bekalnya justru tertunda karena rentetan pertanyaan yang Dazai lontarkan. Tidak ada alasan khusus bagi Chuuya yang membuat otaknya kini berputar mengingat kenangan empat tahun lalu. Salahkan Dazai yang sejak tadi membombardir pertanyaan tentang pertemuannya dengan si musuh bebuyutan Dazai, Fyodor Dostoyevsky.

Baiklah karena Dazai terus memaksanya, Chuuya akan sedikit melintas waktu. Menilik kenangan empat tahun silam yang sedikit menjejak dalam ingatannya.

Sepasang iris violet yang terus menatapnya dalam pandangan susah diartikan adalah hal pertama bagi Chuuya yang membuatnya risih. Tentu saja, Chuuya bahkan tidak bisa menebak apa isi pikiran si lelaki itu. Namun, lelaki itu justru dengan mudah membaca semua pikiran Chuuya.

Tepat di awal musim semi, kelas Chuuya kedatangan siswa baru. Dia pindahan dari luar negeri. Rumor yang beredar, seseorang itu menggantikan posisi Dazai yang beberapa bulan lalu angkat kaki dari Junior High School of Kuro Yokohama.

Berbeda dengan siswa lain yang nampak tertarik dengan kedatangan siswa itu, Chuuya justru sebaliknya. Ia merasa risih dan terganggu. Terlebih lagi setelah lelaki itu ditempatkan di bangku sampingnya. Chuuya bagai diawasi oleh seorang agen FBI. Sorot violet itu seakan mengekor di setiap gerak gerik Chuuya. Kedua matanya itu lho yang rasanya Chuuya gemas sekali ingin mencongkelnya.

Tidak sampai disitu saja ketidaksukaan Chuuya kepada si anak baru. Dia selalu sok menjadi pahlawan di saat Chuuya dalam masalah. Seperti ketika otak Chuuya yang lemot dan tidak bisa mengerjakan tugas matematika, sosok itulah yang selalu membantunya. Walau sebenarnya Chuuya merasa―sedikit―beruntung karena ia bisa memanfaatkan kejeniusan dari lelaki tersebut. Chuuya merasa bersyukur tentu saja, beberapa mata pelajaran dia yang nilainya sempat merosot, semuanya kembali ke posisi normal, bahkan bisa dibilang unggul.

Gara-gara tutor kelewat yang Fyodor berikan kepada Chuuya, membuat ia masuk golongan siswa unggulan di kelas. Bahkan tak tanggung-tanggung ia diajukan sebagai peserta lomba mewakili sekolah. Terlebih lagi ia dipasangkan dengan Fyodor. Chuuya sempat curiga kalau Fyodor telah merencanakan semuanya, tetapi menuduh sesuatu yang tidak-tidak setelah lelaki itu banyak membantu adalah hal yang tidak baik. 

Satu hal yang Chuuya tidak mengerti. Ia seperti melihat sosok Dazai dalam lelaki itu sehingga membuatnya merasa benci dan suka di waktu bersamaan.

Chuuya suka Fyodor?!

Oh bukan seperti itu. Chuuya hanya ingin menganggapnya sebagai teman kelas biasa. Tidak lebih dari itu. Selain itu Chuuya juga sudah mengunci hatinya rapat-rapat. Dia ingin menjadi seseorang yang sulit sekali  merasakan sesuatu yang namanya jatuh cinta.

Keahlian membaca pikiran yang dimilik Fyodor membuat Chuuya takut. Bagaimana tidak, lelaki itu selalu bisa menebak apa isi pikirannya. Belum lagi tebakannya itu mendekati kata sempurna. Rasanya Chuuya bisa stres kalau terus begini.

"Chuuya apa kau membenciku?" Fyodor bertanya di sebuah waktu ketika mereka tengah belajar kelompok.

Chuuya hanya diam menanggapi. Kemudian sebuah pertanyaan kembali ia dapatkan, "apa kau menyukaiku?" Alis Chuuya bertaut. Ia sudah merasa bingung dengan materi pelajaran ditambah pertanyaan Fyodor ini membuat rasa bingungnya berlipat ganda.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." hanya itu yang bisa Chuuya ucapakan sebagai jawaban. Dia merasa bingung.

"Chuuya, aku hanya ingin kau melihatku sebagai diriku sendiri bukan orang lain."

Petals of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang