Chapter 4

9.9K 1K 75
                                    

Happy reading 💜

| | |

Cahaya matahari yang semakin menyengat itu tak membuat seseorang yang sedang memainkan basket di lapangan sana menyerah.

Berangkat dari Depok ke Tangerang, nyatanya bukan untuk sekolah, malainkan untuk pergi ke lapangan basket yang terletak di antara perbatasan Tangerang dan Bekasi. Lapangan yang biasanya dipakai untuk latihan bersama klubnya, termasuk Regan.

Gavin, hari itu memilih untuk membolos sekolah karena suasana hatinya yang agaknya sedikit kacau. Ia memainkan basket sedari pagi dan sesekali mengambil istirahat jika di rasa tubuhnya sudah lelah.

Setelah ia tak tahan dengan sengatan matahari, barulah ia menepi menghampiri Regan yang sedang asyik membuka cangkang kacang kulit di tangannya.

"Udalah Vin, hidup tuh bawa santai aja kali," ujarnya sesaat sebelum ia memasukkan kacang ke mulutnya.

"Santai-santai nenek lo perawan!!" ketus Gavin kesal setelah ia menenggak setengah botol air mineral.

"Eh nyet, nenek gue nenek lo juga kali."

"Iya juga sih, tapi bedalah! Yang gue maksud itu nenek dari pihak ibu lo."

"Ah anying, ngalah aja kenapa sih! 'Kan sekarang gue adek lo."

"Adek bacot lo!"

"Hahaha, yaiyalah secara gue lahir setelah lo, iya 'kan?"

Gavin tak menggubris Regan.

"Lo kenapa sih malah ikutan bolos?" tanya Gavin pada akhirnya merenggut keheningan yang terasa canggung bila terus di biarkan.

Regan mengendikkan bahunya, "Gamau aja lo bertingkah yang aneh-aneh, lo kakak gue sekarang kalo lo sedih ya gue temenin."

"Ck, gue gak sedih bego! cuma lagi kesel aja."

"Ah boong, tadi gue liat lo hampir nangis, terus apa kalo gak sedih?"

Gavin tak menjawab. Memang yang di katakan Regan itu benar, jadi ia tak bisa menyangkal.

"Vin! mata gue itu mata elang, lo gak perlu sembunyiin apa-apa lagi ke gue, kita udah lebih dari sekedar sahabat sama sodara, gimana lagi coba cara mendefinisikan hubungan kita ini, hah? Ribet tauga, untung gak sampe LGBT."

Gavin tersenyum kecil, dari dulu Regan selalu berhasil mencairkan suasana hatinya juga teman-temannya. Regan pun menghela nafas lega melihat senyuman itu, ya meskipun kecil. Lalu ia merangkul Gavin. Regan tahu bahwa sebenarnya Gavin sedang dilema. Karena Gavin sudah berjanji akan lulus bersama dengan sahabat satu kelasnya. Itu pasti sulit.

"Gue yakin temen-temen lo pasti nerima kepindahan lo kalo lo jelasin semuanya dengan bener, gue yakin mereka pasti ngerti."

Gavin mengangguk, "Gue bakal coba Gan, thanks udah nemenin gue."

"Gitu dong ah, dari tadi ke ngomongnya nunggu mulut gue berbusa dulu baru lo nyadar, kamvprettttt dasar!!" Regan memukul leher Gavin dengan botol kosong lalu berlari ke lapangan menghindari amukan saudaranya itu.

"Sialan!" pekik Gavin dan mengejarnya. Mereka pun kembali bermain basket.

🐰🐰🐰

Cklek

Dua orang pria berpakaian rapi ada di depan Bayu.

"Assalamualaikum," sapa keduanya.

"Wa'alaikumsalam, cari siapa mas?" tanya Bayu bingung.

"Cari Farrasya Mahardika, ada?" tanya  pria berbahu lebar dengan senyuman manis.

Our Little Brother [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang