2: Kota Jakarta

61 15 8
                                    

9 tahun berlalu, aku masih bersekolah di Jogja. Ibuku bilang bahwa bulan depan, aku harus pindah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolahku di sekolah yang lebih baik daripada di Jogja, karena aku ini termasuk siswa teladan dengan nilai plus di sekolah. Pembelajaran di Jogja sangat lamban. Sedangkan sekolah yang bagus di Jogja butuh waktu 3 jam untuk tiba disana.

Ya, aku tau Pangeran ada di Jakarta. Namun saat ini aku sedang tidak terlalu memikirkan Pangeran. Aku sedang sibuk dalam mengejar beasiswa. Apalagi aku ini sudah SMA, aku harus rajin dalam belajar agar dapat bersekolah di Universitas bagus diluar sana.

"Mah, emangnya harus ya aku pindah ke Jakarta? Temen - temen aku bilang kalau di Jakarta anak - anak nya banyak yang terjerumus ke pergaulan yang gak baik,"

"Yakin seratus persen. Di Jakarta itu ga semua anak - anak nya kayak begitu kok. Banyak banget sekolah bagus disana yang bisa bantu beasiswa kamu, toh juga mama sekolahin kamu di sekolah yang bagus kok,"

Aku cemberut. Kesal mendengar penuturan mamaku. Aku tidak mau. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi kepadaku. Seperti aku dicopet, diculik, dan lain - lain.

"Percaya sama mama, kamu akan betah disana,"

1 bulan berlalu. Ini waktunya aku untuk pergi sekolah ke Jakarta. Orang tuaku tetap tinggal di Jogja, karena ayah ku yang bekerja disana. Sedangkan aku akan tinggal bersama budeku di Jakarta.

Aku sudah packing sejak 3 hari yang lalu, tidak lupa memakai gelang ungu dari Pangeran. Aku sangat berharap dapat bertemu dengannya nanti.

Semua surat - surat pindahan sekolahku sudah selesai ayahku urus. Aku berangkat ke Jakarta menggunakan kereta api, yang kemudian nanti akan di jemput oleh budeku di Stasiun Gambir.

Aku menumpahkan air mataku dengan deras. Aku sedih harus berpisah dengan sejak kecil merawatku. Aku memberikan mereka pelukan terakhir sebelum berangkat.

Aku berangkat diantar Om ku ke Stasiun Tugu Jogjakarta. Orang tuaku tidak bisa mengantarku ke Stasiun karena ayahku yang harus bekerja, dan ibuku yang harus membuat kue, pesanannya banyak sekali.

Sesampaiku di stasiun, aku pamit kepada Omku serta memeluknya. Aku sudah membawa tiket di genggamanku. Aku memasuki Stasiun dengan langkah mantap bersama koper - koper besarku.

Menukar tiket dan segera masuk. Kereta sudah menunggu kehadiranku saat itu.
Ibu - ibu, bapak - bapak, serta anaknya sudah berhamburan di pinggir rel.

Aku memasuki kereta sambil mengangkat tas koperku. Aku kesulitan. Karena koperku berisikan barang-barang yang banyak. Seorang laki - laki berambut acak - acakan menghampiriku. Membantuku mengangkat koperku.

"Terimakasih," Ucapku. Dan dia tersenyum kepadaku.

Dia duduk tepat di depan kursiku berada. Mungkinkah orang-orang di Jakarta akan seramah ini? Aku mencoba untuk beristirahat saja karena lelah packing.

Keluar dari kereta menghirup udara kotor Kota Jakarta. Ini adalah kali pertamaku datang ke Jakarta. Sejak kecil, aku hanya stay di Jogja. Aku hanya pernah pergi ke Malang dan Surabaya.

Kali ini aku dibantu oleh satpam Stasiun Gambir untuk mengangkat koperku. Yap, sudah jelas tidak ada yang mau membantuku selain satpam yang bertugas.

Seseorang melambaikan tangannya dari kejauhan. Itu budeku, Sari. Dia bertanya tanya apa kabar diriku. Kami sudah lama tidak bertemu. Aku pun pulang ke rumah budeku dengan mobil Pajero miliknya.

Aku melihat - lihat pemandangan Kota Jakarta untuk pertama kalinya. Gedung di Jakarta lebih banyak dibandingkan di Jogja. Meskipun begitu, aku lebih fasih berbahasa Indonesia daripada Jawa.

Sampailah aku di rumah Bude Sari. Rumahnya jauh lebih besar dari rumahku di Jogja. Aku diantar ke kamarku. Kamarku berwarna abu - abu dengan kasur dan meja belajar putih.

Aku merapikan barang - barang yang ku bawa serta langsung merapikan tas yang akan ku bawa 2 hari kedepan. Setelah itu aku langsung turun ke bawah untuk makan malam.

Hari ini aku bangun pagi, entah apa yang mendorongku untuk bangun sepagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini aku bangun pagi, entah apa yang mendorongku untuk bangun sepagi ini. Bude Sari sudah menungguku di bawah untuk sarapan. Aku segera mandi lalu sarapan.

"Habis ini tolong temani bude belanja ya," Aku mengangguk sambil mengunyah sereal-ku.

Kami pergi ke supermarket menggunakan mobil dengan Bude Sari sebagai pengemudi.

"Kamu ambil mie instant, bumbu nasi goreng instan, sama bumbu - bumbu yang udah bude catat ya," Ucapnya seraya memberiku selembar catatan.

Aku berjalan menyusuri rak bumbu dapur. Seorang anak kecil menabrak ku dengan troli yang ia dorong, kemudian ia tertawa teebahak-bahak. Seorang perempuan, yang kelihatannya merupakan ibu dari anak tersebut menghampiriku, dan kemudian menggendongnya.

"Bara, jangan tabrak - tabrak orang dong. Kasian kakaknya tuh, sakit kamu tabrak," Ucapnya ke anak kecil yang menabrakku.

"Maaf ya kak," Ucapnya cengar - cengir.
Aku tersenyum melihat anak mungil tersebut meminta maaf, lalu mengelus pipinya.

Aku merindukan adikku. Dia sedang bersekolah di Singapur, dia masih SMP, dan sudah mendapatkan studi ke luar negeri. Lebih tepatnya pertukaran pelajar. Dan dia disana bersama teman-temannya saja, tidak ditemani siapapun dari keluargaku.

"Kelas berapa kak?" Tanya ibu tadi.

"Kelas 10 bu,"

"Oh, baru lulus enam bulan yang lalu dong ya? Sekolah dimana?"

"Di SMA Rajasawardhana,"

"Sama dengan anak ibu dong! Dia sekolah di sana juga," Ucap ibu tersebut girang.

Aku hanya tersenyum, dan menjelaskan bahwa aku anak pindahan baru.

Setelah mengobrol dan mengumpulkan semua bahan dapur, aku kembali ke Bude Sari, dan membayar semuanya ke kasir.





TBC

Hi semua! Kalau kalian suka ceritaku, jangan lupa tinggalkan jejak Voment yaa!

see u, papay👋🏻

@maauudyy

Ineffable [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang