"Apa yang lo sembunyiin di computer itu?" suara berat itu membuat Bintang dan kedua sahabatnya itu terlonjak kaget. Untung saja Bintang sudah memindahkan file tersebut kedalam flashdisk miliknya dan menghapus filenya di computer tersebut. Bintang dan kedua sahabatnya mencoba untuk tidak terlihat gugup.
"Nggak ada yang gue sembunyiin kok, lo liat aja sendiiri." ucap Bintang dengan menatap mata laki-laki yang lebih tinggi darinya itu.
Laki-laki itu masih menatapnya tidak percaya, Bintang menghembuskan napasnya perlahan. "Kalo lo nggak percaya silahkan cek sendiri, gue sibuk mau balik kesekolah. Minggir!" ucapnya pada laki-laki itu yang menghalanginya untuk keluar dari lab TKJ.
"Hm. Jadi lo sepengecut ini sampai-sampai lo pindah sekolah? Buat mengindari gue?" ucap cowok itu dengan nada meremehkan.
"Lo pikir gue pindah karena kemauan gue? Sorry gue bukan pengecut kayak lo yang beraninya sama cewek!" ucap Bintang sinis.
"Sialan lo!" cowok itu menggeram marah.
"Udahlah Lan, jangan nyari masalah mulu! Gue capek lo uber-uber mulu, lo pikir gue yang ngebuat dia celaka? disaat kejadian nggak cuman gue kan yang ada disana? Kenapa lo malah ngejar-ngejar gue seakan gue itu buronan polisi." ucapnya Bintang sendu.
"Karena lo orang yang megang pisau itu! Lo yang buat dia sekarat dan lo ngelak? Sorry gue nggak bakal ngelepasin lo gitu aja!" ucap Arlan marah dan berlalu dari lab meninggalkan Bintang yang mulai mengeluarkan air matanya.
"Mel, Ris gue nggak salah. Hikss" ucap Bintang terisak.
"Kita tahu, kenapa nggak lo kasih tahu sekarang aja?" tanya Eriska sambil menenangkan Bintang.
"Gue nggak bisa, gue udah janji bakal ngasih tahu Arlan di hari ulang tahunnya yang ke Sembilan belas tahun." ucap Bintang lemah.
"Dan itu masih lama Bintang! Kita khawatir sama lo." ucap Amel menunduk.
"Makasih udah khawatirin gue, gue bisa jaga diri kok. Kalian tenang aja oke!" ucapnya dengan tersenyum.
"Pokoknya kalua ada apa-apa lo harus hubungin kita! Walaupun kita udah nggak satu sekolah lagi, lagian ini kan sekolah kakek lo jadi lo bebas main kesini kan? Ehehe" ucap Amel terkekeh.
Mereka bertiga berpelukan sambil tersenyum, memang ya kalau persahabatan sudah lebih dari 7 tahun pasti akan langgeng selamanya. Mereka bertiga sudah bersahabat sejak mereka duduk dibangku TK.
Bintang melepaskan pelukannya dan menatap Eriska dan Amel. "Muka lo pada sumpah beler banget hahaha, udah ah gue mau balik kesekolah dulu. Itu udah gue hapus, jadi dia nggak akan tahu." ucap Bintang.
"Yaudah, sono lo balik." mereka bertiga tertawa lepas.
⁀‿⁀
Bintang sudah kembali ke SMA Angkasa tepat jam istirahat kedua, dia berjalan dengan memainkan ponselnya. Dia menatap ponselnya dengan serius sebelum sesorang menyenggol bahunya yang menyebabkan ponselnya itu jatuh.
"Woy! Kalau jalan tuh liat-liat dong! Lihat nih ponsel gue jadi lecet!" omel Bintang setelah mengambil ponselnya yang jatuh. Ponselnya memang sedikit lecet, untung saja tidak mati.
Orang yang menabraknya hanya diam dan terus berjalan yang membuat Bintang merasa kesal, songong banget tuh cowok! Batinnya.
"Heh! Lo nggak sopan banget ya, udah nabrak nggak minta maaf malah nyelonong gitu aja!" ucap Bintang dengan menunjuk cowok itu tepat di wajahnya setelah mengejar cowok itu.
Bintang semakin dibuat kesal karena cowok itu hanya menatapnya dengan pandangan dingin. "Punya mulut kan? Kalau orang ngomong tuh ya dijawab, dasar nggak sopan!" ucap Bintang semakin kesal.
"Cerewet!" ucap cowok itu dengan nada yang terkesan dingin.
"Dasar lo ya cowok nyebelin!" teriak Bintang frustasi dengan cowok yang ada dihadapannya ini.
Cowok itu tidak mengindahkan Bintang dia meninggalkan gadis yang sedang kesal itu begitu saja. Bintang yang ditinggalkan hanya mendumel karena cowok itu. "Ish nyebelin banget tuh cowok! Lihat aja nanti hidup lo nggak akan tenang hahaha!" ucapnya sinis dengan tawa yang terkesan menyeramkan.
Bintang menatap sekitarnya kala mendengarkan bisik-bisik tentangnya yang tertawa menyeramkan seperti tadi, dia hanya menghela napasnya. Bintang kembali berjalan menuju kelasnya, dia sudah tidak nafsu makan.
Gladis yang melihat Bintang kembali kekelas menatapnya bingung. "Lah gue kira lo bakal ijin sampe balik Tang." Ucapnya begitu Bintang duduk dikursinya.
"Urusan gue udah selesai, dan jangan panggil gue tang. Lo pikir gue tang?" ucap Bintang kesal. Gladis hanya terkekeh melihat teman barunya itu kesal karena dia memanggilnya Tang.
"Hehe sorry, eh ya lo kenapa kok kayak kesal gitu?" tanya Gladis sambil membuka tasnya untuk mengambil ponselnya.
"Huft gue tadi ketemu cowok nyebelin!" keluhnya.
"Siapa?" tanya Gladis penasaran.
"Itu cowok yang tadi pagi main basket." ucapnya tanpa minat.
"Kak Galaxy? OMG!" teriak Gladis heboh, untung hanya ada mereka berdua dikelas.
"Biasa aja kali, ngapain?" tanya Bintang begitu melihat Gladis menyodorkan ponsel milik Gladis pada Bintang.
"Ck! Ya minta nomor ponsel lo lah, lo kira gue mau kasih nih hp? Sorry nih ya, ini gue beli dengan susah payah." ucap Gladis dengan sedikit bercerita.
"Dih siapa juga yang mau minta nih hp kentang!" Bintang mengambil ponsel milik Gladis dan menyimpan nomornya di kontak ponsel Gladis tanpa mengindahkan Gladis yang melotot padanya.
"HEH! Gini-gini hp gue tuh bisa buat main game PUBG ya!" ucapnya tidak terima ponselnya dihina hp kentang oleh Bintangy.
"Heleh kerenan juga main game cacingan." ucap Bintang sebelum menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya yang ia taruh dimeja. Gladis yang melihat itu mengerutkan dahinya.
"Ngapain lo?" tanya Gladis. "Lo pikir? Ya mau tidur lah, siapa tahu pas gue bangun, gue bisa bikin Galaxy-Galaxy itu jatuh kepesona gue." Ucap Bintang asal.
"Terserah!"
--ToBeContinued--
Sorry pendek dan nggak jelas:3... oh ya, aku udah masuk sekolah dong:v Udah nggak banjir ehehe:v....nih aku kasih tahu, kalau kalian pas baca part awal-awal mungkin kelihatan gajenya. Tapi part kedepannya mungkin bakal seru!:v...dahlah lupakan saja diriku yang gaje ini:v...jangan lupa vote dan komen ya beb! :) Thankyou<3
Pekalongan, 29/02/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
GALAXY
Teen FictionUpdate tergantung mood Ini kisah Galaxy dan Bintang No Description, penasaran langsung baca Jelek? maaf